
Sejak saat itu Erou menginap di penginapan Bluesea. Dia memesan banyak makanan mewah dan terus-menerus memerintahku melakukan hal-hal yang menyebalkan seperti mengepel kamarnya sampai mengkilat, menyiapkan air hangat untuk mandi, mencuci baju kotornya, dan membawakan minuman berkelas ke kamarnya. Well, tamu adalah raja dan itu memang tugasku sebagai pelayan. Tapi masalahnya... kenapa harus Erou? Niatnya berlibur di tempat ini pasti hanya untuk mengerjaiku dan membuatku menderita... dasar si sombong yang menyebalkan! Aku berharap dia segera angkat kaki dari penginapan ini...
“Dia hebat ya?” kata Melona memuji Erou. “Dia baik dan pandai menyenangkan hati wanita... aku merasa senang sekali terlebih setelah dia menginap disini...”
“Baik katamu? Dia mencelaku begitu kasar dan kau menyebutnya baik?” sahutku tak habis pikir. “Kau sudah termakan rayuannya, dasar perempuan... mudah terbuai dengan kata-kata manis.”
“Kenapa kau ini? Apa kau cemburu?” tanya Melona menanggapi sikap dinginku.
“Cemburu? Pada lelaki menyedihkan itu? Yang benar saja...” sanggahku angkuh. Melona malah tersenyum melihat sikapku. “Kenapa kau tersenyum? Kau meledekku?” tanyaku jengkel.
“Kau cemburu Lunar,” jawab Melona pelan. “Terlihat di wajahmu.”
“Cemburu? Sudah kubilang aku tidak cemburu... aku hanya... kesal...”
“Kesal atau cemburu?” goda Melona terkikik.
“Baiklah, aku memang cemburu,” jawabku menyerah. “Aku cemburu mendengarmu memujinya...”
Melona tersenyum. “Itu membuktikan kalau kau menyukaiku.”
“Menyu...kaimu?” tanyaku terkejut. “Tapi kita kan hanya bersandi...”
“Tidak apa-apa Lunar,” potong Melona. “Aku juga menyukaimu. Kupikir ini akan lebih dari sekedar sandiwara...”
“Apa katamu? Kau menyukaiku? Serius?” tanyaku terkejut.
Melona mengangguk. “Itulah kenapa aku mau menciummu malam itu.”
Aku terdiam seketika dan Melona ikut terdiam pula. Kami saling memandang wajah masing-masing. Kusadari wajah Melona begitu manis dan cantik dengan rambut panjangnya yang terurai. Aku belum pernah melihat wajahnya secantik ini. Perlahan wajah kami bergerak dengan pandangan saling bertaut. Tanpa kami sadari bibir kami semakin dekat, semakin dekat... dan kemudian... kemudian...
“Way-Way-Way!” tiba-tiba Wynaut berseru mengagetkan kami berdua.
“Err... aku harus menyiapkan makan siang, aku tidak mau membuat Erou menunggu nanti,” kata Melona cepat-cepat berdiri dan langsung berjalan ke dapur.
“Ah iya, aku akan mencuci piring...” sahutku kikuk. Entah apa yang aku pikirkan saat ini, aku benar-benar tak habis pikir dengan peristiwa barusan.
“No... No... No...” tiba-tiba terdengar suara angkuh yang kubenci. Aku menoleh dan melihat Erou berdiri bersandar di pintu penginapan. “Biar aku saja yang mencuci piringnya,” katanya bergerak mendekatiku.
“Tidak perlu Erou, kau tamu disini, pantang bagi tamu melakukan hal itu,” sahut Melona yang sudah kembali dari dapur.
“Tidak apa-apa nona Melona, aku seorang juara yang rendah hati dan suka membantu, lagipula mencuci piring adalah spesialisasiku...” jawab Erou menyunggingkan senyumnya yang menawan. Dia pasti berniat mengambil hati Melona lagi, dasar tak tahu malu.
“Eh, benarkah kau tidak keberatan? Aku merasa tersanjung mendengar seorang juara sepertimu begitu baik hati,” ujar Melona sudah terpedaya dengan rayuan sialnya.
“Sebenarnya, bila Nona Melona tidak keberatan, aku ingin ikut bekerja di tempat ini, ingin ikut meramaikan tempat ini,” lanjut Erou berwibawa. “Aku tak mau kalah dengan Lunar Servada yang juara dua alias pecundang itu...” Erou melirik ke arahku dengan tatapan meremehkan. Darahku langsung bergejolak, lelaki ini benar-benar menyebalkan...
“Sudah cukup!” aku membentak keras. Akhirnya aku kehabisan kesabaran juga. “Aku sudah muak dengan sikapmu itu Erou! Kalau kau menginap disini untuk terus menghinaku, lebih baik kau segera pergi dari sini sekarang juga!”
“Lunar, jaga sikapmu!” Melona tampak marah dengan sikapku. “Dia itu tamu, kau tidak boleh bersikap seperti itu padanya!”
“Tapi Nona Melona, dia terus-menerus mencela...”
“DIAM!” potong Melona dengan nada tinggi, membuatku langsung terdiam tak bersuara. Dia berkacak pinggang dan menatapku tajam. “Sekali lagi kamu bersikap seperti itu, kamulah yang akan aku usir dari tempat ini.”
“Tidak apa-apa Nona Melona,” Erou ikut bicara. “Ini memang salahku, tak seharusnya aku bersikap demikian.”
Cis, dasar tak tahu malu, batinku kesal mendengar bualannya. Sampai kapan dia bertingkah menyebalkan seperti itu? Bahkan dalam kondisi seperti ini dia masih bisa mengambil hati Melona...
“Tuan Erou, maafkan kelakukan Lunar, aku tak habis pikir kenapa dia bersikap seperti itu,” sesal Melona. Dia lalu memandang ke arahku. “Kau lihat sendiri kan? Betapa baiknya Tuan Erou...”
Aku berpaling dan diam tak menjawab. Aku sudah sangat kesal dibuatnya. Ah, kenapa Melona malah membela si angkuh itu sih?
Melona melihatku sedih. Tampaknya dia merasa bersalah padaku. Dia lalu mendekatiku, duduk di depanku dan berkata, “Lunar, kau harus menjaga sikapmu, bagaimanapun dia tamu disini. Apa seperti itu perlakuan pelayan pada tamu?”
“Sesukamu sajalah...” sahutku malas.
Melona tersenyum. Dia bangkit dari tempat duduknya dan melihat ke arah Erou lalu berpindah melihatku. “Aku tahu hubungan kalian tidak baik, tapi aku tidak mau ada pertengkaran di tempat ini,” katanya pada kami berdua. “Aku senang kalian berdua ingin membantuku, mungkin aku bisa memikirkan cara yang tepat.” Melona terdiam dan tampak berpikir. Dia memandangi kami berdua bergantian. “Kalian berdua adalah finalis liga Pokemon, trainer terkuat tahun ini. Nah, bagaimana kalau kalian melakukan pertarungan persahabatan? Itu terdengar lebih baik.”
“Pertarungan persahabatan?” tanyaku dan Erou bersamaan.
Melona mengangguk sambil tersenyum. “Jadi bagaimana? Duel persahabatan ulangan final Liga Ever Grande, kedengarannya menarik... si Pincang melawan si Angkuh... Jadi apa keputusan kalian? Apa kalian setuju?”
Aku dan Erou terdiam. Kami saling menatap tajam untuk beberapa detik dan kemudian...
“Setuju!!!”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Anda sopan, Sandslash pun segan...