SELAMAT MEMBACA!!!

Protected by Copyscape plagiarism checker - duplicate content and unique article detection software.

Kini blog ini fokus menayangkan fanfic Pokemon terpopuler di Indonesia, Servada Chronicles karangan L. Maulana atau yang akrab dipanggil Elite Four L.

PERHATIAN!
Sebagian gambar dan materi dalam blog ini diambil dari internet sementara sebagian lagi murni buatan Elite Four L. Elite Four L tidak akan mengklaim materi yang bukan miliknya. Dilarang mengkopi artikel dalam blog ini tanpa izin dari Elite Four L. Terima kasih.

Nama-nama dan karakter Pokemon adalah hak cipta dari Nintendo, GameFreak, Creatures Inc., dan Pokemon Company. Servada Chronicles adalah hak cipta L. Maulana / Elite Four L.

Minggu, 16 Oktober 2011

L's Diary: Eps.293 - Ziarah ke Gunung Pyre

PhotobucketEpisode 293: Ziarah ke Gunung Pyre

Aku berbaring di tempat tidurku, memikirkan ucapan Melona saat itu. Saat itu dia berkata...

“Itu pun tidak masalah, kau sudah banyak membantuku... kau membuatku bahagia sejauh ini...”

Apa maksudnya? Apa mungkin dia menyukaiku? Tapi mana mungkin gadis secantik dan sebaik dia bisa suka padaku, lelaki yang tidak jelas seperti ini. Lagipula waktu itu dia berkata...

“What? Menikah dengan pegawai malas ini? Yang benar saja! Itu tidak akan terjadi!”

Mungkin aku sudah salah pengertian, mana mungkin dia benar menyukaiku. Lagipula ini cuma sandiwara saja, agar aku bisa terhindar dari para ninja yang memaksaku menikah serta untuk mendongkrak nama penginapan Bluesea. Sandiwara ini akan segera berakhir setelah aku merasa aman dari para ninja itu atau mungkin akan terus berlangsung selama aku tinggaldi penginapan ini. Entah kenapa hingga saat ini aku merasa seperti ada banyak pasang mata yang mengamatiku dari jauh. Tapi mungkin tidak ya kalau sandiwara ini berujung pada kenyataan? Melona memang cantik, manis, baik hati, dan pandai memasak... laki-laki manapun pasti akan terpikat padanya. Masalahnya adalah aku sama sekali tak merasakan perasaan itu pada Melona. Aku sendiri tidak tahu kenapa, padahal seharusnya aku sudah jatuh hati saat pertama kali melihatnya, tinggal di bawah atap yang sama pula. Aneh, aku benar-benar heran. Lagipula manalah mungkin Melona menerimaku sebagai kekasih aslinya, sebagai wanita terhormat, seleranya pasti tinggi. Terlebih bila melihat kakiku yang pincang. Sudahlah... lupakan saja.

*

“Hari ini kita tutup,” kata Melona pagi itu. “Hari ini aku mau pergi ke gunung Pyre, mau berziarah ke makam nenekku. Kau mau ikut?”
“Gunung Pyre?” ulangku. Mendengar nama gunung itu membuatku langsung teringat pada nona Ester. Di gunung itulah kami pertama kali bertemu, dan di gunung itu pula nona Ester dimakamkan. “Aku ikut,” jawabku kemudian. “Aku ingin mengunjungi makam nona Ester.”

*

Kami berdua pergi ke gunung Pyre dengan menggunakan Wailord milik Melona yang besar sekali. Kami duduk di atas punggungnya dan kupikir Wailord adalah pilihan tepat pengganti kapal laut. Kita pun bisa masuk ke dalam mulutnya untuk berlindung bila hujan turun, benar-benar seperti kapal saja. Aku lalu membuka PokeDex-ku untuk melihat data Pokemon paus biru ini.

Wailord, Pokemon paus mengambang. Bertipe air.
Wailord bernafas dengan menghirup udara melalui lubang hidungnya saat dia mengambang ke permukaan. Dengan menghirup udara pada kapasitas maksimun, Wailord dapat menyelam jauh ke dalam laut hingga 10.000 kaki di bawah gelombang.

Benar-benar pilihan tepat untuk penjelajah lautan… hmm…
Setelah cukup lama menyusuri lautan luas, akhirnya kami tiba di gunung Pyre. Gunung ini masih tetap sama saat aku pertama kali mendatanginya dulu. Aku ingat saat itu Noah menyuruhku mengantarkan Nest Ball pada nona Ester, dan aku melihat kebakaran di gunung ini, menyelamatkan neneknya. Itulah awal pertemuanku dengan nona Ester. Terkadang aku berpikir, kenapa pertemuan kami begitu singkat, kenapa dia dengan cepat pergi meninggalkanku untuk selamanya... Aku benar-benar merindukannya.

Kini aku telah berdiri di depan makamnya. Botol minuman yang kuletakkan saat itu masih ada disana, tapi ada botol lain dengan setangkai bunga di samping botol pemberianku. Rupanya ada orang lain yang mengunjungi makam ini. Dengan kebaikan hati nona Ester, tak heran bila banyak orang akan mengenangnya.
Aku berdiri terpekur menatap peristirahatan terakhir nona Ester. Cepat saja aku teringat pada masa-masa indah bersama gadis hitam manis itu, wanita yang sangat luar biasa. Di gunung ini aku menyatakan cinta padanya, di gunung ini pula aku hanya bisa mengenangnya... “Nona Ester... aku sangat merindukanmu...”
Aku akan selalu berada di dekatmu, bila kau mengenangku...
Tiba-tiba terdengar suara pelan nona Ester di belakangku. Mendadak suasana menjadi begitu hangat dan kabut muncul pekat menyelimutiku. Entah mengapa aku merasakan nona Ester sedang memeluk tubuhku dari belakang. Aku menoleh dan mendapati nona Ester tersenyum sambil terus memeluk tubuhku erat. Pelukannya terasa sangat hangat.
Lunar sayangku, lanjutkan hidupmu... yang pergi biarlah pergi, jangan kau sesali...
“Nona Ester, aku merindukanmu... aku sangat merindukanmu...” sahutku bergetar.
Nona Ester tersenyum dan mengecup pipiku lembut. “Aku akan bahagia bila melihatmu bahagia... jadi berbahagialah untukku... jalani hidupmu, lakukanlah yang terbaik...
Angin bertiup pelan melenyapkan kabut di sekitarku dan kusadari nona Ester telah pergi. Perlahan air mata menetes di pipiku. Aku menangis... aku menangis untuk kesekian kalinya...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Anda sopan, Sandslash pun segan...