SELAMAT MEMBACA!!!

Protected by Copyscape plagiarism checker - duplicate content and unique article detection software.

Kini blog ini fokus menayangkan fanfic Pokemon terpopuler di Indonesia, Servada Chronicles karangan L. Maulana atau yang akrab dipanggil Elite Four L.

PERHATIAN!
Sebagian gambar dan materi dalam blog ini diambil dari internet sementara sebagian lagi murni buatan Elite Four L. Elite Four L tidak akan mengklaim materi yang bukan miliknya. Dilarang mengkopi artikel dalam blog ini tanpa izin dari Elite Four L. Terima kasih.

Nama-nama dan karakter Pokemon adalah hak cipta dari Nintendo, GameFreak, Creatures Inc., dan Pokemon Company. Servada Chronicles adalah hak cipta L. Maulana / Elite Four L.

Rabu, 30 April 2014

Lunar's Diary: Eps.427 - Hari Penentuan

Episode 427: Hari Penentuan

Not in my diary……..
Jumat, Final Frontier Festival

Pagi itu, Frontier Festival begitu ramai.Ratusan orang tampak berdatangan ke Battle Dome yang bakal menjadi arena untuk pertarungan final. Tak jarang, dalam perjalanan ke Battle Dome, orang-orang membicarakan prediksi-prediksi pertarungan final nanti. Mereka tampak mengira-ngira siapa yang bakal memenangkan turnamen ini, dan menjadi Master Frontier, sebutan juara turnamen ini.
“Kupikir si Pincang yang akan menang. Dia punya Sandslash yang begitu hebat.Electabuzz andalan utama Badut takkan mampu mengatasinya,” ujar salah seorang lelaki kurus tinggi yang tengah berjalan menuju Battle Dome.
“Oh ya? Tapi Electabuzz si Badut sangat hebat. Tenaganya begitu mengagumkan,” sahut seorang perempuan gemuk yang berjalan bersamanya.
“Benar sih. Mungkin si Pincang akan kesulitan…”
Tanpa diduga, seorang lelaki berjubah menyimak biru lebar obrolan dua orang itu. Dia tampak tertarik, namun tetap berjalan dengan santainya menuju pintu masuk Battle Dome. Rambut peraknya tampak bergerak menutupi sebagian wajahnya, namun tak dapat menyembunyikan senyum sinisnya.
“Ho ho ho ho. Si Pincang ya… Tak boleh kulewatkan,” ujarnya terkekeh.
Sementara itu, jauh di salah satu kamar di hotel Battle Frontier, seorang lelaki berpakaian sweater hitam mengamati dari balik jendela. Dia melihat antusias lalu lalang orang-orang yang berjalan menuju Battle Dome.
“Sudah dimulai rupanya.Baiklah,” kata orang itu. Dia lalu berbalik, berjalan dan berbicara, entah dengan siapa.
“Bagaimana pasukan kita? Sudah berangkat?” tanyanya.
“Siap Tuan. Sudah kami berangkatkan dari posisi yang Tuan inginkan. Sesuai rencana,” jawab sebuah suara.
“Bagus. Tak ada lagi yang perlu kukhawatirkan,” kata lelaki itu.“Tujuanku… segera terwujud.”

*

Di dalam Battle Dome…

Flame tampak berdiri ragu di ruang gantinya. Dia menatap sebuah cermin tinggi panjang yang ada di depannya. Menampakkan refleksi dirinya dengan gaun hijau cantik yang selalu dikenakannya selama menjadi Miss Festival. Biasanya, tak butuh waktu lama baginya untuk berkaca, memastikan penampilannya baik-baik saja. Namun kali ini berbeda. Entah kenapa, dia merasa sesuatu yang buruk bakal terjadi.
Pintu ruang ganti terbuka, dan Flint masuk ke dalamnya. “Ah, masih disini rupanya kau, Flame,” ujar Flint mendapati kekasihnya masih memagut di depan cermin. “Scott sudah menunggumu. Ini sudah waktunya kamu keluar,” sambungnya.
Flame tak menjawab. Dia tetap memandang ke dalam cermin, kali ini dengan tatapan wajah sedih. Melihat itu, Flint menjadi heran.

“Flame, ada apa denganmu?” tanya Flint kemudian. “Kulihat sejak kemarin kamu begitu murung. Apa ada masalah?”
Flame menggeleng lemah. “Tidak ada apa-apa.Aku hanya takut sesuatu yang buruk terjadi dalam final ini,” ujarnya seraya berbalik menghadap Flint.
“Tenanglah, semuanya akan baik-baik saja,” kata Flint seraya memegang kedua bahu Flame. “Kita harus percaya, bahwa Lunar bakal memenangkan pertarungan ini.”
“Tapi bagaimana bila….”
“Flame,” potong Flint cepat. “Bila hal buruk terjadi, aku akan membantu. Jangan khawatir ya?” tutur Flint menyunggingkan seulas senyum.
Flame terdiam, lalu mengangguk dan membalas senyum. “Baiklah, terima kasih Flint,” jawab Flame. “Aku harus yakin semuanya akan baik-baik saja. Dan aku harus tampil baik dalam turnamen ini. Karena Ini adalah… penampilan terakhirku sebagai Miss Festival…”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Anda sopan, Sandslash pun segan...