

“Pin-Eye! Apa yang kau lakukan?” tanyaku marah. “Aku sudah mengembalikan Kage padamu dan ini balasan yang kau berikan? Mengirimkan pasukan ninja satu batalion untuk memaksaku menikah denganmu?”
“Oh... jadi dia Pin-Eye?” bisik Melona berkomentar. “Wajahnya ditutupi cadar seperti itu, mungkin dia malu karena jerawatnya banyak. Memangnya apa sih yang telah kau lakukan padanya hingga dia memaksamu menikahinya? Apa kau menghamilinya?”
“Sebaiknya kau diam Nona Melona,” sahutku ketus. Melona langsung terdiam mendengarnya.
“Kau menyentuh hatiku,” jawab Pin-Eye pelan. “Perbuatanmu itu membuat sisi wanitaku tersentuh, baru kali ini ada lelaki yang memperlakukanku dengan begitu baik. Aku langsung jatuh hati padamu dan wajahmu selalu terbayang di sepanjang perjalanan pulang. Entah kenapa aku ingin bersamamu, menikah denganmu dan kita akan tinggal di desa ninja Abu, merawat anak-anak kita bersama.”
APA? Jauh sekali pikiran gadis ini... dia sampai sudah membayangkan memiliki anak denganku? Aku benar-benar tidak habis pikir.
“Kalau aku tidak mau bagaimana?” tanyaku menantang balik.
“Kau harus menikahiku, harus!” jawab Pin-Eye ngotot. “Aku telah bersumpah pada diriku akan menikah dengan lelaki yang bisa mengalahkanku dalam duel Pokemon, dan kau telah mengalahkanku di Verdanturf... itu artinya aku harus menikahimu. Apa kau mau menyakiti perasaan tulus seorang wanita yang ingin menepati sumpahnya?”
“Apa kau bilang? Aku mengalahkanmu?” tanyaku terkejut. Kebohongan apalagi ini? “Dengar aku Pin-Eye, pertarungan kita tidak pernah berakhir, Shedinja menghentikannya. Kalaupun Shedinja tidak muncul, aku akan kalah karena Shadow telah terkunci serangan Mothim. Aku tidak pernah mengalahkanmu!”
“Ucapan seorang ninja adalah kejujuran, apa kamu mau mengatakan kalau putriku telah berbohong?” tanya Jiken sambil mendelik, membuatku langsung bergidik.
“Dia bohong Jiken, aku tak pernah mengalahkannya!” kataku membela diri. Tangan Jiken bergerak cepat menarik kunainya dan langsung dihunuskannya ke leherku. Kini jarak mata kunai itu hanya sati inchi saja dari kulit leherku.
“Sumpah seorang ninja adalah sumpah yang terhormat, terlebih bila sumpah itu diucapkan oleh seorang kunoichi. Apa kamu mau menghina klan ninja kami dengan tidak memenuhi sumpah putriku?”
“Demi Tuhan Jiken... aku tidak mengalahkannya, pertarungan itu tidak berakhir...”
“Sekali lagi kudengar ucapan itu, pisau ini akan langsung menembus lehermu,” ancam Jiken mengerikan. Aku langsung menelan ludah. Sial, aku terjebak sekarang... seperti makan buah simalakama saja... Apa yang harus kulakukan?
“Aku... aku hanya tidak siap untuk menikah... maksudku aku belum mau menikah,” kataku mencoba mengelak. Jujur saat ini aku sangat ketakutan. Kutatap Pin-Eye dengan penuh kebencian. Bisa-bisanya dia melakukan semua ini padaku yang telah tulus menolongnya.
“Itu bukan alasan untuk menolak pernikahan ini,” sahut Jiken ketus. “Menikah sekarang atau nanti itu sama saja, tak ada bedanya. Kau tidak bisa menolaknya.”
“Apa kalian para ninja tidak pernah belajar bahwa dalam menikah dibutuhkan kerelaan dari kedua belah pihak, tanpa ada unsur paksaan sedikit pun?” kataku tak menyerah. Bagaimanapun para ninja ini tidak boleh menekanku begitu saja, aku tak mau menyerah.
“Kami para ninja menghormati cinta sejati, dan cinta bisa didapatkan setelah pernikahan,” jawab Jiken tetap bersikeras. “Kami tidak membutuhkan restumu untuk pernikahan ini. Pikirkanlah apa yang akan kamu dapatkan melalui pernikahan ini, bukan tidak mungkin aku akan mengangkatmu menjadi ketua ninja desa Abu untuk menggantikanku kelak.”
“Aku tidak tertarik dengan kekuasaan, aku memang belum mau menikah,” jawabku ngotot. Aku lalu menoleh ke arah Pin-Eye dan berkata, “Pin-Eye, aku menolongmu dengan tulus dan inikah balasanmu? Memaksaku menikah denganmu?”
Pin-Eye terdiam tak menjawab, membuatku semakin berang saja.
“Kamu tidak punya pilihan Lunar, kami akan memaksamu,” kata Jiken mencengkeram tanganku erat.
“Kalau dia tidak mau ya jangan dipaksa dong,” tiba-tiba Melona ikut bicara. “Kalian para ninja memang barbar.”
“Apa katamu?” Jiken terlihat berang. Dia hendak bergerak ke arah Melona namun langsung saja kucegah. Aku tak mau masalahku ini membuat orang lain terseret ke dalamnya.
“Dia tidak tahu apa-apa Jiken... jangan ganggu dia... dia cuma bosku, urusanmu hanya padaku,” kataku mencoba menenangkan Jiken. Aku lalu menoleh ke Melona. “Sudah kubilang jangan ikut campur,” bisikku pelan. Melona malah melengos kesal. Dasar Melona Blue... tunggu dulu... aku dapat ide...
“Jadi bagaimana L?” Jiken tampak tak sabar. Aku tiba-tiba tersenyum, membuat Jiken terheran, “Kenapa kamu tersenyum? Apa kamu menerima pernikahan ini?”
“Tidak Jiken, kukatakan tidak!” jawabku tegas. “Aku tidak bisa menikahi Pin-Eye karena.... karena aku sudah punya kekasih!”
“Kekasih? Kamu mau bohong ya?” Jiken tampak terkejut.
“Lunar, bukannya katamu kekasihmu sudah meninggal?” bisik Melona ikut terkejut.
“Siapa kekasihmu itu? Atau kamu hanya mengarang untuk menghindari pernikahan ini?” Jiken tampak waspada. Tiba-tiba muncul dua ekor Ninjask di sampingnya, sepertinya dia sudah kehabisan kesabaran memaksaku.

“Apa?” Jiken terhenyak kaget. Kulihat Pin-Eye juga terlihat terkejut.
“Lunar... apa-apaan kau ini?” tanya Melona kaget.
“Ya, dia Melona Bluesea... bosku ini sebenarnya adalah kekasihku!”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Anda sopan, Sandslash pun segan...