Episode
427: Hari Penentuan
Not
in my diary……..
Jumat,
Final Frontier Festival
Pagi itu, Frontier Festival begitu
ramai.Ratusan orang tampak berdatangan ke Battle Dome yang bakal menjadi arena
untuk pertarungan final. Tak jarang, dalam perjalanan ke Battle Dome,
orang-orang membicarakan prediksi-prediksi pertarungan final nanti. Mereka
tampak mengira-ngira siapa yang bakal memenangkan turnamen ini, dan menjadi
Master Frontier, sebutan juara turnamen ini.
“Kupikir si Pincang yang akan menang. Dia
punya Sandslash yang begitu hebat.Electabuzz andalan utama Badut takkan mampu
mengatasinya,” ujar salah seorang lelaki kurus tinggi yang tengah berjalan
menuju Battle Dome.
“Oh ya? Tapi Electabuzz si Badut sangat
hebat. Tenaganya begitu mengagumkan,” sahut seorang perempuan gemuk yang
berjalan bersamanya.
“Benar sih. Mungkin si Pincang akan
kesulitan…”
Tanpa diduga, seorang lelaki berjubah
menyimak biru lebar obrolan dua orang itu. Dia tampak tertarik, namun tetap
berjalan dengan santainya menuju pintu masuk Battle Dome. Rambut peraknya tampak
bergerak menutupi sebagian wajahnya, namun tak dapat menyembunyikan senyum sinisnya.
“Ho ho ho ho. Si Pincang ya… Tak boleh
kulewatkan,” ujarnya terkekeh.
Sementara itu, jauh di salah satu kamar
di hotel Battle Frontier, seorang lelaki berpakaian sweater hitam mengamati
dari balik jendela. Dia melihat antusias lalu lalang orang-orang yang berjalan
menuju Battle Dome.
“Sudah dimulai rupanya.Baiklah,” kata
orang itu. Dia lalu berbalik, berjalan dan berbicara, entah dengan siapa.
“Bagaimana pasukan kita? Sudah
berangkat?” tanyanya.
“Siap Tuan. Sudah kami berangkatkan dari
posisi yang Tuan inginkan. Sesuai rencana,” jawab sebuah suara.
“Bagus. Tak ada lagi yang perlu
kukhawatirkan,” kata lelaki itu.“Tujuanku… segera terwujud.”
*
Di
dalam Battle Dome…
Flame tampak berdiri ragu di ruang
gantinya. Dia menatap sebuah cermin tinggi panjang yang ada di
depannya. Menampakkan refleksi dirinya dengan gaun hijau cantik yang selalu
dikenakannya selama menjadi Miss Festival. Biasanya, tak butuh waktu lama
baginya untuk berkaca, memastikan penampilannya baik-baik saja. Namun kali ini
berbeda. Entah kenapa, dia merasa sesuatu yang buruk bakal terjadi.
Pintu ruang ganti terbuka, dan Flint
masuk ke dalamnya. “Ah, masih disini rupanya kau, Flame,” ujar Flint mendapati
kekasihnya masih memagut di depan cermin. “Scott sudah menunggumu. Ini sudah
waktunya kamu keluar,” sambungnya.
Flame tak menjawab. Dia tetap memandang
ke dalam cermin, kali ini dengan tatapan wajah sedih. Melihat itu, Flint menjadi
heran.
“Flame, ada apa denganmu?” tanya Flint
kemudian. “Kulihat sejak kemarin kamu begitu murung. Apa ada masalah?”
Flame menggeleng lemah. “Tidak ada
apa-apa.Aku hanya takut sesuatu yang buruk terjadi dalam final ini,” ujarnya
seraya berbalik menghadap Flint.
“Tenanglah, semuanya akan baik-baik
saja,” kata Flint seraya memegang kedua bahu Flame. “Kita harus percaya, bahwa
Lunar bakal memenangkan pertarungan ini.”
“Tapi bagaimana bila….”
“Flame,” potong Flint cepat. “Bila hal
buruk terjadi, aku akan membantu. Jangan khawatir ya?” tutur Flint
menyunggingkan seulas senyum.
Flame terdiam, lalu mengangguk dan
membalas senyum. “Baiklah, terima kasih Flint,” jawab Flame. “Aku harus yakin
semuanya akan baik-baik saja. Dan aku harus tampil baik dalam turnamen ini.
Karena Ini adalah… penampilan terakhirku sebagai Miss Festival…”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Anda sopan, Sandslash pun segan...