“Ayo Pincang! Ayo serang!”
“Ayo Guy! Kenapa kau tidak menyerang!”
“Hei, sampai kapan kalian akan berdiri saja disana!”
Teriakan-teriakan
tidak sabar sudah terdengar bersahutan dari berbagai arah tribun
penonton. Mereka sepertinya kesal karena baik diriku maupun Guy belum
juga memberikan perintah berikutnya kepada Pokemon kami untuk
melanjutkan pertarungan. Aku menghadapi jalan buntu, membuatku berpikir
keras untuk menemukan strategi tepat demi memenangkan giliran terakhir
ini. Sementara Guy, dia pastilah menungguku memberikan perintah serangan
karena sudah merencanakan memerintahkan Houndoomnya melakukan pukulan
penghisap.
“Hei, apa kalian sudah bosan bertarung?” tanya Flame
menyadari situasi yang mulai kacau di tribun penonton. “Mereka datang
kesini bukan untuk melihat kalian diam saja berdiri disana, mereka ingin
melihat kalian bertarung.”
“Kau dengar itu Lunar? Semua menunggu
perintahmu,” kata Guy memicingkan matanya yang sipit ke arahku. “Apa kau
tidak punya strategi yang lain? Apa kau benar telah terkunci dalam
permainanku? Huh, ternyata mudah sekali menggiringmu masuk ke dalam
strategi hebatku.”
“Aku punya strategi lain kok,” sahutku menyanggah. “Aku hanya sedang memikirkannya sekarang.”
“Oh
ya? Lalu sampai kapan kami akan menunggu? Sampai para penonton mulai
melemparkan botol minuman ke dalam arena seperti yang dilakukan suporter
timnas Indonesia?” sungut Flame kesal.
“Kau dengar sendiri kan Lunar? Kita tidak punya banyak waktu,” kata Guy dengan senyum mengejek.
Aku
terdiam melihat keributan di bangku penonton. Disana sudah bergitu
ramai dengan suara yang saling bersahutan. Flame dan Guy benar, aku
tidak punya banyak waktu. Tapi situasi ini… Ah, andai saja ada saran
untukku, aku pasti akan… tunggu sebentar, bukankah tadi Groudon
memberikan saran?
(Komentar Groudon, “Yeah, tadi aku sudah memberikan
saran. Kalau kamu lupa, baca lagi di episode sebelumnya. Dasar pelupa!
Padahal itu baru saja!”)
Kalau tidak salah Groudon mengatakan padaku
untuk menyatukan kemampuan Pokemon dengan kemampuan yang aku miliki.
Baiklah, mari kita pikirkan hal itu dengan jernih, siapa tahu ada jalan
keluar.
…………………………………………………………………………………………….
“AHA!” seruku
menjentikkan jari cepat setelah memikirkan masak-masak ucapan Groudon.
Ya, kini aku tahu apa yang dimaksud oleh Groudon. Aku tahu apa yang
harus aku lakukan dalam situasi seperti ini. Aku harus menyatukan
kemampuanku dengan kemampuan Guardian… karena itulah hakikat sebenarnya
dari trainer Pokemon!
“Jadi apakah kau sudah menemukan strategimu? Lama sekali…” protes Guy mendengar seruanku.
Aku mengangguk mantap. “Ya, aku sudah menemukannya. Dan akan kuhancurkan strategimu itu, Tuan Sok Tenang!”
“Kalau begitu aku menunggu!”
*
Di waktu yang sama, di dalam pikiranku…
Aku
berdiri di dalam ruangan luas sebuah gua dengan danau lahar merah
membara di sekelilingku. Di danau lahar terbesar yang ada di dalam gua
tersebut, tampak seekor Pokemon raksasa dengan tubuh merah berkilat
tengah berkubang di dalamnya. Sinar terik tampak terpancar dari tubuh
besarnya, menciptakan hawa panas di seisi ruangan.
“Jadi kamu sudah tahu apa yang harus dilakukan?” tanya Pokemon yang tak lain adalah Groudon itu.
“Jadi kamu sudah tahu apa yang harus dilakukan?” tanya Pokemon yang tak lain adalah Groudon itu.
Aku
mengangguk pelan. “Ya, RedClaw,” jawabku memandang Groudon bernama
RedClaw yang kudapatkan di Gua Terra itu. “Aku sudah mengetahui maksud
dari kemampuan Pokemon dan kemampuan milikku. Maaf membuatmu menunggu,
tapi aku tidak bisa berpikir jernih mengenai kemampuan yang kumiliki.
Selain karena aku lupa, kemampuan itu juga tidak bisa kukelu…”
“Kalau
mengenai hal itu serahkan saja padaku,” potong RedClaw sang Groudon.
“Kemampuanmu telah menutup kemampuanku, sebagaimana yang telah kukatakan
padamu waktu itu di Gua Terra. Aku tahu kamu belum bisa mengendalikan
kemampuan itu dengan baik, tapi kemampuan itu sendiri telah keluar
beberapa kali saat kamu berada dalam posisi terdesak, menunjukkan bahwa
sebenarnya kamu telah memiliki kendali atasnya.”
“Lalu apa yang harus aku lakukan sekarang?”
“Tidak
perlu khawatir, kamu pasti akan bisa menguasainya secara alamiah,”
jawab RedClaw Groudon. “Tapi untuk saat ini aku yang akan membantumu.
Kemampuanmu mungkin telah menyegel kemampuanku, tapi aku masih bisa
mengeluarkan kemampuanku yang akan mengaktifkan kemampuanmu. Sebenarnya
aku tidak berharap melakukan ini padamu, karena rasanya pasti akan
sangat sakit.”
“Rasa sakit adalah hal yang biasa… dan aku bersedia melewatinya demi mencapai keinginanku… sesakit apapun itu.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Anda sopan, Sandslash pun segan...