
BRAKKK!!!
“Bangun pemalas!” teriak Melona tiba-tiba sudah berada di dalam kamarku.
“Way-Way-Way,” sambung Wynaut di bahunya ikut-ikutan.
“Ini sudah pagi dan itu artinya saatnya bekerja! Tidak ada pegawai yang boleh bermalas-malasan di penginapan ini!” Melona berkata dengan sangat keras hingga membuatku langsung terbangun dari tidur.
“Iya-iya... aku sudah bangun kok,” sahutku sambil menguap.
“Cepat mandi dan turun, pekerjaan pertamamu adalah mengepel lantai ruang makan, setelah itu perbaiki pintu kamarmu yang aku dobrak ini. Pel yang bersih karena aku tidak mau ada kuman sedikit pun!”
What?! Mengepel ruang makan yang begitu luas? Yang benar saja!!!
Melona mendelik ke arahku dengan kedua tangan dilipat di depan dadanya. “Mau kerja tidak? Cepat bangun dan kutunggu di lantai bawah sekarang!”
“I-iya,” jawabku takut. Melona kemudian melengos dan berbalik, berjalan meninggalkan kamarku dengan angkuhnya. Pyuh, aku tak menyangka dia bisa segarang itu, tapi tak apa-apa, sekarang aku memang pekerja disini dan itu artinya... saatnya bekerja!
“Keluarlah Mangrove!” seruku melemparkan PokeBall dan memunculkan Mangove, Wooper milikku, hadiah ulang tahun dari kak Lydia. “Mangrove, ayo kita buktikan pada Melona dan Wynaut kalau kita... bisa bekerja!”
“WOOP! WOOP!” sapa Mangrove ceria.
Aku tersenyum. Hidup memang tidak pernah sama, dan pagi ini akan kusambut hari baru di kota Pasifidlog!
*
--Not in my diary—
Di pusat penelitian kota Metro, Poinesia...
Profesor Hurr baru saja akan memasuki pintu gedung pusat penelitian kota Metro saat seorang tukang pos berhenti di depan gerbang gedung.
“Ada kiriman untuk Profesor Hurr,” panggil tukang pos melihat Profesor Hurr di depan gedung.
Merasa dipanggil, Profesor Hurr kemudian berbalik dan berjalan menghampiri tukang pos. “Dari siapa?” tanyanya setelah berada di depan tukang pos.
“Dari Lunar Servada, di Hoenn,” jawab tukang pos memberikan bungkusan cokelat pada Profesor.
“Terima kasih ya,” kata Profesor Hurr menerima kiriman itu.
“Sama-sama,” balas tukang pos langsung bergerak meninggalkan tempat itu.
Profesor Hurr kemudian membawa bungkusan itu masuk ke dalam ruangannya di pusat penelitian. Dia duduk di depan meja kerjanya dan membuka bungkusan itu perlahan. Di dalamnya ada sebuah kantong plastik bening berisi sesuatu menyerupai pecahan batu atau pecahan beling berwarna kemerahan. Dibacanya selembar kertas kecil yang menyertai kantong plastik itu dan dia terkejut saat membacanya.
“Ini... ini pecahan kulit Groudon? Ti.. tidak mungkin... tidak bisa dipercaya!”

*
Sementara itu di tempat lain di Poinesia...
Dua orang wanita sedang bersantai di teras sebuah rumah. Keduanya tampak sedang berbincang membicarakan sesuatu.
“Apa Nyonya yakin memberikan sabuk itu kepada dia?” tanya wanita pertama berambut hitam pada wanita lain berambut putih.
“Memangnya kenapa? Apa kamu meragukannya?” wanita berambut putih balik bertanya. Dia mengambil mug di depannya dan meminumnya perlahan. “Sabuk itu memang diperuntukkan bagi keluarga Servada, jadi hal seperti ini tidak perlu dipertanyakan lagi.”
“Tapi kan dia itu...”
“Apa kamu bicara seperti ini karena melihat latar belakang ayahnya?” potong wanita berambut putih cepat.
“Iya Nyonya, saya hanya takut terjadi apa-apa,” jawab wanita berambut hitam ketakutan.
Wanita berambut putih yang dipanggil nyonya tersenyum misterius. Pandangannya lalu bergerak menatap jauh ke depan.
“Jangan kamu cemaskan hal itu, aku pastikan tidak akan terjadi apa-apa,” kata wanita berambut putih menenangkan. “Bagaimanapun juga... di dalam darahnya mengandung darah keluarga Servada...”
BAB XLI KOTA PASIFIDLOG
SELESAI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Anda sopan, Sandslash pun segan...