SERVADA CHRONICLES: BATTLE SEASON
BAB XLIII PERTARUNGAN GANDA PASIFIDLOG
“Magikarp bakar untuk meja nomor enam!”“Siap!!!”
“Sup Shroomish untuk meja nomor dua!”
“Segera dihidangkan!”
“Kopi Linoone untuk meja nomor lima!”
“Semuanya harap bersabar, pesanan kalian pasti datang...”
Hari lainnya di Penginapan Bluesea. Penginapan dan rumah makan ini menjadi lebih hidup dengan banyaknya pengunjung yang datang setiap harinya. Tidak bisa dipungkiri, hal ini terjadi berkat diriku juga. Aku merasa senang bisa membantu Melona menghidupkan kembali penginapan peninggalan neneknya ini. Seperti yang tertulis di majalah, liputan mengenai jumpa fans si Pincang serta kisah cinta di penginapan Bluesea membuat tak hanya penginapan yang jadi terkenal, melainkan juga kota Pasifidlog. Tentu saja kisah cinta yang ditulis adalah sandiwara antara aku dan Melona yang di luar dugaan menarik banyak perhatian pembaca. Pembaca yang penasaran pun akhirnya datang ke penginapan ini untuk melihat kami berdua mengelola penginapan. Melona memang sengaja menggunakan sandiwara itu untuk menarik perhatian wisatawan setelah menyadari banyak yang tertarik ‘kisah cinta’ itu. Bahkan kabarnya sebuah rumah produksi terkenal berniat mengangkatnya menjadi film layar lebar dengan judul “Pasifidlog in Love”. Semuanya benar-benar di luar dugaan...
“Terima kasih banyak Lunar,” kata Melona saat rumah makan sudah sepi. “Aku tidak bisa melakukan ini semua tanpa bantuanmu, aku merasa sangat terbantu.”
“Sama-sama nona Melona,” ujarku senang. “Aku merasa sangat senang bisa bekerja disini, membantumu mengurus penginapan ini. Aku bisa merasakan dua hal sekaligus disini, yaitu bekerja dan berlibur. Dan oh ya... tentang hubungan kita, aku minta maaf bila itu membebanimu.”
“Tidak apa-apa Lunar, lagipula aku senang kok menjadi kekasihmu, walaupun cuma sandiwara,” kata Melona tersenyum manis. “Kau lihat sendiri kan bagaimana dampak dari sandiwara itu di media? Itu berdampak baik pada penginapan kita. Bukankah kita sama-sama diuntungkan karenanya? Benar begitukan Wynaut?”
“Way-Way-Way!” sahut Wynaut yang bertengger di bahunya ceria.
“Dan karena kita sekarang sudah menjadi sepasang ‘kekasih’, bolehkah aku menanyakan sesuatu padamu?” sambung Melona kemudian.
“Tentu saja nona Melona, kenapa tidak?”
“Sebelumnya aku minta maaf bila pertanyaanku mengganggumu,” kata Melona ragu. “Aku penasaran kenapa kakimu pincang, padahal seingatku dulu waktu pertama kali bertemu denganmu di gua Altering, kamu tidak pincang. Jadi, apa yang membuatmu jadi pincang seperti ini?”
Aku terdiam. Pertanyaan itu membuatku teringat hari dimana aku bertarung dengan Groudon. “Itu...”
“Kalau kau keberatan menjawabnya, kau tak perlu menjawabnya,” potong Melona melihat keraguanku.
Aku menggeleng. “Tidak Nona Melona, kenapa aku keberatan? Bukankah kita ini sepasang ‘kekasih’? Dan di antara kekasih tidak ada hal yang disembunyikan bukan?”
“Lalu?”
Aku menghela nafas panjang dan menjawab, “Kakiku pincang saat aku bertarung dengan Groudon di gua Terra. Saat itu Groudon menggunakan retakan penguncang bumi, dan retakkannya melukai bagian dalam tulangku.”
“Kau... bertarung dengan Groudon?” Melona terperangah tak percaya. “Benarkah itu?”
Aku mengangguk mengiyakan. “Kau mungkin tidak percaya, tapi itulah yang terjadi,” jawabku. “Setelah keluar dari Tim Magma aku memutuskan mencari Groudon dengan caraku sendiri dan tanpa kuduga aku berhasil menemukannya di gua Terra. Aku dan Parmin masuk ke dalamnya dan bertarung melawan Groudon. Namun ambisiku harus dibayar dengan mahal... Parmin terbakar dan kakiku pincang... itulah yang terjadi...”
Aku terdiam. Mendadak aku teringat pada Parmin, rekanku dalam pencarian Groudon dulu. Aku tak tahu bagaimana kabarnya sekarang, tapi kuharap dia baik-baik saja.
“Parmin?”
Aku mengangguk. “Ya, Parmin. Dia adalah rekanku dalam pencarian Groudon, dia anak yang baik hati walaupun bodoh, dia sangat tulus,” kenangku. “Parmin terbakar hebat dalam pertarungan itu, beruntung dia berhasil diselamatkan sebelum terlambat. Aku berhutang banyak untuk mengobati Parmin, tapi itu tak sebanding dengan pengorbanannya padaku...” Aku terdiam sejenak lalu memandang wajah Melona. “Apa kau percaya ceritaku?”
Melona terdiam, tampak berusaha mencerna kata-kataku. Dia lalu tersenyum dan menjawab, ”Tentu saja Lunar, tentu aku percaya. Kau kan kekasihku, tak ada alasan untuk tidak mempercayai kekasih sendiri.”
“Jadi kau benar-benar menganggapku sebagai kekasih?” tanyaku kaget.
“Itu pun tidak masalah, kau sudah banyak membantuku... kau membuatku bahagia sejauh ini,” jawab Melona tertunduk. Kulihat wajahnya merona merah dan kemudian dia mendongak memandangku. “Kau tahu, ceritamu itu mengingatkan pada pamanku.”
“Kau punya paman?”
Melona mengangguk. “Dia seorang bajak laut petualang yang menjelajahi tujuh samudera untuk mencari mahkota laut, harta karun legendaris yang sangat terkenal. Di sepanjang perjalanannya itu dia banyak terluka sehingga membuat tubuhnya nyaris tidak berfungsi. Hebatnya, Paman kemudian mengganti sebagian tubuhnya yang rusak itu dengan mesin, membuatnya memiliki tenaga ekstra dan lebih bertenaga dibandingkan manusia biasa. Bisa dibilang dia cyborg.”
“Cyborg? Wow... itu keren...” sahutku kagum. “Lalu dimana dia sekarang? Mendengarkan kisahnya pasti akan sangat menarik.”
Raut wajah Melona berubah sedih dan berkata lirih, “Dia ada di penjara...”

Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Anda sopan, Sandslash pun segan...