SELAMAT MEMBACA!!!

Protected by Copyscape plagiarism checker - duplicate content and unique article detection software.

Kini blog ini fokus menayangkan fanfic Pokemon terpopuler di Indonesia, Servada Chronicles karangan L. Maulana atau yang akrab dipanggil Elite Four L.

PERHATIAN!
Sebagian gambar dan materi dalam blog ini diambil dari internet sementara sebagian lagi murni buatan Elite Four L. Elite Four L tidak akan mengklaim materi yang bukan miliknya. Dilarang mengkopi artikel dalam blog ini tanpa izin dari Elite Four L. Terima kasih.

Nama-nama dan karakter Pokemon adalah hak cipta dari Nintendo, GameFreak, Creatures Inc., dan Pokemon Company. Servada Chronicles adalah hak cipta L. Maulana / Elite Four L.

Kamis, 01 Desember 2011

L's Diary: Eps.321 - Di Atap Penginapan

SERVADA CHRONICLES: BATTLE SEASON
BAB XLVII TENGGELAMNYA PASIFIDLOG

PhotobucketEpisode 321. Di Atap Penginapan

Aku duduk di atas atap penginapan, memandangi langit malam yang begitu indah penuh bintang. Malam ini begitu tenang, air laut beriak pelan. Kuhirup udara lautan yang segar, ah… benar-benar menyegarkan.
“Sedang apa kau disini?” tiba-tiba terdengar suara Melona mengagetkanku. Gadis pemilik penginapan dengan Wynaut di bahunya itu menaiki atap dan berjalan menghampiriku. Dia tersenyum dan duduk di sampingku. “Melihat bintang?”
Aku mengangguk lalu mendongakkan kepala ke langit. “Aku sudah lama tidak melihat pemandangan seperti ini,” kataku kemudian. “Melihat hamparan langit bertaburkan bintang dengan semilir angin laut yang menyegarkan… aku merasa sangat bahagia…”
“Waw, kau romantis juga ya,” sahut Melona ikut menengadah. “Pasti akan banyak wanita yang terpikat oleh kata-katamu itu.”
“Way-Way-Way!”
“Aku bicara apa adanya,” sahutku. “Kapan lagi aku bisa setenang ini?”
“Apa kau menunggu bintang jatuh lalu mengucapkan keinginan? Atau kau menunggu Jirachi?” Tanya Melona.
“Jirachi?”
Melona mengangguk. “Iya, Jirachi adalah Pokemon pengabul keinginan. Konon dia bisa mengabulkan segala keinginan.”
“Pokemon memang aneh-aneh ya?” sahutku mencoba tertarik. “Ada gitu Pokemon yang bisa mengabulkan keinginan… seperti Aladin saja.”
“Itu benar lho, Jirachi itu Pokemon pengabul keinginan,” kata Melona bersikeras.
“Iya, aku tahu kok. Aku sering mendengar cerita itu dari pamanku dulu,” sahutku membenarkan. “Hanya saja kupikir aku tidak membutuhkan Jirachi untuk mendapatkan keinginanku. Kupikir aku harus mendapatkannya dengan usahaku sendiri.”
Melona tersenyum. “Ya, itu benar Lunar, kita memang harus mengusahakan keinginan kita sendiri,” katanya kemudian. “Ngomong-ngomong, apa kau tertarik ikut Frontier Festival? Kulihat sepertinya kau ingin ikut serta.”
“Itu tidak mungkin Melona,” jawabku. “Aku bekerja disini, bagaimana bila aku pergi? Aku tak bisa membiarkanku menjaga penginapan ini sendiri.”
Melona menggeleng. “Tidak apa-apa Lunar, bila kau mau ikut Frontier Festival. Aku bisa mengurus penginapan ini sendirian, itu sudah kulakukan sebelum kau datang kesini.”
“Tapi Melona, aku tidak bisa…”
“Jangan jadikan penginapan ini sebagai penghalang bagimu untuk meraih yang kau inginkan,” potong Melona. “Aku tahu, kau sangat menginginkan turnamen itu, kau ingin menjadi juara setelah kau gagal dalam liga Ever Grande waktu itu.”
