
BRAK! BRAK! BRAK!
Mendadak terdengar banyak suara patahan kayu, membuatku dan Melona secara reflek langsung mendongak ke atas. Atas penginapan seolah runtuh, kayu-kayunya berjatuhan perlahan diikuti dengan jatuhnya sosok-sosok berpakaian serba hitam... Ninja!
Bayangan-bayangan hitam bergerak cepat dari atas, mendarat di lantai ruang makan tersusun membentuk lingkaran yang mengelilingi kami berdua. Ninja itu ada banyak, mungkin sekitar dua puluh orang.
“Lama tak berjumpa, L...” terdengar suara berat dari belakang barisan ninja, disusul sebuah bayangan yang bergerak cepat dan berhenti tepat di depanku. “Atau boleh kupanggil dengan lengkap... Lunar Servada!”
“Bo-Jiken!” teriakku kaget dengan kemunculan ketua ninja abu itu yang begitu cepat. “Ada apa ini? Apa yang kalian lakukan disini?”
“Lunar, siapa mereka ini? Kenapa mereka berpakaian seperti ninja?” tanya Melona terdengar takut.
“Mereka ninja desa Abu, aku pernah berhadapan dua kali dengan ketuanya,” jawabku seadanya.
“Lunar, kenapa kau bawa masalahmu kesini? Lihat apa yang telah mereka lakukan pada tempat ini... kau harus membayarnya,” bisik Melona kesal.
“Sekarang bukan saatnya membicarakan hal itu, mereka ninja dan mereka bisa berbuat nekat,” sahutku ikut kesal. Bagaimana mungkin Melona masih sempat-sempatnya mengkhawatirkan penginapan di kala genting seperti ini? Dasar Melona Bluesea...
“Sudah selesai bicaranya?” tanya Bo-Jiken.
“Apa yang kau inginkan Jiken? Aku sudah tidak ada urusan denganmu lagi,” jawabku kesal. “Memang benar ya, kalian para ninja tidak tahu bagaimana cara sopan bertamu... apa di desa kalian tidak ada pintu?”
“Di desa kami, semuanya hal bisa jadi pintu,” jawab Jiken tenang. “Maaf bila mengagetkan kalian malam-malam begini, tapi kami datang dengan damai.”
“Oh ya? Dengan damai? Itu juga yang kudengar dari putrimu yang sudah merusak jendela kamarku, memangnya kalian tidak ada kerjaan lain selain mengganggu hidupku? Bahkan kalian mengejarku sampai ke Pasifidlog.”
“Kami berlangganan majalah Overseas, dan dari sanalah kami tahu keberadaanmu disini,” kata Jiken.
“Majalah Overseas?”
“Lunar, aku tidak tahu kalau kau buronan ninja. Kalau tahu seperti itu aku tidak akan mengundang majalah Overseas untuk meliput acara jumpa fans,” bisik Melona.
Aku membuang nafas panjang kesal, seolah aku tidak boleh menikmati liburanku kali ini. Pertama jumpa fans, sekarang para ninja... besok apalagi?
“Oke, katakan keinginanmu cepat, hari sudah malam dan aku tidak mau ada keributan,” kataku kemudian.
“Baiklah Lunar... akan kujelaskan apa yang kami inginkan,” kata Jiken menyahut ucapanku. “Ini terkait kedatangan putriku waktu itu menemuimu. Katanya kau mengembalikan Kage padanya.”
“Ya, aku melakukannya, itu demi kebaikan Kage dan Pin-Eye,” sahutku membenarkan. “Lalu apa ada masalah karena itu?”
“Ya, itulah masalah utamanya,” jawab Jiken. “Karena sikapmu itulah... Pin-Eye jatuh hati padamu dan dia meminta untuk menikah denganmu.”
WHAT? Sudah cukup dengan semua masalah sepanjang minggu ini... jangan tambahkan dengan... gadis ninja yang memintaku untuk menikahinya!
“Jiken... aku sedang tidak ingin bercanda... kalau mau ada yang kau katakan, katakanlah dengan cepat... kau membuatku berkeringat...”
“Aku serius, dia ingin menikah denganmu,” kata Jiken dengan wajah yang memang serius. “Dia memintaku untuk menikahkannya denganmu.”
“Memangnya siapa aku? Apa kau pikir pernikahan itu hanya membutuhkan persetujuan satu pihak saja? Kau bahkan belum menanyakan apa aku bersedia menikah dengan putrimu itu.”
“Kalau begitu akan kutanyakan sekarang,” kata Jiken sama sekali tak gentar. “Apa kamu bersedia menikah dengan putriku?”
“Aku... aku...” nah lho... sekarang aku bingung harus menjawab apa. Aku bahkan belum pernah melihat wajah Pin-Eye karena wajahnya tertutup cadar, tapi apa hanya karena aku mengembalikan Kage padanya lalu aku harue menikahinya? Ini benar-benar konyol. “Aku tidak bersedia,” akhirnya aku memberanikan diri menjawab.
“Apa katamu? Itu penghinaan bagi klan ninja kami!” tiba-tiba seorang ninja dalam barisan berkata keras.
“Tenangkan dirimu anak muda,” kata Jiken menoleh dan menenangkan ninja tersebut dengan menggerakkan tangannya. Dia lalu melihat kembali ke wajahku. “Katakan apa alasanmu, L?”
“Aku... aku hanya...”
“Kau harus menikahiku, Lunar Servada...” tiba-tiba terdengar suara wanita di belakang barisan, membuat semua orang yang ada di ruang makan langsung menoleh ke belakang. Tampak sosok ninja berambut pirang yang tak lain adalah... Pin-Eye!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Anda sopan, Sandslash pun segan...