Episode 274: Versus Pin-Eye
Aku dan Pin-Eye kini sudah berada di halaman luar rumah. Seperti yang bisa kalian baca pada episode sebelumnya, ninja perempuan yang mengaku sebagai putri ketua ninja desa Abu itu menantangku dalam sebuah pertarungan Pokemon. Tampaknya Pin-Eye tidak terima ayahnya dikalahkan oleh trainer sepertiku.
Orang-orang warga kota Verdanturf yang mengetahui kami akan bertarung langsung saja datang mengerumuni kami berdua. Memang sejak final liga Pokemon Ever Grande, namaku mulai dikenal di kota ini. Warga kota, sebagaimana para penonton liga lainnya, mengenalku sebagai si pincang yang jago dalam bertarung Pokemon. Mereka merasa terhibur bila melihat pertarunganku karena menurut mereka pertarungan Pokemon yang aku lakoni dalam final liga saat melawan Erou sangat mengesankan dan sayang untuk dilewatkan. Well, aku selebritis dadakan kota ini.
“Hey, minggir kalian semua! Kenapa berkumpul di rumahku? Ada apa ini… ada apa?” terdengar suara kak Lydia dari kerumunan orang dan berikutnya kulihat kak Lydia muncul dengan susah payah dari dalam kerumunan tersebut. “Lunar, ada apa ini?” tanyanya setelah melihatku berdiri dengan PokeBall telah siap di tangan. Kak Lydia kemudian melihat ke arah Pin-Eye dan kelihatan terkejut mendapati seorang ninja perempuan berdiri di hadapanku. “Lunar, katakan padaku siapa ninja ini?”
“Dia menantangku bertarung Pokemon,” jawabku tenang. “Dan sebagai si Pincang dari Verdanturf, pantang bagiku untuk menolak tantangan itu!” nadaku berubah lantang.
“Oh… umm…” kak Lydia terlihat bingung. Dia tampak berpikir, menempelkan tangannya di dagu, dan kemudian menepukkan kepalan tangan kanannya pada telapak tangan kirinya. “Baiklah, kalian boleh bertarung… pertarungan Pokemon kan sah-sah saja,” ujarnya aneh. “Tapi…” kini mata kakakku melirik pada kerumunan orang di kanan dan kirinya. “Tapi kalau kalian mau nonton, kalian harus bayar ke aku!”
“Huu…” cibir para penonton kecewa. Beberapa penonton kemudian meninggalkan kerumunan sambil menggerakkan tangan kecewa sementara sisanya memberikan uang dengan wajah cemberut pada kak Lydia.
“Nah, gitu dong…” kata kak Lydia terkekeh saat orang-orang memberinya uang. “Di masa sekarang ini, semuanya serba berbayar, gak ada yang gratis. Nonton atraksi topeng Chimchar saja bayar, masa nonton pertarungan seru seperti ini gratis? Melawan ninja lagi…”
“Kak Lydia!” sergahku kesal. “Sejak kapan pertarunganku jadi lahan bisnis?”
“Sejak hari ini… mungkin,” jawab kak Lydia dengan wajah polos tanpa dosa. “Sudahlah, jangan kamu risaukan hal remeh seperti ini, cepatlah tunjukkan pertarungan yang menarik dan seru! Mereka sudah tidak sabar.”
“Iya, kami ingin melihatmu bertarung!” tambah warga yang sedari tadi tak sabar menonton pertarungan kami.
“Aku tak menyangka disini pertarungan Pokemon jadi lahan bisnis,” komentar Pin-Eye tenang. “Mungkin aku bisa mulai membuka bisnis seperti ini di desaku.”
“Lupakan mereka, kita bertarung seperti yang kau mau,” sergahku kembali fokus. Kutatap mata Pin-Eye lekat-lekat. Matanya lentik sekali, aku semakin penasaran membuka topeng dan melihat wajahnya. Sepertinya dia cantik…
“Baiklah, seperti yang kau bilang tadi, kita akan bertarung seperti yang aku mau, jadi….” Pin-Eye berhenti sejenak. Dia menarik nafas dan melanjutkan, “Aku ingin kau menggunakan Ninjask dari ayahku!”
“Baiklah, siapa takut!” sahutku mantap sambil memasukkan PokeBall di tanganku ke dalam saku. Karena gadis ninja ini meminta Ninjask, jadi…. “Kita mulai sekarang! Shadow, majulah!”
