SELAMAT MEMBACA!!!

Protected by Copyscape plagiarism checker - duplicate content and unique article detection software.

Kini blog ini fokus menayangkan fanfic Pokemon terpopuler di Indonesia, Servada Chronicles karangan L. Maulana atau yang akrab dipanggil Elite Four L.

PERHATIAN!
Sebagian gambar dan materi dalam blog ini diambil dari internet sementara sebagian lagi murni buatan Elite Four L. Elite Four L tidak akan mengklaim materi yang bukan miliknya. Dilarang mengkopi artikel dalam blog ini tanpa izin dari Elite Four L. Terima kasih.

Nama-nama dan karakter Pokemon adalah hak cipta dari Nintendo, GameFreak, Creatures Inc., dan Pokemon Company. Servada Chronicles adalah hak cipta L. Maulana / Elite Four L.

Jumat, 16 Desember 2011

L's Diary: Eps.333 - Harta Karun Pilar Langit

PhotobucketEpisode 333: Harta Karun Pilar Langit

“Rayquaza? Maksudmu Pokemon langit tinggi?” tanya Melona penasaran
Wallace mengangguk. “Benar Nona, Pokemon itulah yang kumaksudkan,” jawab Wallace.
“Jadi benar kalau Rayquaza tinggal di menara ini?” tanya Melona lagi. “Berarti cerita yang beredar di Pasifidlog itu benar adanya.”
Wallace berbalik lagi membelakangi kami berdua. Dia kembali menatap jauh ke depan sembari membelai Altaria dengan lembut. “Legenda Hoenn berkisah tentang tiga Pokemon yang masing-masing mewakili elemen bumi,” kisah Wallace kemudian. “Groudon, Pokemon benua yang mewakili elemen daratan, tinggal di dalam gua Terra.” Wallace menoleh dan melihat ke arahku. “Itulah gua yang ingin kamu masuki waktu itu, Lunar,” katanya sambil tersenyum. “Maaf, tapi aku tak bisa mengizinkanmu untuk masuk kesana waktu itu.”
“Tidak apa-apa, lagipula aku sudah...”
Tutup mulutmu bocah!” terdengar suara bergetar di kepalaku yang langsung memutus ucapanku, seolah mencegahku bicara. Ah, itu Groudon yang berbicara.
“Sudah apa?” tanya Wallace.
“Aku sudah... sudah berhenti mencarinya,” kataku mencari jawaban lain yang masuk akal. Groudon memperingatkanku, tentu saja aku tidak bisa berterus terang. Bodohnya aku.
“Aku senang kamu sudah menyadari hal itu,” sahut Wallace menyibakkan rambutnya. “Berikutnya,” dia melanjutkan ceritanya, “adalah Kyogre, Pokemon dasar laut yang mewakili elemen lautan, tinggal di gua Marine. Bersama dengan Groudon, keduanya saling bertarung menciptakan wilayah Hoenn dan juga bencana besar yang menyertainya.” Wallace kembali melihat ke arahku. “Itulah Lunar, kenapa aku membekukanmu waktu itu, takkan kuizinkan bencana berulang kembali di Hoenn.”
“Ya, aku tahu itu,” jawabku seadanya.
“Lalu Rayquaza?” tanya Melona tampak tertarik dengan cerita Wallace.
“Rayquaza adalah Pokemon ketiga,” jawab Wallace. “Pokemon langit tinggi yang mewakili elemen udara, disinilah dia tinggal. Di atas pilar langit, tempat yang tidak pernah tersentuh oleh manusia.”
“Aku mengerti,” sahutku. “Kalau benar Pokemon itu tinggal disini, dimana dia sekarang?”
“Itulah yang kucoba mencari tahu Lunar,” kata Wallace terdengar ragu. “Sesuatu mungkin telah terjadi dengan Pokemon itu, itulah yang aku takutkan saat ini.”
“Maksudmu ada orang jahat yang telah menangkapnya?” terka Melona.
