

Kapal Kakek Briney merapat di sebuah dermaga kecil di bibir pantai Mossdeep. Kulihat ada beberapa orang berpakaian seragam bela diri tampak berlatih di pesisir pantai. Mereka berlarian dengan sangat bersemangat.
”Maaf telah melibatkanmu dalam pencarian ini Briney,” ujar Profesor pada Kakek Briney.

”Baiklah, kita berpisah disini, kami akan kembali secepat mungkin.”
”Kau tinggal menelepon saja, teknologi zaman sekarang memang canggih,” sahut Kakek Briney.
Aku, Profesor, dan Parmin, kami bertiga pun turun dari kapal, berpisah dengan Kakek Briney dan mulai memasuki kota. Parmin tampak sangat senang karena melihat daratan setelah beberapa hari dia mual-mual mabuk laut di kapal.
”Lunar dan Parmin, kalian bisa beristirahat di kota selama aku pergi ke Space Center. Aku akan sedikit bernegosiasi dengan orang di Space Center untuk mendapatkan yang kita cari. Nikmati liburan kalian atau kalian bisa mengunjungi gym Mossdeep bila tertarik. Bagaimana?”
”Sip! Kami akan jadi anak yang baik... bukan begitukan Parmin?” jawabku sambil melihat ke Parmin.
”Tentu saja! Aku rindu daratan...” Parmin menjawab polos.
”Aku akan menghubungimu bila sudah selesai, karena aku tidak bisa membawa barang itu sendirian. Kamu harus membantuku,” tambah Profesor.
”Beres!”
”Oke, sampai jumpa lagi...”
Profesor lalu berjalan ke arah timur menuju sebuah gedung tinggi yang ada disana. Tampak dari kejauhan sebuah roket besar berada di tengah gedung tersebut. Aku jadi penasaran dengan bangunan bertingkat tersebut, namun mengingat kata-kata Profesor tadi membuat rasa penasaranku langsung buyar karena aku akan.... menantang gym Mossdeep!
*
Setelah makan di warteg terdekat, kami pun segera meluncur ke gym kota Mossdeep. Gym itu terletak di tengah kota dan tidak sulit menemukannya. Tanpa pikir panjang kami segera memasukinya.
”Wah, aku penasaran melihat pertarungan kak L lagi,” ujar Parmin sumringah.
”Dan aku sudah tidak sabar mendapatkan lencana ketujuhku!” jawabku bersemangat.
Singkat cerita, kini aku sudah berdiri di tengah arena gym bersiap menghadapi ketua gym atau gym leader kota ini. Lama aku menunggu ketua gym muncul hingga kemudian dua anak kecil, laki-laki dan perempuan berpakaian seperti orang Cina keluar dari sebuah ruangan dan berjalan ke arena. Hei, mau apa anak-anak kecil ini disini? Dan kenapa mereka berdiri di tempat dimana seharusnya ketua gym berdiri?
”Hei Nak (sok banget ya?), bisakah tidak bermain disini? Kalau bermain di luar saja karena aku akan bertarung melawan ketua gym ini. Atau, bisakah kalian memanggilkan ketua gym untuk segera keluar dan bertarung melawanku?” kataku pada mereka berdua.
”Kamilah ketua gym disini dan kami tidak terima dengan ucapanmu barusan,” komentar yang laki-laki.
”Eh, serius?” tanyaku terkejut. Kulihat Parmin yang melihat di tribun juga terkejut.

Whatever.... aku masih tidak percaya dengan yang aku lihat. Dua anak kecil ini adalah ketua gym? Are you kidding me? C’mon, aku lebih memilih melawan kakek-kakek seumuran Profesor daripada harus melawan anak-anak kecil ini. Benar-benar gak level!
”Hei, jadi bertarung tidak? Kami punya jadwal yang padat nih,” tanya Tate melihat kebimbanganku.
”Oh ya? Memangnya jadwal apa yang membuat anak kecil seperti kalian sibuk? Kayak orang dewasa saja,” tanyaku mengejek.
”Liza, katakan pada Mas-Mas kepedean ini,” ujar Tate pada anak perempuan, Liza. What? Dia bilang apa tadi? Mas-Mas kepedean? Songong banget nih anak dua...
”Well, jadwal kami memang padat,” kata Liza yang ternyata bersuara imut. ”Jadwal kami seperti... kursus piano di Yamaha, les sempoa privat di IMA, kursus menggambar di GlobalArt, berlatih kungfu di dojo terdekat dan....”
”... menonton sinetronnya Baim,” sambung Tate.
Weleh... anak-anak macam apa ini?
=_______=
BalasHapusepisode paling **** yang pernah kubaca
Kok Aneh? Hahaha.... :D
BalasHapusnggak kok , keren apalagi sinetron baimnya tuh wkwkwk -Darkglisor-
BalasHapusHahaha... gak penting banget ya ada sinetron Baim... XD
BalasHapus