“Aku memilihmu… Mothim!” Pin-eye menjentikkan jarinya dan kemudian muncul gumpalan asap di depannya, dan saat asap itu mulai menghilang, tampak seekor Pokemon menyerupai ngengat warna jingga dan krem. Aku teringat PokeDex baru pemberian Profesor Hurr dan langsung mengarahkannya pada Pokemon itu.
Mothim, Pokemon Ngengat. Bertipe serangga dan terbang. Pokemon ini sangat menyukai madu dan terbang menjelajahi ladang dan pegunungan untuk mencarinya.
Pokemon ngengat dengan tipe yang sama dengan tipe Ninjask, hmm… ini akan jadi seru.
“Ninjask milik Lunar melawan Mothim milik Pin-Eye,” kata kak Lydia memperkenalkan. Well, kupikir kak Lydia akan menjadi wasit pertarungan ini. “Pertarungan dimulai!”
“Shadow, poros udara!” perintahku. Shadow yang memang memiliki kecepatan tinggi tentu saja bergerak terlebih dulu melakukan serangan poros udara yang tak mungkin meleset. Aku sengaja menggunakan jurus ini sebagai pemanasan untuk melihat Mothim lebih jauh. Serangan poros udara dengan tepat mengenai Mothim yang lemah terhadap serangan bertipe terbang. Mothim kesakitan.
“Mothim, balas dengan sayatan angin!” balas Pin-Eye memberik perintah. Mothim kemudian mengibaskan kedua sayapnya, memunculkan angin yang terkumpul dan membentuk sebuah sayatan yang langsung menghantam Shadow. Sama dengan Mothim, Shadow juga lemah terhadap serangan bertipe terbang. Alhasil Shadow terlempar terkena serangan itu.
“Sama-sama bertipe serangga… sama-sama lemah terhadap serangan terbang,” kata Pin-Eye berkomentar. “Ini adalah pertarungan yang menentukan siapa yang lebih kuat dengan Pokemon serangga yang masing-masing memiliki tipe terbang.”
“Ya, kau benar,” sahutku membenarkan. “Tapi tahukah kau kalau aku adalah finalis liga Ever Grande? Apa kau tidak melihat siaran televisi?”
“Di desa kami tidak ada televisi, tapi aku membacanya di surat kabar,” jawab Pin-Eye. “Karena itulah, aku penasaran untuk bertarung denganmu… dengan si pincang dari kota Verdanturf… yang telah mengalahkan ayahku!!!”
Aku dan Pin-Eye kini sudah berada di halaman luar rumah. Seperti yang bisa kalian baca pada episode sebelumnya, ninja perempuan yang mengaku sebagai putri ketua ninja desa Abu itu menantangku dalam sebuah pertarungan Pokemon. Tampaknya Pin-Eye tidak terima ayahnya dikalahkan oleh trainer sepertiku.
Orang-orang warga kota Verdanturf yang mengetahui kami akan bertarung langsung saja datang mengerumuni kami berdua. Memang sejak final liga Pokemon Ever Grande, namaku mulai dikenal di kota ini. Warga kota, sebagaimana para penonton liga lainnya, mengenalku sebagai si pincang yang jago dalam bertarung Pokemon. Mereka merasa terhibur bila melihat pertarunganku karena menurut mereka pertarungan Pokemon yang aku lakoni dalam final liga saat melawan Erou sangat mengesankan dan sayang untuk dilewatkan. Well, aku selebritis dadakan kota ini.
“Hey, minggir kalian semua! Kenapa berkumpul di rumahku? Ada apa ini… ada apa?” terdengar suara kak Lydia dari kerumunan orang dan berikutnya kulihat kak Lydia muncul dengan susah payah dari dalam kerumunan tersebut. “Lunar, ada apa ini?” tanyanya setelah melihatku berdiri dengan PokeBall telah siap di tangan. Kak Lydia kemudian melihat ke arah Pin-Eye dan kelihatan terkejut mendapati seorang ninja perempuan berdiri di hadapanku. “Lunar, katakan padaku siapa ninja ini?”
“Dia menantangku bertarung Pokemon,” jawabku tenang. “Dan sebagai si Pincang dari Verdanturf, pantang bagiku untuk menolak tantangan itu!” nadaku berubah lantang.
