
Aku terduduk lesu di kursi panjang ruang tunggu Pokemon Center Battle Frontier. Saat ini Guardian tengah diobati oleh suster Joy sementara Solar sudah ada dalam genggamanku, di dalam Nest Ball. Kutatap Nest Ball itu dengan sedih, tidak tahu harus berbuat bagaimana. Solar tiba-tiba saja mengamuk dan tidak menuruti perintahku saat berlatih tadi. Bukan itu saja, dia bahkan menyerangku brutal. Matanya berubah warna merah, sesuatu yang sangat aneh.
“Apa kau memikirkan Tropius?” tanya Guy mengagetkanku. Kini ranger yang pernah melawanku itu duduk di sampingku. Aku mengangguk pelan mengiyakan. “Hal yang aneh memang, dan aku merasakan aura jahat,” kata Guy kemudian.
“Aura jahat? Apa maksudmu?” tanyaku tak mengerti.
“Sebagai seorang ranger…atau mantan ranger tepatnya, aku sering menemui keganjilan-keganjilan pada sikap Pokemon yang kutemui,” jawab Guy. “Kasus sepertimu juga pernah kutemui, Pokemon tidak menurut pada pelatihnya tanpa alasan yang jelas.”
“Apa dugaanmu?”
Guy terdiam. Dia tampak berpikir sejenak kemudian berkata, “Aura jahat… Pada pengalamanku dulu, Pokemon terkena semacam frekuensi atau gelombang entah itu dalam bentuk cahaya atau suara yang kemudian merubah sifat alami Pokemon menjadi lebih agresif. Bila Pokemon yang terkena paparan ini adalah Pokemon jinak, maka Pokemon itu akan menjadi membangkang pada pelatihnya.”
“Eh? Apa maksudmu ada yang mengendalikan Solar?” tanyaku tertarik.
Guy mengangkat kedua bahunya. “Aku tidak tahu pasti,” jawabnya singkat. “Aku masih belum bisa menyimpulkan. Ini cuma salah satu dugaan karena kemungkinan alamiah Pokemon itu sendiri bisa menjadi penyebabnya.”
“Kemungkinan alamiah?”
“Iya, ada kalanya Pokemon berada dalam kondisi yang buruk. Kemungkinan lainnya ada pada sang pelatih, kemungkinan sang pelatih tidak merawatnya dengan baik,” urai Guy. “Tapi kupikir kemungkinan terakhir itu tidak ada, karena kulihat kau telah merawat Pokemonmu dengan baik.”
“Aku tahu…” sahutku langsung terdiam. Kupandangi Nest Ball Tropius dengan nanar. Aku merasa sangat mencemaskannya saat ini. Ini ketiga kalinya aku mencemaskan keadaan Tropius setelah pertemuan pertamaku dengannya di barat kota Fortree dan ketika baru tiba di Battle Frontier. Langsung saja ingatanku membawaku pada masa-masa itu, ketika aku masih bergabung dengan Tim Magma. Saat itu aku dan Volta terpaksa mendarat disana untuk mengobati Flame dan mencari bahan bakar. Kami terpaksa melewati ladang ilalang yang terbakar ketika Topius mendadak muncul melindungi kami dari gumpalan ilalang terbakar yang bergerak ke arah kami. Kami selamat, tapi Tropius kesakitan dan tidak bisa bergerak. Volta menyuruhku meninggalkannya begitu saja mengingat kondisi kami waktu itu, tapi aku tetap saja tidak tega. Akhirnya aku menangkap Tropius dengan Nest Ball. Yeah, aku sama sekali tidak berniat menangkapnya. Aku memasukkannya ke dalam Nest Ball agar aku bisa membawanya dengan mudah untuk diobati. Sejak itulah Tropius yang kemudian kuberi nama Solar menemaniku dalam perjalanan, menjadi kendaraan utamaku untuk terbang.
“Sudahlah, jangan sedih,” hibur Guy menyadari kesedihanku. “Kita berharap semoga Solar bisa kembali seperti sedia kala. Kau sudah melakukan yang terbaik yang kau lakukan, Lunar…”
Aku mengangguk seraya bangkit berdiri. “Ya Guy, kamu benar,” sahutku mantap. “Aku yakin Solar akan membaik… dan kami akan bisa bertarung bersama lagi!”
*
Tanpa kuketahui, di sebuah kamar di hotel Battle Frontier…
Volta
memandang keluar Battle Dome melalui jendela kamarnya. Dia bersedekap
seolah tengah memikirkan sesuatu yang berhubungan dengan apa yang
dilihatnya sekarang. Tak lama pandangannya beralih pada menara tinggi
yang terletak tak jauh dari Battle Dome.
“Kapan kamu akan mulai menjalankan rencana ini?” tanya Nanta yang sedari tadi duduk menunggu di belakang Volta. “Pasukanku sudah tidak sabar untuk bergerak, mereka tinggal menunggu perintah terakhir darimu.”
“Jadi tunggulah,” jawab Volta pelan. “Tunggulah perintah dariku… dan rencana kita pasti akan berhasil…” lanjutnya tetap memandang menara tinggi yang ada di seberangnya. Pemimpin Tim Voltase itu lalu tersenyum, tanpa menyadari senyuman lain yang ada di dalam ruangan itu.
“Kapan kamu akan mulai menjalankan rencana ini?” tanya Nanta yang sedari tadi duduk menunggu di belakang Volta. “Pasukanku sudah tidak sabar untuk bergerak, mereka tinggal menunggu perintah terakhir darimu.”
“Jadi tunggulah,” jawab Volta pelan. “Tunggulah perintah dariku… dan rencana kita pasti akan berhasil…” lanjutnya tetap memandang menara tinggi yang ada di seberangnya. Pemimpin Tim Voltase itu lalu tersenyum, tanpa menyadari senyuman lain yang ada di dalam ruangan itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Anda sopan, Sandslash pun segan...