SELAMAT MEMBACA!!!

Protected by Copyscape plagiarism checker - duplicate content and unique article detection software.

Kini blog ini fokus menayangkan fanfic Pokemon terpopuler di Indonesia, Servada Chronicles karangan L. Maulana atau yang akrab dipanggil Elite Four L.

PERHATIAN!
Sebagian gambar dan materi dalam blog ini diambil dari internet sementara sebagian lagi murni buatan Elite Four L. Elite Four L tidak akan mengklaim materi yang bukan miliknya. Dilarang mengkopi artikel dalam blog ini tanpa izin dari Elite Four L. Terima kasih.

Nama-nama dan karakter Pokemon adalah hak cipta dari Nintendo, GameFreak, Creatures Inc., dan Pokemon Company. Servada Chronicles adalah hak cipta L. Maulana / Elite Four L.

Jumat, 16 Desember 2011

L's Diary: Eps.329 - Serangan Brutal Claydol

PhotobucketEpisode 329: Serangan Brutal Claydol

Aku dan Melona menaiki anak tangga satu-persatu menuju lantai atas. Lantai kedua yang kami jejaki sama dengan lantai pertama. Lantainya marmer biru gelap dan ruangannya begitu luas. Yang membedakan mungkin enam patung Claydol yang tersusun berbaris di tengah ruangan. Entah apa maksud keenam patung itu, tapi tentu saja itu menambah kesan misterius dari menara ini.
“Itu patung Claydol bukan?” Tanya Melona.
Aku mengangguk. “Ya, itu patung Claydol,” jawabku membenarkan. Aku pernah melihat Claydol hidup milik Steven saat di Rustboro waktu itu, sehingga aku tahu kalau patung yang berjejer di tengah ruangan adalah patung Claydol. Tapi untuk mengetahui lebih pasti, kubuka PokeDex untuk melihat datanya.


Claydol, Pokemon boneka tanah liat. Bertipe ganda tanah dan sihir.
Seekor Claydol tertidur ketika melayang di udara. Lengan-lengannya terpisah dari tubuhnya. Mereka tetap melayang dengan manipulasi kekuatan sihir. Dikisahkan bahwa mereka adalah boneka lempung buatan manusia primitf yang menjadi hidup akibat terkena paparan sinar yang misterius. Mereka menembakkan sinar dari tangan-tangannya.

Pokemon yang melayang di udara dengan manipulasi kekuatan sihir? Hmm...
“Patungnya indah sekali ya? Seperti asli,” komentar Melona. Dia lalu melangkahkan kakinya ke seberang ruangan melewati deretan patung Claydol yang tersusun simetris itu.
“Hei tunggu Melona,” seruku saat kusadari Melona berjalan begitu saja.
“Oh, maaf Lunar, aku terlalu bersema…” ucapan Melona terhenti saat tiba-tiba terdengar suara putaran yang keras seperti kipas angin. Kulihat patung Claydol yang sebelumnya berwarna abu-abu pucat berubah warna menjadi kecoklatan. Mata patung itu juga berubah warna, menjadi merah muda. Oh tidak… patung itu menjadi hidup!
“I…itu…”
“Lunar, cepat berlari kesini!” teriak Melona panik saat menyadari patung-patung itu menjadi hidup.
Aku tak tahu apa yang sedang terjadi, tapi sepertinya hal ini buruk. Patung-patung itu semuanya berubah hidup dan berputar pada porosnya. Putarannya sangat keras hingga masing-masing mulai melayang di udara.
“Lunar, jangan bengong saja disitu!” teriak Melona lagi. “Cepatlah kesini, mereka akan menyerangmu!”
“Me… menyerang?” pertanyaanku itu sepertinya terlambat dan sia-sia saat tiga Claydol bergerak cepat ke arahku sementara tiga Claydol lainnya bergerak ke arah Melona. Itu putaran cepat – Rapid Spin!
“Keluarlah Sharpedo!” kudengar Melona mengeluarkan seekor Pokemon berbentuk kepala hiu. “Sharpedo, ombak besar!” Pokemon hiu itu lalu mengeluarkan ombak besar dari mulutnya yang langsung menghantam Claydol-Claydol itu jatuh. Akan tetapi Claydol-Claydol itu kembali melayang dan memutar enam lengan mereka secara teratur.
“Waa... mereka kuat sekali!” seruku spontan saat melihat serangan tipe air yang seharusnya efektif melawan tipe tanah Claydol itu seolah tak berimbas apa-apa.
“Bukan waktunya memuji musuh... cepatlah lari!” teriak Melona. Aku pun langsung berlari cepat ke arah Melona yang berdiri di tangga. Claydol-Claydol itu lalu berputar cepat bergerak mengejarku. “Lunar, cepat!” Melona terlihat cemas. Dia mengulurkan tangannya berniat menarikku. “Sharpedo, gigitan!” perintah Melona kemudian. Sharpedo bergerak cepat ke arah salah satu Claydol sembari membuka rahangnya lebar. Pokemon itu kemudian langsung menggigit Claydol, namun Claydol lain menghantamnya dengan sangat keras menggunakan putaran tubuhnya. Sharpedo yang dikepung lima Claydol pun tak bisa menghindari serangan itu dan langsung jatuh pingsan. Tak hanya Sharpedo, Claydol-Claydol itu juga berjatuhan karena saling bertabrakan saat menghantam Sharpedo.
Terima kasih pada Sharpedo karena berhasil mengalihkan perhatian sehingga aku pun dapat berlari mencapai lokasi Melona berdiri. “Huff... hampir saja,” kataku lega.
“Jangan senang dulu, mereka masih terus bergerak. Kita harus cepat naik.” Melona mengembalikan Sharpedo ke dalam PokeBall dan mengajakku menaiki tangga.
Kami menaiki tangga yang cukup panjang hingga akhirnya tiba di lantai ketiga. Dekorasi lantai ketiga sama dengan lantai sebelumnya, marmer biru gelap dengan ruangan yang sangat luas... hanya saja ada banyak patung Pokemon aneh di setiap sisi ruangan. Pokemon itu bertubuh kecil dengan mata seperti berlian.
“Kali ini Sableye,” kata Melona.
“Sableye?” aku lalu membuka PokeDex dan melihat datanya.

Sableye, Pokemon kegelapan. Bertipe ganda kegelapan dan hantu.
Pokemon ini menggali dengan menggunakan cakarnya yang tajam untuk mencari makanannya yaitu permata-permata kasar. Pokemon ini berdiam di dalam kegelapan dan jarang terlihat oleh manusia.

Memakan permata kasar? Memangnya enak ya? Itukan keras...
“Lunar, sekarang bukan waktunya membuka mainan itu...” kata Melona terdengar cemas. Aku lalu mendongak dan melihat berkeliling. Mata berlian dari patung-patung itu tampak menyala putih berkilauan dan kemudian terdengar suara gerakan yang berat.
“Patung-patung itu...”
“Lunar cepat lari!!!”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Anda sopan, Sandslash pun segan...