
Benar saja, kepala lucu Mangrove keluar dari dalam air. Aku takkan menyia-nyiakan kesempatan ini. “Mangrove, sekarang!!!”
Mangrove muncul dari laut, tepat disampingku dan melompat menembakkan lumpur-lumpur padat ke mata Tentacruel raksasa. Tentacruel kesakitan dan menggerak-gerakkan kepalanya brutal. Kepala besarnya kemudian dibenturkan ke laut memunculkan gelombang besar berwarna ungu yang terlihat tebal… Gelombang lumpur!
Gelombang ungu itu bergerak cepat ke arahku dan Polar. Gerakan Polar yang lambat membuat kami tak sempat menghindarinya sehingga kami pun tersapu gelombang itu. Gelombang itu cukup kuat sehingga membuatku dan Polar kesakitan. Tiba-tiba saja kurasakan tubuhnya terasa berat. Aku merasakan sakit di sekujur tubuhku yang terlihat membiru. Oh tidak, gelombang lumpur itu telah meracuniku!
Nafasku tersengal, dadaku terasa sesak. Sial, situasi menjadi semakin buruk saja. Aku harus segera menyelamatkan Melona sebelum terlambat. Kulihat Melona masih dalam cengkeraman tentakel Tentacruel, aku harus melepaskannya.
“Mangrove, hantam pada tentakelnya!”

“Polar, berselancarlah secepat yang kamu bisa!” perintahku keras. Polar lalu berenang cepat ke arah Melona yang beberapa detik lagi akan menghantam laut. Secepat apapun gerakan Polar ternyata masih tidak dapat tepat waktu untuk menangkap Melona. Beruntung Polar segera membuka rahangnya lebar dan menangkap tubuh Melona dengan mulutnya. Dia lalu menggelindingkan tubuh Melona pelan ke punggungnya yang langsung kupeluk begitu saja.
“Dapat!” seruku senang sambil memeluk Melona erat. Aku tak tahu apa yang harus kulakukan sekarang. Dengan kondisiku yang keracunan saat ini dan juga Melona yang sedang pingsan, akan sulit untuk tetap bertarung melawan Tentacruel raksasa itu. Apa aku harus menyelamatkan diri dan pergi dari sini membiarkan Tentacruel itu melengkapi kehancuran kota?
“Kotaku mungkin tenggelam dan hancur, tapi aku tak boleh diam saja melihatnya. Paling tidak aku telah berusaha sekuat mungkin… untuk mempertahankannya!”
Tiba-tiba perkataan Melona tadi terngiang di kepalaku. Melona benar, aku tak boleh menyerah sekarang. Walaupun kota ini bukanlah kampung halamanku, tapi aku sudah merasa memiliki kota ini, aku sudah merasa menjadi warga kota ini, menjadi bagian dari Pasifidlog. Kupandangi bangunan penginapan Bluesea yang kini telah tenggelam hingga mencapai atapnya. Di penginapan itulah dulu aku bekerja bersama Melona. Di penginapan itulah aku dan Melona merenda kisah indah. Kami bersama-sama berusaha untuk mempertahankan penginapan itu agar terus bisa berdiri, bahkan kami sampai berpura-pura menjadi kekasih untuk bisa menarik simpati pelanggan. Saat-saat indah itu kembali muncul dalam ingatanku. Saat aku pertama kali menginjakkan kaki di kota ini, saat Erou menghinaku habis-habisan, saat tanganku terbakar misterius, dan tentunya… saat aku dan Melona berciuman malam itu di depan para ninja. Saat-saat itu memang sudah terlewatkan dan kini menjadi kenangan, tapi aku tak bisa membiarkan tempat penuh kenangan itu hilang begitu saja! Aku harus mengalahkan Tentacruel itu… seperti kata Melona, takkan kubiarkan Aaron menang begitu saja!
Meski begitu hanya Mangrove saja Pokemonku yang efektif melawan Tentacruel. Serangan tembakan lumpur Mangrove mungkin efektif, tapi tidak akan optimal menghadapi Tentacruel dengan ukuran raksasa itu. Kupikir tidak ada cara lain selain mencoba kekuatan besar yang sudah kudapatkan… Aku tak punya pilihan lain.
Kupegang erat bekas luka bakar di lengan kiriku. Kuremas kuat seraya berkata…
“In the name of red orb, I call you lord of the continent… come forth… Groudon!”
Mendadak muncul sinar merah menyebar dari lengan kiriku dan sejurus kemudian muncul Pokemon merah raksasa yang selama ini kuincar, yang telah aku dapatkan… Groudon. Seketika muncul sinar matahari yang begitu terik dan panas bersamaan dengan kemunculan Groudon, kemampuan kemarau.

Aku mengangguk mengiyakan. “Maaf Groudon, tapi aku tak punya pilihan lain,” jawabku memberi alasan. “Sekarang aku keracunan dan cuma Wooper yang bisa menembakkan lumpur.”
“Aku mengerti,” jawab Groudon dengan suara bergetar. “Lagipula ukuran Tentacruel itu juga begitu besar, baru kali ini aku melihat ubur-ubur sebesar itu,” lanjutnya. “Sekarang pergilah dan selamatkan gadis itu juga dirimu. Serahkan Tentacruel ini padaku. Pergilah cepat karena seranganku bisa melukaimu.”
“Ba… baiklah,” kataku mengangguk. “Polar, selancar kecepatan penuh!”
Berikutnya Polar membawaku dan Melona berenang cepat meninggalkan Pasifidlog yang hampir tenggelam seluruhnya. Aku menengok ke belakang dan Groudon belum melakukan apa-apa. Lalu saat aku mencapai jarak kira-kira seratus meter dari kota, tiba-tiba terdengar suara getaran keras dan kurasakan lautan di bawahku bergejolak tak beraturan seperti gempa bumi. Yang terjadi kemudian adalah munculnya ombak besar seperti tsunami dari arah kota yang bergerak cepat ke arah kami. Gelombang itu begitu besar dan cepat sehingga aku hanya diam saja saat gelombang itu datang menghantam dengan dahsyatnya…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Anda sopan, Sandslash pun segan...