“Benar Nona, ada orang jahat yang telah mendapatkannya,” jawab Wallace. “Dan bukan tidak mungkin dia akan menggunakan Rayquaza untuk tujuan jahatnya itu, yang bisa saja menimbulkan bencana di Hoenn.”
“Itu buruk sekali...”
“Menggunakan Pokemon untuk tujuan jahat adalah hal yang buruk, tak ada syak untuk itu,” sahut Wallace cepat. Matanya tampak menyorotkan amarah, namun cepat saja kembali teduh seperti sebelumnya. “Sudahlah, tak ada gunanya membicarakan ini pada kalian. Ini bukan urusan kalian.”
“Kami juga warga Hoenn, maka ini pun berhubungan dengan kami,” sergah Melona tak setuju dengan perkataan Wallace.
“Lalu bagaimana kau menjelaskan tentang Pasifidlog yang tenggelam, Nona?” tukas Wallace cepat. Melona langsung terdiam mendengarnya. “Kau punya hal lain yang patut kau perjuangkan, biarkan kami para Elite Four yang menanganinya,” sambung Wallace menjelaskan.
“Aku... aku... ya, kau benar,” kata Melona terbata. Kulihat wajahnya kembali sedih. Wallace sial, tak bisakah dia melihat Melona senang sedetik saja?
“Selesaikan urusan kalian, karena aku akan menyelesaikan urusanku sendiri,” kata Wallace. Dia lalu menatap ke arahku. “Lunar, aku minta maaf untuk hari itu. Sebagai juara aku tidak bisa membiarkanmu begitu saja,” katanya kemudian. “Kamu sudah menunjukkan kekuatanmu di liga Ever Grande, berarti tak percuma aku memberikan lencana Sootopolis kepadamu. Kamu hebat,” pujinya. “Berikutnya pergilah ke Battle Frontier, dan tunjukkan kalau kamu bisa menjadi juara.”
Wallace bergerak menaiki Altaria. Dia memandang ke arahku dan Melona bergantian. “Aku ingin berbicara banyak dengan kalian berdua, tapi aku harus pergi sekarang,” katanya seraya pamit. “Sampai jumpa Lunar, sampai jumpa Nona. Usaha kalian datang ke puncak pilar langit ini kiranya perlu mendapatkan sebuah hadiah. Alam telah menyediakannya, kalian akan menyaksikannya tak lama lagi. Sampai jumpa dan oh ya... Selamat Tahun Baru.”
Usai mengatakan itu Wallace kemudian terbang bersama Altaria meninggalkan kami berdua di puncak pilar langit. Bersamaan dengan kepergiannya, tiba-tiba kami melihat banyak benda terbang dari samping menara, bergerak ke puncak menara tempat kami berdiri sekarang. Benda-benda terbang itu ternyata Pokemon biru bersayap awan seperti Altaria, tapi tubuhnya lebih kecil.
“Itu Swablu,” kata Melona sambil melihat salah satu Pokemon itu. Semakin lama Swablu-Swablu itu semakin banyak dan mereka berterbangan mengitari kami berdua, menciptakan gerakan teratur berirama yang begitu indah. Disusul kemudian beberapa ekor Altaria ikut muncul dan bergabung dalam barisan udara Swablu. Mereka semua mengeluarkan suara senandung yang merdu saling bersahutan satu sama lain. Pokemon-Pokemon itu terlihat seperti sedang menari dan menyanyi. Melona tampak terkesima melihatnya.
“Lunar, ini indah sekali bukan?” bisik Melona terdengar senang. Aku tersenyum dan mengangguk mengiyakan. “Ini tarian dan senandung naga, tidak semua orang bisa melihatnya seperti ini. Apa ini hadiah yang dimaksud oleh Wallace?” tanyanya kemudian. “Kalau benar demikian... maka aku takkan pernah menyesali kedatanganku ke menara ini... karena bagiku inilah harta karun pilar langit yang sebenarnya...”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Anda sopan, Sandslash pun segan...