
Aku membuka mataku perlahan. Kurasakan semilir angin menerpa wajahku dan aroma khas lautan biru langsung tercium di hidungku. Samar-samar kulihat wajah tak asing di hadapanku hingga pandanganku semakin jelas. Itu Melona.
“Syukurlah kau sudah sadar Lunar,” sapanya pelan.
“Aku dimana?” tanyaku bangkit dari tidurku.
“Kita ada di sebuah pulau di timur laut Pasifidlog. Aku juga tidak tahu pulau apa ini, tapi disana ada sebuah menara tinggi menjulang,” jawab Melona sambil menunjuk ke satu arah. Sebuah menara terlihat berdiri kokoh di seberang kami. Menara itu terlihat sangat tinggi, seperti menyentuh langit.

“Entahlah, aku tidak tahu,” jawab Melona polos.”Mungkin saja itu pilar langit, seperti yang pernah kudengar dari salah satu warga Pasifidlog. Aku berencana masuk ke dalamnya untuk mencari tahu, tapi kupikir lebih baik menunggu kau sadar.”
“Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa kita ada disini?” tanyaku linglung.
“Kupikir kau yang harusnya lebih tahu,” jawab Melona polos. “Aku terbangun di pulau ini dalam dekapanmu. Kau tak sadarkan diri dan kulihat kau keracunan. Aku sudah menetralkan racunnya dan syukurlah kau sadar sekarang,” jelas Melona. “Kupikir kau telah menyelamatkanku dari serangan Tentacruel raksasa itu dan membawaku ke pulau ini.”
Aku terdiam sejenak berusaha mengingat apa yang telah terjadi. “Yang kuingat aku mendekapmu di punggung Polar, membawamu pergi sejauh mungkin dari Pasifidlog,” kataku berusaha mengingat. Aku lalu membuang nafas panjang saat menyadari apa yang sebenarnya terjadi. “Maafkan aku Melona, aku terpaksa membawamu pergi dari Pasifidlog karena Tentacruel itu begitu kuat sementara aku terkena racun dari gelombang lumpur yang diciptakannya. Aku tak punya pilihan lain selain membawamu pergi, beruntung aku menemukan daratan ini sebelum akhirnya racun membuatku tak sadarkan diri.”
Perlahan aku ingat hal-hal yang terjadi sebelum aku pingsan. Saat itu aku mencari daratan terdekat dan aku melihat sebuah menara tinggi. Aku pun memerintahkan Polar berenang secepat mungkin ke arah menara itu karena aku yakin itu menuju ke sebuah daratan. Dan benar saja, menara ini memang berdiri di sebuah pulau yang cukup luas. Pada akhirnya kami berhasil mencapai pulau ini. Aku kemudian turun dari punggung Polar, membopong Melona berjalan di pesisir pulau ini saat tiba-tiba aku kehilangan kesadaranku dan jatuh begitu saja di tanah keras.
“Kau sudah melakukan yang terbaik Lunar,” kata Melona menepuk bahuku. “Entah apa yang terjadi padaku bila kau tidak membawaku pergi dari sana. Akulah yang seharusnya merasa bersalah, yang bertanggung jawab penuh atas tenggelamnya kota Pasifidlog,” ujarnya sedih. “Andai saja waktu itu aku menuruti kata-kata nenekku untuk tidak melakukan balas dendam, hal ini pastilah tidak akan terjadi. Nenekku benar, tidak ada gunanya balas dendam, karena dendam hanya akan melahirkan dendam. Dendam tidak akan menghasilkan apa-apa selain kesedihan, seperti yang kurasakan saat ini.” Melona tertunduk lesu. Dia lalu memandang jauh ke pesisir pulau. “Aku tak menyangka Aaron bisa bertindak senekat itu untuk membalaskan dendamnya padaku. Hal ini sulit untuk dipercaya...”
“Sudahlah Melona,” hiburku seraya merangkul bahunya. “Jangan menyalahkan dirimu lagi. Jangan bersedih, karena itulah yang diinginkan oleh Aaron. Bila kau terus bersedih dan menyalahkan dirimu atas tenggelamnya Pasifidlog, itu artinya kau membiarkan Aaron menang. Itulah memang yang diinginkannya, menjatuhkanmu, membuatmu merasa bersalah dan membuatmu menangisinya terus-menerus.”
“Kau benar, Lunar,” angguk Melona. “Bersedih hanya akan membuat Aaron tertawa. Aku harus bisa menunjukkan bahwa aku adalah wanita yang tegar, yang tidak mudah tergoyahkan.”
“Kalau begitu tersenyumlah dan mari pikirkan langkah terbaik berikutnya. Kita harus membangun kembali Pasifidlog,” ujarku menyemangati. “Aaron boleh saja menenggelamkan Pasifidlog, tapi dia tidak bisa membenamkan semangat warganya, terlebih semangat nyonya besar pemilik penginapan Bluesea.”
“Terima kasih Lunar, itu sangat membantu,” kata Melona tersenyum. “Tapi sebelum itu kita harus menyelidiki menara ini terlebih dahulu,” sambung Melona berdiri dan melangkah ke arah menara misterius di yang ada di pulau. “Aku curiga menara ini adalah pilar langit.”
“Pilar langit itu apa sih?” tanyaku sambil berjalan menyusul langkah Melona menuju menara itu.
“Seperti yang kukatakan tadi, aku juga tidak tahu,” jawab Melona. “Aku hanya mendengar seseorang di Pasifidlog mengatakan kalau ada sebuah menara tinggi menjulang yang terletak di timur laut Pasifidlog. Kupikir menara inilah yang dimaksud, menara pilar langit. Kita beruntung bisa menemukan menara ini.”
Beruntung? Entahlah, aku tidak tahu pasti. Yang kutahu kini aku hanya mengikuti langkah kaki Melona, berjalan pelan menuju menara tinggi yang misterius itu...
BAB XLVII
Tenggelamnya Kota Pasifidlog
~~Selesai~~
Tenggelamnya Kota Pasifidlog
~~Selesai~~
Keterangan alih bahasa:
~Kota Pasifidlog: Pasifidlog Town
~Pulau Ilusi: Mirage Island
~Tipe Air: Water type
~Tipe Racun: Poison type
~Melayang: Levitate
~Tembakan Air: Water Gun
~Kepala Besi: Iron Head
~Selancar: Surf
~Tembakan Lumpur: Mud Shot
~Gelombang Lumpur: Sludge Wave
~Pilar Langit: Sky Pillar
~Orb biru: Blue Orb
~Hantaman: Slam
~Keracunan: Poisoned
~Kemarau: Drought
~Kemampuan: Ability
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Anda sopan, Sandslash pun segan...