SELAMAT MEMBACA!!!

Protected by Copyscape plagiarism checker - duplicate content and unique article detection software.

Kini blog ini fokus menayangkan fanfic Pokemon terpopuler di Indonesia, Servada Chronicles karangan L. Maulana atau yang akrab dipanggil Elite Four L.

PERHATIAN!
Sebagian gambar dan materi dalam blog ini diambil dari internet sementara sebagian lagi murni buatan Elite Four L. Elite Four L tidak akan mengklaim materi yang bukan miliknya. Dilarang mengkopi artikel dalam blog ini tanpa izin dari Elite Four L. Terima kasih.

Nama-nama dan karakter Pokemon adalah hak cipta dari Nintendo, GameFreak, Creatures Inc., dan Pokemon Company. Servada Chronicles adalah hak cipta L. Maulana / Elite Four L.

Jumat, 16 September 2011

L's Diary: Eps.279 - Sabuk Servada

PhotobucketEpisode 279: Sabuk Servada

Aku memandangi ikut pinggang yang disebut sabuk Servada itu. Ini kali kedua orang misterius berinisial L.S memberikan hadiah ulang tahun untukku. Sebelumnya dia memberikan baju merah keren yang sekarang hampir selalu kupakai. Sekarang dia memberikan sebuah sabuk dan dia memintaku untuk memakainya pula. Hmm... sabuk ini keren juga, terlebih lambang yang ada pada mata gespernya. Entah kenapa aku merasa dekat dengan lambang cakram berwarna hijau itu. Baiklah, sudah kuputuskan! Aku akan memakai sabuk ini karena sabuk ini adalah... Sabuk Servada!!!
”Apa itu?” tiba-tiba terdengar suara di depanku.
”Waaa!!!” seruku kaget saat menyadari kak Lydia sudah berdiri di depanku. ”Se... sejak kapan kakak ada disini?”
”Sejak tadi, sejak seekor Delibird menghampiriku untuk meminta makan. Delibird ini punyamu ya?” jawabnya sambil menunjuk Delibird yang ada di belakangnya, asyik memakan beberapa berry. Weleh, bukannya kata PokeDex justru Delibird yang memberikan makan pada manusia yang tersesat?
(Komentar Delibird,” Waa, jarang-jarang makan makanan enak gini, gratis lagi! Maaf ya, stok makananku habis di sepanjang perjalanan tadi, maklum ya!”)

”Walah! Kok gak ketuk pintu sih? Aku kan kaget banget!” protesku pada kak Lydia.
”Salah sendiri kamu gak nutup pintu, lagian dari tadi kamu melamun saja memandangi ikat pinggang itu,” jawabnya santai. ”By the way... kamu beli ikat pinggang baru ya?” kak Lydia langsung merebut sabuk Servada dari gengamanku begitu saja dan mengamatinya. ”Hei, inikan lambang keluarga kita,” komentarnya kemudian.
”Maksud kakak lambang cakram itu?” tanyaku menunjuk pada mata gesper.
Kak Lydia mengangguk. ”Ayah pernah menunjukkan lambang ini padaku, katanya ini adalah lambang keramat keluarga Servada.”

”Lambang keramat?” tanyaku tak mengerti.
”Entahlah, tak banyak yang diceritakan ayah. Kamu dapat ikat pinggang ini darimana?”
”Delibird itu yang mengantarkannya padaku,” jawabku menunjuk pada Delibird yang tersedak karena terkejut tiba-tiba ditunjuk olehku. ”Dan ini surat dari pengirimnya,” aku mengulurkan kertas yang ada di dalam kotak. Kak Lydia menerimanya dan membacanya.
”L.S,” ejanya. ”Bukankah ini inisial yang sama yang mengirimkan baju merahmu itu satu tahun yang lalu?”
”Kupikir juga begitu,” sahutku membenarkan. ”Mungkin dia orang yang sama yang mengirimkan pakaian merah itu.”
Kak Lydia terdiam. Dia tampak berpikir, sepertinya ada sesuatu yang mengganggu pikirannya. ”Well, terima saja sabuk Servada ini dan gunakan bersama pakaian merah itu. Bila saatnya tiba, kamu harus mengucapkan terima kasih padanya.”
”Tapi Kak, orang ini pastilah keluarga kita,” sahutku menyanggah. ”Karena ini sabuk Servada!”
”Sudahlah, orang yang bersembunyi pasti akan menampakkan dirinya suatu hari nanti,” kata kak Lydia menenangkanku. ”Selagi menunggu waktu itu, pakai saja sabuk ini seperti yang diinginkan oleh pengirimnya.”
”Baiklah kalau begitu,” sahutku pelan. ”Lagipula sabuk ini kelihatannya serasi dengan pakaian merah itu dan juga... aku suka namanya, sabuk Servada.”
”Bersyukurlah masih ada orang yang peduli padamu, memberikan hadiah di hari ulang tahunmu,” kata kak Lydia kemudian. ”Tak peduli nilai dari hadiah tersebut yang terpenting adalah ketulusan pemberiannya.” Aku mengangguk setuju mendengarnya. ”Jadi apa rencanamu selanjutnya Lunar? Apa kamu akan mencari pekerjaan atau melanjutkan perjalananmu sebagai trainer Pokemon?”
Aku terdiam. Kini ganti aku yang berpikir. Kak Lydia benar, aku memang harus memutuskan. ”Aku akan mencari pekerjaan,” jawabku mantap.
”Kamu serius?” tanya kak Lydia tak percaya.
Aku mengangguk mengiyakan. ”Aku serius, aku kan sudah berhenti memburu Groudon,” kataku memberi alasan. ”Lagipula aku sudah mengumpulkan delapan lencana, ikut liga dan bahkan berhasil mencapai babak final. Apalagi yang kuharapkan dari trainer Pokemon? Aku sudah merasakan semuanya...”
”Baguslah kalau begitu,” kak Lydia tersenyum. ”Jadi kamu sudah tahu mau bekerja dimana?”
”Aku tidak tahu, tapi aku akan mencari lowongan di internet... atau mungkin kembali bekerja bersama Noah di PokeMart,” jawabku bingung.
”Kebetulan hari ini kakak membeli majalah Overseas, ada beberapa lowongan yang mungkin membuatmu tertarik,” kata kak Lydia seolah membaca kebingunganku. ”Kamu bisa mengambilnya di kamarku.”
”Terima kasih banyak kak!”
Aku langsung saja berjalan cepat keluar kamar menuju ke kamar kak Lydia. Kak Lydia masih berada di kamarku dan tanpa kutahu dia mengambil kertas dari pengirim sabuk Servada dan memandangi dua huruf pada kertas itu lekat.
”L.S,” gumamnya pada dirinya sendiri. ”Apakah mungkin ini adalah....”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Anda sopan, Sandslash pun segan...