“Oh… umm…” kak Lydia terlihat bingung. Dia tampak berpikir, menempelkan tangannya di dagu, dan kemudian menepukkan kepalan tangan kanannya pada telapak tangan kirinya. “Baiklah, kalian boleh bertarung… pertarungan Pokemon kan sah-sah saja,” ujarnya aneh. “Tapi…” kini mata kakakku melirik pada kerumunan orang di kanan dan kirinya. “Tapi kalau kalian mau nonton, kalian harus bayar ke aku!”
“Huu…” cibir para penonton kecewa. Beberapa penonton kemudian meninggalkan kerumunan sambil menggerakkan tangan kecewa sementara sisanya memberikan uang dengan wajah cemberut pada kak Lydia.
“Nah, gitu dong…” kata kak Lydia terkekeh saat orang-orang memberinya uang. “Di masa sekarang ini, semuanya serba berbayar, gak ada yang gratis. Nonton atraksi topeng Chimchar saja bayar, masa nonton pertarungan seru seperti ini gratis? Melawan ninja lagi…”
“Kak Lydia!” sergahku kesal. “Sejak kapan pertarunganku jadi lahan bisnis?”
“Sejak hari ini… mungkin,” jawab kak Lydia dengan wajah polos tanpa dosa. “Sudahlah, jangan kamu risaukan hal remeh seperti ini, cepatlah tunjukkan pertarungan yang menarik dan seru! Mereka sudah tidak sabar.”
“Iya, kami ingin melihatmu bertarung!” tambah warga yang sedari tadi tak sabar menonton pertarungan kami.
“Aku tak menyangka disini pertarungan Pokemon jadi lahan bisnis,” komentar Pin-Eye tenang. “Mungkin aku bisa mulai membuka bisnis seperti ini di desaku.”
“Lupakan mereka, kita bertarung seperti yang kau mau,” sergahku kembali fokus. Kutatap mata Pin-Eye lekat-lekat. Matanya lentik sekali, aku semakin penasaran membuka topeng dan melihat wajahnya. Sepertinya dia cantik…
“Baiklah, seperti yang kau bilang tadi, kita akan bertarung seperti yang aku mau, jadi….” Pin-Eye berhenti sejenak. Dia menarik nafas dan melanjutkan, “Aku ingin kau menggunakan Ninjask dari ayahku!”
“Baiklah, siapa takut!” sahutku mantap sambil memasukkan PokeBall di tanganku ke dalam saku. Karena gadis ninja ini meminta Ninjask, jadi…. “Kita mulai sekarang! Shadow, majulah!”
“Aku memilihmu… Mothim!” Pin-eye menjentikkan jarinya dan kemudian muncul gumpalan asap di depannya, dan saat asap itu mulai menghilang, tampak seekor Pokemon menyerupai ngengat warna jingga dan krem. Aku teringat PokeDex baru pemberian Profesor Hurr dan langsung mengarahkannya pada Pokemon itu.
Mothim, Pokemon Ngengat. Bertipe serangga dan terbang. Pokemon ini sangat menyukai madu dan terbang menjelajahi ladang dan pegunungan untuk mencarinya.
Pokemon ngengat dengan tipe yang sama dengan tipe Ninjask, hmm… ini akan jadi seru.
“Ninjask milik Lunar melawan Mothim milik Pin-Eye,” kata kak Lydia memperkenalkan. Well, kupikir kak Lydia akan menjadi wasit pertarungan ini. “Pertarungan dimulai!”

“Mothim, balas dengan sayatan angin!” balas Pin-Eye memberik perintah. Mothim kemudian mengibaskan kedua sayapnya, memunculkan angin yang terkumpul dan membentuk sebuah sayatan yang langsung menghantam Shadow. Sama dengan Mothim, Shadow juga lemah terhadap serangan bertipe terbang. Alhasil Shadow terlempar terkena serangan itu.
“Sama-sama bertipe serangga… sama-sama lemah terhadap serangan terbang,” kata Pin-Eye berkomentar. “Ini adalah pertarungan yang menentukan siapa yang lebih kuat dengan Pokemon serangga yang masing-masing memiliki tipe terbang.”
“Ya, kau benar,” sahutku membenarkan. “Tapi tahukah kau kalau aku adalah finalis liga Ever Grande? Apa kau tidak melihat siaran televisi?”
“Di desa kami tidak ada televisi, tapi aku membacanya di surat kabar,” jawab Pin-Eye. “Karena itulah, aku penasaran untuk bertarung denganmu… dengan si pincang dari kota Verdanturf… yang telah mengalahkan ayahku!!!”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Anda sopan, Sandslash pun segan...