Episode 322: Bencana di PasifidlogGRUUUKKKKK!
Sebuah guncangan dan suara keras membangunkanku dari tidur. Kurasakan kamarku bergoyang ke kanan-kiri tak beraturan. Tak hanya itu, aku juga merasakan seolah lantai kamarku menurun perlahan. “Ada apa ini?” tanyaku terkejut.
“LUNAAARRR!!!” tiba-tiba terdengar teriakan Melona. Aku segera bangkit dan bergerak keluar kamar. Langkahku goyah kesana-sini terbawa gerakan kamar. Rasanya seperti gempa bumi!
Aku berjalan dengan susah payah menuju ke tangga ke lantai bawah dan kulihat Melona berdiri di ujung tangga. “Melona, ada apa ini?” tanyaku reflek.
“Lunar, lihat itu!” Melona menunjuk ke lantai bawah. Terlihat air banyak menggenangi lantai bawah, ruang makan. Kuperkirakan genangan air sudah setinggi lutut orang dewasa. “Sesuatu… sesuatu telah terjadi!”
“Sial!” aku langsung menuruni tangga dan terjun di genangan air di ruang makan. Susah payah aku melangkahkan kakiku yang terendam air laut keluar dari penginapan untuk mengetahui apa yang terjadi. Dan aku sangat terkejut saat berada di pintu penginapan… tidak hanya penginapan yang tergenang air, melainkan seluruh kota Pasifidlog!
Melona yang keluar menyusulku langsung tercekat melihatnya. “Ti… tidak mungkin! Ini tidak mungkin!”
Aku dan Melona melihat warga kota tampak panik berhamburan di antara jembatan rakit kota Pasifidlog. Beberapa di antara mereka membawa barang-barang dari dalam rumah, beberapa lainnya berteriak-teriak tak karuan. Sepertinya lautan tengah pasang dan merendam rumah-rumah penduduk. Tidak… ini bukan pasang biasa, karena kulihat sebuah rumah di sudut kota sudah… sudah tinggal atapnya saja!
“Mayor, ada apa ini?” Tanya Melona pada Mayor kota yang tampak kewalahan mengendalikan warga yang panik.“Oh, Nona Melona… ini buruk, buruk sekali,” jawab Mayor terdengar cemas. “Tiba-tiba koloni Corsola tercerai-berai, bergerak tak beraturan dan meninggalkan lautan kota! Kota kehilangan ketahanannya… kota akan tenggelam!”
“Ap-Apa?” Melona terhenyak kaget. “Ini… ini tidak mungkin!”
“Nona Melona dan Tuan Lunar lebih baik segera pergi dari sini. Kita tidak bisa berbuat apa-apa sekarang. Tanpa koloni Corsola, Pasifidlog tidak akan bisa mengambang di atas laut… rumah-rumah kita akan tenggelam… kota kita akan tenggelam!” usai mengatakan itu, Mayor kota berlalu begitu saja masuk dalam kepanikan warga.
“Bagaimana ini bisa terjadi? Kenapa Corsola meninggalkan lautan kita?” Tanya Melona mulai panik. Dia lalu menerjukan diri ke dalam laut selama beberapa detik, lalu naik kembali ke atas teras penginapan. “Lunar, ini tidak baik,” kata Melona padaku yang sedari tadi diam saja tak percaya dengan apa yang aku lihat. “Corsola benar-benar meninggalkan kota! Mereka pergi berenang meninggalkan kota satu-persatu… mereka terlihat sangat berantakan!”
Mendengar itu aku langsung memasukkan kepalaku ke dalam laut dan benar saja… gerombolan Corsola yang saat itu kulihat menopang lantai kota kini sudah tidak ada. Corsola-Corsola itu tercerai-berai berserakan dan bergerak kesana kemari tak beraturan. Kota Pasifidlog memang berdiri di atas koloni Corsola yang menjadi “lantai” kota, sehingga bangunan-bangunannya bisa berdiri di atas papan-papan dan balok-balok kayu besar. Seperti yang dikatakan oleh mayor kota, tanpa koloni Corsola berarti kota kehilangan “tanahnya”, dan itu artinya… kota Pasifidlog akan tenggelam!
“Ke… kenapa mereka meninggalkan lautan kota begitu tiba-tiba?” tanyaku seolah tersadar dari kebekuan. Aku memang sering terdiam shock tak bereaksi apabila terjadi sesuatu yang mengejutkan dan mendadak… terkadang bisa lama bagiku untuk menyadari apa yang terjadi sebenarnya. Aku benci dengan sifatku ini karena itu berbahaya bagi keselamatan diriku dan juga orang lain…“Hanya satu yang akan membuat Corsola pergi meninggalkan suatu wilayah perairan,” kata Melona mencoba tenang. “Polusi… lautan Pasifidlog sudah tercemar!”
“Tercemar?”
Melona mengangguk. “Aku melihat air di bawah menghitam dan aku mencium bau racun. Sesuatu telah menyebarkan racun dan mengotori lautan Pasifidlog… kita harus segera menemukannya dan menghentikannya!”
“Tapi Melona, kita tidak bisa…”
“Keluarlah Wailord!” Melona melemparkan PokeBallnya dan memunculkan Pokemon paus raksasa miliknya di perairan luar Pasifidlog. “Tak ada waktu yang boleh terbuang, kita harus bertindak cepat untuk menyelamatkan kota!”
Melona lantas berlari ke tengah kota dan berteriak keras. “Semuanya! Cepat masuk ke dalam mulut Wailord! Kalian akan aman disana!”
Mendengar itu, warga kota yang tadi tampak kebingungan menyelamatkan diri langsung berlari ke arah Wailord. Wailord sendiri sudah membuka mulutnya lebar, mempersilakan para warga masuk ke dalamnya.
“Terima kasih Nona Melona, kami memang bisa mengandalkanmu,” kata seorang ibu yang menggendong bayi. “Nona Melona juga sebaiknya segera pergi dari sini, disini sudah tidak aman.”
Melona terdiam. Dia lalu menoleh padaku yang masih berdiri di depan penginapan, sementara pahaku sendiri sudah terendam air laut yang kian meninggi. Bukan air laut yang meninggi, tapi papan kayu tempatku berpijaklah yang semakin merendah, tenggelam ke dalam laut…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Anda sopan, Sandslash pun segan...