“Kau… tahu itu?”
“Sebenarnya aku sok tahu,” jawab Melona. “Aku tak ingin penginapanku menjadi penghalang bagimu, aku bisa mendapatkan siapa saja untuk membantuku di penginapan ini, tapi kau tidak selalu mendapatkan kesempatan bertarung dalam turnamen. Kau tahu sendiri kan kalau Scott yang datang langsung mengundangmu ikut dalam turnamennya?”
Aku terdiam dan memikirkan kata-kata Melona. Ucapannya memang benar, tapi... “Melona, kenapa kau katakan ini?” tanyaku heran.
Melona terdiam. Dia menatap hamparan laut di kejauhan sambil membelai Wynaut di bahunya. “Karena aku sama denganmu,” ujarnya kemudian. “Aku juga ingin ikut dalam turnamen itu, aku ingin mendapatkan beasiswa HAP. Tapi seperti yang kau tahu… aku tak bisa meninggalkan penginapan ini.”
“Kau bisa memercayakannya pada orang lain untuk mengurusnya sementara kau ikut turnamen, atau kau bisa menyerahkannya sementara padaku bila kau ingin ikut. Tidak masalah bagiku bila aku tidak ikut.”
Melona menggeleng. “Tidak bisa seperti itu Lunar. Penginapan Bluesea adalah tanggung jawabku sebagai pewaris keluarga ini, aku tidak bisa begitu saja menyerahkannya pada orang lain.”
“Apa kau tidak punya sanak-keluarga lain?” tanyaku ingin tahu.
“Satu-satunya keluarga tersisa adalah pamanku, tapi saat ini dia berada di penjara. Kalaupun dia keluar penjara, dia pastinya tidak tertarik mengurus penginapan ini. Dia pasti lebih memilih menjelajah samudra mencari harta karun…”
Ini kali kedua Melona membicarakan pamannya yang berada di penjara. Aku penasaran siapa pamannya itu, tapi aku tidak mau menanyakannya lebih jauh karena kupikir itu akan membuatnya sedih.
“Sebenarnya Lunar,” lanjut Melona. “Sebelum meninggal nenekku pernah berkata kalau aku memiliki seorang saudara kandung yang berada di tempat yang jauh. Sayangnya, nenek tidak mengatakan hal lain mengenai itu… aku pun tidak tahu siapa dan dimana saudaraku itu berada…”
Wajah Melona berubah murung. Dia terlihat sedih, membuatku ikut merasa sedih. Aku tahu perasaannya. Dia pasti sedih karena ingin sekali bertemu dengan saudaranya yang tidak diketahui keberadaannya itu.
“Sudahlah Melona,” aku mencoba menghibur. “Bila ditakdirkan, suatu hari nanti kau pasti akan bertemu dengannya… aku yakin itu…”
Melona tersenyum. “Terima kasih Lunar… Andai kau benar-benar kekasihku…”
Aku terdiam. Memang mudah untuk menyemangati orang lain, tapi akan sulit untuk menyemangati diri sendiri…

*

Sementara itu di sebuah apartemen di tempat yang jauh…

“AH!” seorang wanita berambut pendek ungu terbangun dari tidurnya. Nafasnya memburu, terlihat begitu terkejut.
“Ada apa sayang?” Tanya seorang laki-laki yang berbaring di sampingnya. “Apa kau bermimpi buruk?”
“Tidak apa-apa… aku hanya merasa ada seseorang yang membicarakanku…” jawab wanita itu.
“Siapa dia?”
Wanita itu menggeleng. “Aku tidak tahu, tapi rasanya begitu dekat…” Dia lalu bangkit dari tempat tidur dan berjalan ke arah jendela sembari memandang jauh keluar. “Perasaan aneh ini… Siapa dia sebenarnya…”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Anda sopan, Sandslash pun segan...