SELAMAT MEMBACA!!!

Protected by Copyscape plagiarism checker - duplicate content and unique article detection software.

Kini blog ini fokus menayangkan fanfic Pokemon terpopuler di Indonesia, Servada Chronicles karangan L. Maulana atau yang akrab dipanggil Elite Four L.

PERHATIAN!
Sebagian gambar dan materi dalam blog ini diambil dari internet sementara sebagian lagi murni buatan Elite Four L. Elite Four L tidak akan mengklaim materi yang bukan miliknya. Dilarang mengkopi artikel dalam blog ini tanpa izin dari Elite Four L. Terima kasih.

Nama-nama dan karakter Pokemon adalah hak cipta dari Nintendo, GameFreak, Creatures Inc., dan Pokemon Company. Servada Chronicles adalah hak cipta L. Maulana / Elite Four L.

Kamis, 03 Juni 2010

L's Diary: Eps. 85 - Sudah Diputuskan

wooper gifEpisode 85: Sudah Diputuskan


”Lalu apa yang akan kita lakukan?” tanya Tabitha.

”Itulah kenapa aku memanggil kalian semua kesini,” jawab Maxie. ”Archie telah menentukan lokasi pertukaran, karena itu aku ingin kalian bertiga mewakili Tim Magma membawa Kyogre pada mereka dan membawa pulang Flame. Kita berharap Flame baik-baik saja dalam sekapan mereka.”

”Tapi apakah ini jalan terbaik setelah semua yang kita lalui selama ini?” komentar Brodie kemudian. ”Dengan begini kan Tim Aqua yang akan menang.”

Ya Brodie, aku juga merasakan hal yang sama,” jawab Maxie. ”Tapi mau bagaimana lagi? Aku juga tak ingin kehilangan anggota keluarga yang sangat kusayangi. Bila ada di antara kalian yang memiliki ide atau gagasan lain, keluarkan saja. Siapa tahu itu bisa membantu kita.”

”Sepertinya memang tidak ada jalan lain,” kata Tabitha. ”Kalaupun kita menyerang Tim Aqua, aku takut mereka akan berbuat macam-macam pada Flame.”

”Ya, kita tidak bisa memakai cara kekerasan seperti itu, terlalu berbahaya untuk Flame,” sahut Maxie.

Aku ada ide!” seru Brodie tiba-tiba. “Kita akan tetap melaksanakan pertukaran, tapi bisa aku pastikan mereka tidak akan mendapatkan Kyogre.”

”Oh ya?” Maxie tertegun. ”Apa itu?”


*


Aku, Brodie, dan Tabitha kini berada di sebuah helikopter besar yang membawa Kyogre di dalamnya. Kami akan melakukan pertukaran untuk menyelamatkan Flame. Memang tidak ada jalan lain selain memberikan Kyogre kepada Tim Aqua, hal ini benar-benar membuatku merasa sangat bersalah pada Maxie. Benar kata Brodie, seharusnya aku tidak meledakkan Magmabomb sehingga Tim Aqua bisa menangkap Groudon dan tak menculik Flame. Bila nantinya Tim Aqua melakukan pertukaran dengan Tim Magma, masing-masing pihak mendapatkan apa yang selama ini menjadi tujuan mereka. Kenapa...kenapa aku melakukan hal ini? Padahal niatku sudah baik, tetapi kenapa Flame yang harus menjadi korbannya?

”Sudahlah, jangan terus-menerus menyalahkan dirimu,” ujar Tabitha menghiburku. Tampaknya dia bisa mengetahui pikiranku dengan membaca kesedihan yang tampak dalam raut wajahku. ”Kau sudah melakukan yang terbaik sebagai anggota tim. Pilihanmu untuk meledakkan Magmabomb sudah sangat tepat. Mungkin kami yang harus merasa bersalah karena kami datang terlambat untuk menyelamatkan kalian. Bagaimanapun apa yang kalian lakukan sudah yang terbaik di mataku dan juga Maxie.”

Aku tersenyum lemah menatap Tabitha. ”Ya, semuanya memang tidak bisa diduga. Aku berharap dan berdoa semoga Flame baik-baik saja.”

”Kita semua berharap dan berdoa untuk itu,” jawab Tabitha. Kulihat wajahnya tampak tak bersemangat. Sepertinya kejadian ini adalah pukulan yang berat bagi semua anggota Tim Magma.

Ini kedua kalinya aku bertugas bukan dengan kedua rekanku di regu G setelah sebelumnya aku pernah menjalankan sebuah misi aneh yang terlupakan bersama Darko Monsta. Badut tak bersamaku, dia masih tak sadarkan diri klinik Magmarine. Kuharap dia segera sembuh dan kuharap Flame segera kembali lagi sehingga kami bisa berkumpul lagi seperti sedia kala.



--Not in my diary—


”Mereka sudah pergi dengan membawa serta Kyogre menuju lokasi yang sudah ditentukan,” ujar seorang lelaki melalui telepon dengan Archie, pemimpin Tim Aqua.

Bagus, dengan demikian tujuan kita akan segera tercapai,” jawab Archie. ”Kita patut berterima kasih padamu. Saat ini tetaplah bersikap seperti biasa, jangan sampai mereka curiga.”

”Baik.”

”Terima kasih, tak kusangka aku bisa mengandalkanmu,” kata Archie mengakhiri percakapan. Sambungan telepon itu pun terputus.

Archie lalu menekan sebuah tombol pada telepon yang ada di meja kemudian dia berkata, ”Shelly, segera bawa Flame menuju ke tempat yang sudah ditentukan. Mereka telah setuju dan sedang menuju ke sana sekarang.”

Baik, Tuan Archie,” jawab sebuah suara dari telepon yang tak lain adalah Shelly itu.

Sementara itu di tempat lain di markas Tim Aqua, Shelly bersama dua orang grunt tengah melangkah menuju sel penjara tempat Flame dikurung. Sel penjara itu memang terletak pada bagian terdalam dari markas rahasia Tim Aqua sehingga butuh waktu sedikit lama untuk mencapainya.

Mereka bertiga akhirnya mendekati sel yang dituju. Tapi Shelly terkejut karena grunt Melon yang biasanya berjaga di depan sel tidak ada di tempat.

Hei, kemana Melon?” tanyanya heran. Shelly dan kedua orang grunt Tim Aqua itu langsung mempercepat langkah mereka menuju sel tempat Flame disekap. Mereka telah sampai di depan sel dan melihat seorang gadis berseragam Tim Magma terbaring di dalamnya. ”Bangun pemalas!” bentak Shelly kasar. ”Pamanmu akhirnya bersedia menebusmu, kau akan segera keluar dari si...” baru saja Shelly hendak meneruskan ucapannya saat dia menyadari warna rambut gadis itu biru muda kehijauan dan bukan merah. ”Hei!” Shelly tersentak kaget. Dia langsung membuka pintu sel dan mendapati ternyata Melon, grunt Tim Aqua yang bertugas menjaga sel tengah pingsan tak sadarkan diri dengan memakai seragam Tim Magma. ”Kurang ajar!” Umpatnya. ”Tawanan kita.... melarikan diri!”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Anda sopan, Sandslash pun segan...