
“Melona Bluesea... bosku ini sebenarnya adalah kekasihku!”
“Apa kau gila Lunar? Aku kan... hmph...” ucapan Melona terputus saat dengan cepat kubekap mulutnya.
“Melona, dengarkan aku...” bisikku pelan, berusaha sebisa mungkin agar para ninja tidak mendengarnya. “Aku tidak mau menikah dengan Pin-Eye, jadi kumohon bantulah aku kali ini... berpura-puralah menjadi kekasihku agar mereka berhenti memaksaku untuk menikah.”
“Tapi kan...” ujar Melona berusaha melepaskan bekapanku.
“Kumohon Melona... mereka ninja yang sadis, aku tak tahu apa yang akan mereka lakukan bila aku bersikeras menolak permintaan mereka,” bisikku memohon. “Kumohon bantu aku... kali ini saja... lagipula ini semua salahmu karena mengundang majalah Overseas.”
Melona terdiam. Matanya melihat ke sekeliling, ke arah ninja-ninja yang tengah menatap kami berdua. Dia lalu melihat wajahku lama dan kemudian mengangguk. “Baiklah, kali ini saja...”
“Terima kasih Nona Melona,” sahutku tersenyum dan perlahan melepaskan bekapan tanganku.
“Ya, dia memang kekasihku!” kata Melona lantang di hadapan Jiken dan anak buahnya. “Itulah kenapa kami tinggal bersama di tempat ini. Apalagi kalau bukan sepasang kekasih?”
“Ap... Apa? Tidak mungkin...” Jiken terlihat sangat terkejut. “Kalau seperti ini aku tidak bisa memaksamu... karena kami para ninja sangat menghormati cinta sejati... kami tidak mungkin memisahkan dua orang yang saling mencintai...”
Bah, ninja bisa romantis juga rupanya, kataku membatin. Aku memang sengaja mengatakan memiliki kekasih karena aku menangkap perkataan Jiken sebelumnya yang mengatakan bahwa ninja Abu sangat menghormati cinta sejati, jadi mereka tidak bisa memaksaku menikah. Menghormati cinta sejati artinya tidak boleh memaksakan cinta kepada orang sudah memiliki kekasih. Ide ini benar-benar cemerlang...
“Tunggu dulu ayah!” tiba-tiba Pin-Eye berseru. “Bisa saja dia bohong, bisa saja mereka berkomplot mengatakan bahwa mereka sepasang kekasih agar Lunar tidak menikah denganku. Mereka bisa saja bersandiwara!”
Ups! Gadis ini benar-benar menyebalkan, padahal dulu kupikir dia gadis yang baik. Mungkin jatuh cinta bisa merubah sikap seseorang, mungkin cinta membuatnya gelap mata sehingga melakukan segala cara untuk bisa menikah denganku. Benar-benar konyol!
“Tapi Pin-Eye, kita tidak bisa memaksanya menikah... apa kamu tidak lihat mereka begitu mesra? Kita para ninja sangat menghormati cinta sejati,” kata Jiken menyahut perkataan putrinya.
Pin-Eye berjalan pelan mendekatiku dan Melona. Dia berputar mengelilingi kami, memerhatikan gerak-gerik kami, melihat kami dengan seksama.
“Apa benar dia kekasihmu?” tanya Pin-Eye tiba-tiba tepat di depat wajah Melona.
“I... iya... dia kekasihku,” jawab Melona terkejut dengan pertanyaan dadakan itu.
“Apa kamu mencintainya?” tanya Pin-Eye lagi.
“Tentu saja... dia kekasihku,” jawab Melona mulai menguasai dirinya. “Memangnya kenapa? Kamu cemburu? Dia milikku dan artinya dia tidak bisa menikah denganmu!” Melona tiba-tiba berubah ketus, membuat Pin-Eye kini yang terkejut.
Pin-Eye tersenyum misterius dan berkata, “Kalau begitu aku ingin melihat kalian berdua berciuman.”
“APA?” Melona tersentak kaget. “Yang benar saja?”
What? Apa maksudnya Pin-Eye? Menyuruh kami berdua berciuman? Yang benar saja... Jangan-jangan dia masih mencurigai kami bersandiwara... Sial!
“Kalau kalian sepasang kekasih yang saling mencintai, harusnya berciuman bukan hal yang sulit bukan? Apalagi kalian bilang kalau kalian tinggal bersama di tempat ini...” selidik Pin-Eye dengan nada seolah ingin menelan kami bulat-bulat. “Jadi cara untuk membuktikan apakah kalian bersandiwara atau tidak adalah menyuruh kalian untuk berciuman, karena bila kalian tidak mau... maka sudah pasti kalian hanya bersandiwara. Dua orang yang bukan sepasang kekasih mana mungkin mau berciuman begitu saja...”
“Ta... tapi aku kan...” Melona tampak bingung dan menundukkan kepalanya.
“Kenapa? Kamu bukan kekasihnya?”
“Cinta tidak hanya diungkapkan dengan ciuman!” tukasku cepat. “Cinta bisa ditunjukkan dengan cara lain, mungkin berwisata bersama... makan bersama... bercerita bersama... bukan hanya dengan ciuman...”
“Tapi ciuman adalah cara mudah menunjukkan rasa cinta,” Jiken ikut bicara. “Dan ucapan Pin-Eye benar tentang itu.”
Apa? Sial... Jiken ikut-ikutan bicara lagi... sekarang aku harus bagaimana? Mana mungkin aku mencium Melona dan juga... mana mungkin Melona mau menciumku?
“Jadi memang benar kalau kalian bersandiwara?” kata Pin-Eye penuh kemenangan. “Lihatlah ayah, mereka itu...”
“Aku mencintainya,” potong Melona tiba-tiba. Dia mendongakkan kepalanya dan memandang Pin-Eye tajam. “Aku mencintai Lunar dan karena itu aku akan menciumnya!”
What? Apa aku tidak salah dengar? Melona bilang...
“Nona Melona, kau jangan bercanda... kau tidak harus...”
“Aku akan menciummu Lunar,” potong Melona.
“Kau tidak bisa memaksakan dirimu kalau kau tidak...”
Perkataanku terputus saat tiba-tiba sesuatu yang lembut dan hangat menyentuh bibirku. Ketika kusadari ternyata... ternyata itu bibir Melona!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Anda sopan, Sandslash pun segan...