
Keesokan harinya SS. Tidal merapat di sebuah dermaga pulau yang sangat luas. Ya, memang tepat, kami telah tiba di pulau dimana Battle Frontier berada. Para penumpang pun satu-persatu turun dari kapal menapak Battle Frontier. Kebanyakan mereka langsung mengagumi bangunan-bangunan besar dan tinggi yang ada disana, termasuk aku.

“Nah, benar bukan apa yang kukatakan? Tempat ini pastilah menyenangkan,” kata Flame ikut takjub.
“Biasa aja...” sahutku merusak suasana, membuat Flint dan Flame langsung tertawa. Aku sendiri hanya tersenyum. “Mari kita ke lobi, aku ingin melihat fasilitas apa saja yang disediakan disini,” ajakku kemudian.
Aku dan pasangan kekasih yang sama-sama berambut merah itu lalu melangkah ke sebuah bangunan bertuliskan lobi dan pusat informasi. Saat memasukinya, aku melihat lelaki gemuk berbaju pantai yang dulu pernah kulihat tampak sedang berdiri dan berbicara dengan seseorang.
“Ah, kupikir kamu tidak akan datang,” sapa lelaki gemuk berkacamata itu saat pandangannya melihat kami. Dia lalu berjalan menghampiriku. “Lunar Servada... si pincang dari Verdanturf, sebagaimana yang sering diucapkan oleh orang-orang. Aku hanya mengikuti ucapan mereka, tidak ada maksud untuk menghina sama sekali,” katanya ramah.

“Bagaimana perjalananmu Lunar? Apakah menyenangkan?” tanya Scott kemudian.
“Ya, sangat menyenangkan. Aku harus berbasah-basah terlebih dahulu untuk bisa naik kapal. Untungnya Wooperku punya insang yang kuat,” jawabku apa adanya. “Aku bangun kesiangan dan terlambat naik kapal.”
“Ah, lain kali biar kubayar pihak pelabuhan agar mereka mau menunda keberangkatkan kapal hingga kamu naik ke atasnya. Sejujurnya turnamen ini takkan seru kalau si Pincang dari Verdanturf tidak ada di dalamnya dan... hei! Ternyata kamu datang bersama Miss Festival... sama sekali tidak aku duga...”
“Miss... Festival?” tanyaku tak mengerti.
“Flame Evers,” kata Scott melihat ke arah Flame yang berdiri di sampingku. “Senang Nona mau datang kesini sebagai tamu spesial kami.”
“Terima kasih Scott, aku senang datang kesini... tempat ini menyenangkan,” kata Flame.
“Jadi ini alasannya kau membujukku terus?” tanya Flint ikut bicara. “Karena kau ternyata adalah Miss Festival dari turnamen yang akan diadakan disini? Flame, kenapa tidak bilang dari awal? Aku pasti akan langsung menemanimu kesini, kau tak perlu memujiku secara berlebihan seperti waktu itu.”
“Well-well-well... lihat yang kita dapati disini,” Scott kembali berbicara. “Tiga orang terkenal memasuki lobiku secara bersamaan... ini sangat jarang terjadi, aku bisa memberi sambutan yang meriah di sekali waktu. Flint, bagaimana kabarmu?” tanya Scott melihat ke arah Flint.
“Tetap kribo, sama seperti perutmu yang tetap buncit,” jawab Flint dengan nada bercanda.
“Mari-mari semuanya... biar kuantar kalian semua ke tempat istirahat... kalian pasti lelah di sepanjang perjalanan ini.”
Scott lalu memandu kamu bertiga berjalan di Battle Frontier yang luas. Tempat ini memang benar-benar luas, aku tak menyangka ada tempat seperti ini di Hoenn. Aku benar-benar sudah tak sabar untuk menjelajahinya!
*
Tak lama setelah kami meninggalkan lobi, tanpa kami tahu…
Sesosok misterius dengan pakaian jubah hitam besar yang menutupi seluruh tubuhnya tampak berjalan masuk ke dalam lobi. Sosok itu berjalan pelan menyeberangi lobi hingga seorang petugas menghentikannya.
“Maaf Sir… Anda harus mendaftar terlebih dahulu bila ingin masuk ke Battle Frontier,” kata petugas itu mencegahnya keluar dari lobi menuju ke bagian dalam Battle Frontier.
Sosok itu terdiam sejenak kemudian menjawab dengan suara bergetar, “Namaku Reaper, daftarkan aku sebagai peserta utama.”
“Tidak bisa seperti itu Sir, Anda harus…” mendadak ucapan petugas itu terhenti saat asap hitam tipis tiba-tiba menyelimutinya. Raut wajahnya tiba-tiba berubah ramah dan tersenyum. “Baik Tuan Reaper… Anda selalu diterima disini…” sambungnya dengan nada bicara yang kaku.
Sosok berjubah yang mengaku bernama Reaper itu lalu berjalan melewati petugas itu yang diam saja berdiri terpaku. Pada akhirnya Reaper keluar dari lobi dan memasuki wilayah utama Battle Frontier.
“Battle Frontier… akhirnya…”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Anda sopan, Sandslash pun segan...