SELAMAT MEMBACA!!!

Protected by Copyscape plagiarism checker - duplicate content and unique article detection software.

Kini blog ini fokus menayangkan fanfic Pokemon terpopuler di Indonesia, Servada Chronicles karangan L. Maulana atau yang akrab dipanggil Elite Four L.

PERHATIAN!
Sebagian gambar dan materi dalam blog ini diambil dari internet sementara sebagian lagi murni buatan Elite Four L. Elite Four L tidak akan mengklaim materi yang bukan miliknya. Dilarang mengkopi artikel dalam blog ini tanpa izin dari Elite Four L. Terima kasih.

Nama-nama dan karakter Pokemon adalah hak cipta dari Nintendo, GameFreak, Creatures Inc., dan Pokemon Company. Servada Chronicles adalah hak cipta L. Maulana / Elite Four L.

Senin, 02 Februari 2015

Lunar's Diary: Eps.446 - Harapan Sahabat

Episode 446: Harapan Sahabat

“Tapi ini bukan waktuku untuk menyerah. Aku akan berjuang sampai akhir. Dan kamu mesti tahu, namanya bukan Kardigan... namanya adalah Guardian!”
“Mau Kardigan kek, mau Gorden kek... masa bodoh! Yang pasti, semuanya tak akan bisa menghentikanku menjadi juara! VIRE!”
“GUARDIAN!”
Aku dan Volta kembali saling perang urat syaraf. Tanpa kami tahu, seorang perempuan tengah menyaksikan kami dengan cemas. Siapa lagi kalau bukan Flame, sahabat kami berdua.
‘Lunar... Volta...’ batinnya tanpa seorang pun tahu. ‘Saat pertama kali bertemu kalian, membuat persahabatan dengan kalian di dalam Tim Magma... Aku tak pernah menyangka akan menyaksikan hal ini....’
‘Semua kenangan ini... semua yang terjadi di antara kita...’ Flame terus membatin. ‘Apa kalian ingat liburan kita yang begitu berkesan di Lilycove? Apa kalian masih ingat betapa kita bersama-sama menghadapi Monsta? Apa kalian ingat betapa kita saling membantu di Gunung Kanon?’
Flame bergantian menatap wajah kedua sahabatnya itu. Wajah bermata cokelat dan wajah bercarut di depannya. Wajah-wajah yang pernah menemaninya, menciptakan kenangan-kenangan indah. Membuatnya merasa tak sendiri. Tapi sekarang...
‘Aku sudah memutuskan,’ batinnya lagi. ‘Aku tak bisa memihak satu di antara kalian untuk menang. Lunar, sikap diammu yang membuatku menunggu sekian lama dan mesti melupakanmu... dan Volta, pengkhianatanmu yang telah melukai hatiku... apapun yang terjadi itu, kalian masih akan selalu menjadi sahabatku. Karena itu kumohon...
‘Kumohon segera akhiri pertarungan ini!’

*

Di tribun VIP...


Flint berjalan penuh tanda tanya menuju tribun VIP. Dia heran kenapa Scott memanggilnya di saat-saat yang genting, saat pertarungan final akan segera berakhir dan pemenang turnamen ini akan segera ditentukan.
“Padahal lagi seru-serunya...” kata Flint sambil terus berjalan.
Tak butuh waktu lama untuknya tiba di tribun VIP. Segera saja ditemuiya lelaki gemuk keriting yang memanggilnya.
“Ada apa Tuan Scott? Kenapa tiba-tiba...”
“Maaf mengganggu kenikmatanmu menyaksikan pertarungan ini Flint,” sela Scott. “Tetapi aku perlu bantuanmu saat ini. Apa kamu bisa melakukannya?”
Flint tersentak kaget. “Apa? Maksud Anda itu...”
Scott mengangguk. “Mestinya aku meminta ini jauh sebelumnya. Tapi situasi di area benar-benar memberikanku pilihan sulit. Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali.”
“Jadi mereka sudah ada di sini?” tanya Flint seraya melihat sekelilingnya.
“Ya,” angguk Scott. “Tepat setelah pertarungan ini selesai, kupikir.”
Flint terdiam. Dia melihat ke arena, melihat Lunar dan Volta, lalu melihat ke arah kekasihnya. “Baiklah Scott,” katanya kemudian. “Aku akan melakukannya... karena itulah alasanku ada di sini...”

*

Kembali ke pertarungan final...

Volta menatap ke arahku dengan penuh kemenangan. Dia tersenyum, lantas berseru keras. “Terimalah kekalahanmu Lunar! Memang sudah selayaknya kamu kalah dariku. Pertanyaan kita selama ini telah terjawab... Akulah yang lebih unggul darimu!”
“VIRE.... Tuntaskan ini... Hantaman Giga!” perintahnya kemudian.
Aku menatap Electivire dan Volta dengan putus asa. Pokemon kuning besar itu tengah berkonsentrasi, memunculkan bola sinar di kedua tangannya ala kamehameha Songoku. Semakin lama bola itu menjadi semakin besar hingga tak muat lagi dalam cakupan kedua tangannya. Aku tahu itu adalah saat untuk melepaskannya, mengakhiri pertarungan ini. Sementara aku hanya bisa menatapnya dengan putus asa, seolah telah siap menerima kekalahanku...
“Habisi dia!”
Electivire sudah merenggangkan kedua tanganku hendak meluncurkan bola sinar di tangannya. Namun tiba-tiba kedua tangannya berhenti bergerak, dan bola sinar itu menghilang. Yang terdengar berikutnya adalah suara jeritan... tapi bukan dari Sandslash.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Anda sopan, Sandslash pun segan...