
“Lunar!!!” terdengar suara keras Flame memperingatkanku, sementara aku sendiri menutup mata tidak berani melihat Solar menyerang pelatihnya sendiri. Kudengar sebuah suara angin bergemuruh yang kupikir berasal dari gerakan tubuh Solar. Baiklah Solar, aku adalah pelatihmu, apapun yang terjadi padamu adalah tanggung jawabku. Bila kamu mau menyerangku karena menganggapku telah melukai atau tidak merawatmu dengan benar, maka aku pasrah bila memang harus menerima terjanganmu… Oh, Solar…
KRASK! KRASK! BRAKKKK!
Terdengar suara desisan statis disusul suara benda jatuh yang begitu keras, sementara tubuh Solar tak jua menghantamku. Aku yang terheran lalu perlahan membuka mata untuk melihat apa yang terjadi sebenarnya. Aku melihat sekeliling dan tampak Solar tersungkur lemah di samping belakangku. Kilatan kuning statis tampak muncul bergantian di sekujur tubuhnya.
“So… Solar…” panggilku saat melihat Solar. Aku lalu berjalan pelan menghampirinya, menunduk dan memegang kepalanya perlahan.
“Huff… beruntung dia terkena efek lumpuh atau paralyz akibat serangan nafas naga tadi,” terdengar suara Guy mendesah lega. “Kalau tidak kau pasti sudah…”
Suasana di arena Battle Dome sendiri sekarang begitu hening, seolah tidak ada satu pun orang di dalamnya. Aku melihat sekeliling, menyadari bahwa para penonton terdiam terpaku di tempat mereka masing-masing, seolah begitu terkejut dengan apa yang baru saja terjadi. Flame pun demikian. Di tepi arena dia terbelalak menutup mulutnya dengan tangan kanan, lalu kemudian berjalan cepat menghampiriku.
“Lunar, kamu tidak apa-apa?” tanya Flame khawatir.
“Aku baik-baik saja,” jawabku datar. “Tapi Solar…”
“Syukurlah, kupikir kamu akan celaka,” sahut Flame memotong. Dia lalu melihat Solar yang kini telah pingsan. “Ada apa dengan Tropiusmu? Kenapa dia tidak menurut dan malah menyerangmu?” tanyanya heran.
Aku menggeleng. “Aku tidak tahu apa yang terjadi pada Solar, dia sudah bertingkah seperti ini dari kemarin,” jawabku menjelaskan. “Kupikir hari ini dia sudah kembali seperti sedia kala dan bisa membantuku dalam pertarungan ini, tapi ternyata dia masih…”
“Segera kembalikan Tropius ke bolanya, kita urus dia nanti,” sergah Guy dari seberang. “Bagaimanapun ada pertarungan yang harus kita lanjutkan.”
“Tapi aku…” aku memandang Solar dengan sedih. Aku tidak percaya dengan yang kulihat, Solar pingsan tak berdaya karena gagal menyerangku… menyerang pelatihnya sendiri. Ini sungguh tidak bisa dipercaya.
“Iya, Guy benar,” kata Flame. “Kembalikan Solar ke dalam bolanya, dia akan baik-baik saja. Show must go on, pertarungan harus tetap dilanjutkan.”
“Baiklah…” kukeluarkan Nest Ball dan memasukkan kembali Solar ke dalam bola khas kotaku itu seraya bangkit berdiri. Aku berbalik dan berjalan kembali ke posisiku semula. Flame yang melihat itu pun juga kembali ke posisinya sebagai juri.
“Kedudukan saat ini imbang, saudara-saudara…” seru Flame mengembalikan suasana pertarungan. “Berikutnya Pokemon apakah yang akan dikeluarkan kedua petarung kita ini?”
Aku kembali berhadapan dengan Guy untuk melanjutkan pertarungan kami. Meskipun saat ini pikiranku masih terganggu karena insiden Solar tadi, aku tetap harus fokus untuk memenangkan pertarungan ini bila ingin melanjutkan langkah ke babak semifinal.
“Apa kau yakin masih ingin bertarung?” tanya Guy tampak mengkhawatirkan keadaanku. “Bila kau tidak yakin, kita bisa menundanya untuk sementara waktu. Aku tidak ingin bertarung bila kau tidak berada dalam kondisi terbaikmu. Scott pasti akan menger…”
“Aku akan bertarung,” potongku tegas. Aku menunduk sejenak, lalu mendongak menatap Guy tajam. “Takkan kubiarkan perjuangan Solar menjadi sia-sia!”
Guy tersenyum mendengar ucapanku. Dia lalu mengeluarkan PokeBall dari sakunya, menunjukkan padaku dan berkata lantang, “Kalau begitu mari kita lanjutkan! Keluarkan Pokemonmu!”
Serta merta aku mengeluarkan PokeBall keduaku, balas menunjukkannya pada Guy dan berikutnya….
“Aku memilihmu… Treasure!”
“Aku memilihmu… Ludicolo!”
“Cradily milik Lunar melawan Ludicolo milik Guy… Siapakah yang akan menang?” seru Flame mengomentari kemunculan kedua Pokemon kami. Suasana Battle Dome yang tadi lengang kini langsung kembali meriah dengan teriakan-teriakan dukungan para penonton yang kembali antusias. Pertarungan ini pun berlanjut!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Anda sopan, Sandslash pun segan...