SELAMAT MEMBACA!!!

Protected by Copyscape plagiarism checker - duplicate content and unique article detection software.

Kini blog ini fokus menayangkan fanfic Pokemon terpopuler di Indonesia, Servada Chronicles karangan L. Maulana atau yang akrab dipanggil Elite Four L.

PERHATIAN!
Sebagian gambar dan materi dalam blog ini diambil dari internet sementara sebagian lagi murni buatan Elite Four L. Elite Four L tidak akan mengklaim materi yang bukan miliknya. Dilarang mengkopi artikel dalam blog ini tanpa izin dari Elite Four L. Terima kasih.

Nama-nama dan karakter Pokemon adalah hak cipta dari Nintendo, GameFreak, Creatures Inc., dan Pokemon Company. Servada Chronicles adalah hak cipta L. Maulana / Elite Four L.

Kamis, 12 Februari 2015

Lunar's Diary: Eps.448 - Munculnya Kelompok Paci

SERVADA CHRONICLES 3
BATTLE SEASON: RAID SESSION


BAB LXV: PEMBAJAKAN BATTLE FRONTIER

Episode 448: Munculnya Kelompok Paci

Sebuah ledakan dahsyat muncul di dalam Battle Dome. Entah darimana asalnya, namun kudengar para penonton berteriak-teriak ketakutan. Aku sendiri terhempas jatuh di tepi arena dengan kepala yang terasa begitu pusing.
Segera aku melihat ke sekeliling. Asap tebal menyelimuti berbagai sudut Battle Dome. Asap itu muncul di setiap tribun, sementara para penonton tampak tak bergerak. Semuanya terjatuh dari tempat duduk mereka masing-masing, seakan tak bisa bergerak.
“FLAME!” teriakku begitu menyadari situasinya. Langsung aku melihat ke arah Flame dan mendapati perempuan berambut merah itu jatuh berlutut di tanah. Dia tampak terbatuk-batuk dan kesakitan. Aku hendak berdiri ketika tiba-tiba seseorang muncul dari balik kepulan asal yang ada di depanku.
“Setia kawan... seperti biasanya...” kata suara yang tak lain adalah Volta itu. Lelaki itu terlihat baik-baik saja, dia berdiri tegak, dan berjalan dengan mudahnya. “Tapi Lunar, hari ini tak ada yang bisa kamu lakukan selain menyaksikan apa yang ada di depanmu,” lanjutnya dengan wajah penuh kemenangan.
“Apa... Apa katamu? Apa yang telah kamu lakukan?” sentakku penuh emosi. Aku memang belum tahu apa yang sebenarnya terjadi. Tapi satu hal yang kutahu, Volta jelas terlibat dalam ledakan ini.
“Well... Well... Kerja bagus, Volta,” ujar lelaki lain yang muncul dari kepulan asap di tengah arena. “Seperti yang kukatakan sebelumnya, kita bisa menjadi tim yang hebat bila saling bekerja sama.”
Aku melihat sosok itu dengan seksama. Sosok bertubuh pendek, berambut pirang, mengenakan sweater warna hitam. Sosok itu pernah kulihat sebelumnya... dia itu Nanta! Ya, dia Nanta Paciolo, pimpinan kelompok Paci, kelompok Mafia dari Johto. Kenapa... kenapa dia ada di sini?
Nanta berjalan menghampiri Flame. Dia memungut mikropon Flame, lantas berjalan ke tengah arena dengan santainya. Perlahan asap hitam yang ada di tengah arena memudar, sehingga kini Nanta tampak begitu jelas di sana.
Selamat siang, kawan-kawanku semuanya. Maaf karena telah mengganggu keasyikan kalian menyaksikan pertarungan ini,” kata Nanta dengan menggunakan mikropon. Dia memandang berkeliling, melihat ke setiap tribun penonton, kemudian tersenyum. “Kalian mungkin terkejut dengan apa yang terjadi saat ini. Itulah kenapa aku ada di sini untuk menjelaskannya,” sambungnya.
Seluruh perhatian penonton kini tertuju ke arah Nanta. Semua penonton melihatnya, namun mereka tetap belum bisa bergerak. Tak satupun dari penonton yang ada di Battle Dome dapat menggerakkan tubuhnya. Kenapa ini?
Ledakan yang terjadi tadi, di berbagai tempat di dalam gedung ini, adalah ledakan pelumpuh. Itu diciptakan oleh kombinasi antara gelombang halilintar dan ledakan bunuh diri yang dilakukan oleh Voltorb. Ya, kami telah menyusupkan dua ratus Voltorb ke dalam gedung ini, dan meledakkannya di saat yang tepat,” jelas Nanta tersenyum jahat.
Apa dia bilang? Dua ratus Voltorb? Perkataan Nanta tadi membuatku terkejut. Bukan, bukan hanya aku. Tapi semua penonton di Battle Dome terkejut. Suara-suara kemarahan pun terdengar hampir dari seluruh tribun penonton.
“Apa maumu? Kenapa kamu melakukan ini?” teriak salah seorang penonton.
“Kalian ini penjahat atau apa?” teriak yang lain.
“Ambil saja harta kami, tapi tolong jangan lukai kami!” seru penonton yang panik.
“Dua ratus Voltorb? Apa kamu berniat membunuh kami?”
Mendengar seruan-seruan itu, Nanta justru tersenyum. Dia mendekatkan kembali mikropon ke mulutnya. “Aku tahu pasti akan banyak pertanyaan yang datang dari kalian. Tapi mulutku hanya satu, aku tak bisa menjawab pertanyaan kalian semua ini yang jumlahnya ratusan secara bersamaan,” jawabnya enteng. “Tapi aku sudah menyiapkan sebuah jawaban, yang akan bisa menjawab semua pertanyaan itu sekaligus....”
Kami dari kelompok Paci. Jumlah kami ada sekitar seratus orang yang menyamar sebagai penonton di sini...” bersamaan dengan ucapan Nanta itu,tiba-tiba muncul orang-orang berpakaian serba hitam dari setiap tribun penonton. Orang-orang itu berjalan keluar dari tempat duduk penonton, lantas berdiri di depan setiap tribun. “Seratus orang ini, yang sebelumnya menyaksikan final bersama kalian, kuberitahu ya... mereka bukan orang-orang yang ramah,” sambung Nanta dengan gaya berbisik. “Jadi, jangan berani macam-macam atau ya... kalian sudah tahu sendiri kan akibatnya?
Kurang ajar... Apa sebenarnya yang diinginkan Nanta dan kelompoknya. Dan sekarang, sekarang Volta bersama mereka. Ini jelas buruk.
Dan kami sengaja melakukan semua ini. Melumpuhkan kalian adalah salah satu langkah awal kami agar kalian tidak bisa mengganggu rencana brilian kami. Kalian tahu apa rencana brilian kami itu?” tanya Nanta. Dia terdiam sejenak seraya melihat ke berbagai arah, seolah menunggu jawaban. “Ya ya ya, tentu kalian belum tahu,” ujarnya kemudian. “Kalau begitu kuberitahu. Rencana kami adalah... mengambil alih tempat ini. Bukan, bukan tempat, tetapi pulau ini. Kami mengambil alih pulau ini. Pulau ini sekarang, Battle Frontier ini... kami bajak!”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Anda sopan, Sandslash pun segan...