Kecleon terbaring tak sadarkan diri di atas tanah sementara Glen melihatnya dengan tatapan tak percaya. ”Tak mungkin, tak mungkin ini terjadi,” ujarnya. ”Mana mungkin bisa Ninjask menjatuhkan Kecleon sementara Kecleon memakai tiruan pengganti.”
Aku tersenyum. ”Kau benar Glen, memang tak mungkin untuk menjatuhkan Kecleon saat dia menggunakan tiruan pengganti,” jawabku tenang. ”Tapi itulah kesalahanmu, kau terlalu bergantung pada tiruan pengganti dan tak menyadari kalau tiruan pengganti telah habis. Seperti yang dikatakan Fadli, tiruan pengganti takkan bertahan lama. Menyadari hal itu, aku langsung mengambil inisiatif serangan atau aku takkan pernah melakukan serangan.”
”Apa?” Glen terkejut. Tampaknya dia baru menyadari kalau tiruan pengganti Kecleon telah menghilang. ”Mus...mustahil” serunya tak percaya. ”Biarpun tiruan pengganti telah lenyap, mustahil kau bisa menjatuhkan Kecleon dengan secepat itu!”
”Tak ada yang mustahil selama kita belum belum kehabisan akal,” sahutku mantap. ”Fadli memberiku petunjuk, dan terima kasih pada petunjuk itu hingga aku bisa menyusun rencana ini. Tapi sejujurnya ada faktor keberuntungan dalam kemenanganku ini.”
”Keberuntungan?”
”Tepat sekali. Di saat kau akan mengkahiri pertarungan ini, aku sebenarnya sudah pasrah dan tak tahu harus berbuat apalagi. Namun semua itu berubah tatkala kulihat tiruan pengganti telah lenyap. Saat itulah rencanaku ini bisa aku gunakan,” jelasku panjang. ”Untuk membuat tiruan pengganti, Kecleon menggunakan sebagian tenaganya, itu berarti tenaganya tersisa sedikit dan tentunya hanya butuh beberapa serangan kecil untuk bisa menjatuhkannya. Hal ini dipermudah dengan statistik kecepatan Kecleon yang rendah, sehingga Ninjaskku yang memiliki statistik kecepatan tertinggi malam ini bisa menyerangnya dengan mudah saat Kecleon melakukan serangan terakhirnya tadi.
”Mungkin kau menganggap serangan terakhirmu tadi pasti bisa menjatuhkan Ninjaskku hingga pingsan, tapi kau salah. Bersamaan dengan serangan pembuat pingsan dari Kecleon, Ninjask juga bergerak dan menggunakan penghisap darah sehingga meskipun serangan pembuat pingsan berhasil, Ninjask masih dapat bertahan menggunakan sedikit darah yang dihisapnya. Nah, saat kau menyadari Ninjask telah kalah, saat itulah aku mengambil kesempatan untuk melakukan pukulan beruntun dengan tingkat akurasi tinggi dan akhirnya... akulah yang mengakhiri pertarungan ini, bukan kau.”
Glen terdiam. Tampaknya dia belum bisa menerima kekalahannya. ”Rupanya sudah selesai,” ujarnya kemudian. ”Kau memang hebat, aku terlalu meremehkanmu.”
”Kalau begitu tepati janjimu, pergilah dari kota ini segera.”
Glen mengangguk pelan. ”Tentu, tentu saja kami akan pergi, kami telah kalah besar malam ini.” Glen kemudian berbalik membelakangi kami. Ninja-ninja berpakaian serba hijau yang sedari tadi menyaksikan pertarungan kami kemudian bergerak mengerumuninya. ”Maafkan aku teman-temanku, aku telah mengecewakan kalian. Tapi janji tetaplah janji, kita memang telah kalah. Kita akan segera kembali ke desa, dengan apa yang tersisa di desa kita.” Glen kemudian mulai bergerak meninggalkan kota diikuti oleh anak buahnya.
”Tunggu dulu!” Fadli berseru mencegah mereka. ”Kalian harus sudah bisa menerima kenyataan bahwa bukan kami yang membakar kota kalian.”
Glen menghentikan langkahnya. Dia terdiam dan kemudian berkata, ”Dari dulu kami memang percaya bahwa kalian tak mungkin membakar desa kami. Kalian adalah tetangga yang baik.”
”Apa katamu?” tanya Fadli terkejut. ”Kalau begitu kenapa kalian masih tetap menuduh kami dan berencana merebut kota ini?”
Glen berbalik menghadap kami berdua. ”Fadli, ketahuilah... kami telah bertindak jahat pada kalian semua, penduduk kota Fortree. Kami telah menjadikan kalian sebagai kambing hitam, kambing hitam atas kebakaran di desa kami yang entah siapa atau apa yang melakukannya. Kami merasa sangat tak adil bagi kami menderita karena kebakaran itu sementara kalian, penduduk kota Fortree dapat hidup dengan damai. Kami iri...kami iri pada kalian.
”Karena itulah, karena itulah kami memutuskan untuk menuduh kalianlah biang dari musibah yang menimpa desa kami. Dengan alasan itu kami hendak merebut kota kalian sebagai balasan dari perbuatan yang tidak pernah kalian lakukan. Kami benar-benar jahat. Tapi kau dan semua penduduk kota sekarang bisa hidup tenang lagi karena kami takkan mengganggu kalian lagi. Berterimakasihlah pada temanmu itu. Terus terang saja, Pokemonnya mengingatkanku pada musuh bebuyutanku.” Glen lalu menoleh dan menatap ke arahku. ”Oh, ya.. siapa namamu tadi?”
”Kau bisa memanggilku L,” jawabku pendek.
”L, baiklah... seperti aku harus mengingat nama orang yang telah mengalahkanku. Awalnya kukira aku akan berhadapan melawan Fadli atau Winona dalam pertempuran terakhir di kota ini. Tak kusangka lawan yang kuhadapi ini sangat menarik.”
Aku tersenyum. ”Kau pun sangat hebat, Tuan Glen.”
Glen balas tersenyum. Dia kemudian berbalik hendak meninggalkan desa saat tiba-tiba Fadli kembali mencegahnya.
”Tunggu dulu, Glen!” panggilnya.
Glen menghentikan langkahnya dan kembali berbalik menghadap kami. ”Ada apa lagi? Bukankah kepergian kami adalah yang kalian inginkan?”
”Bukan... bukan itu yang kami inginkan,” jawab Fadli. ”Lagipula ini semua tidak semata kesalahan kalian. Kami semua, penduduk kota Fortree juga turut berbuat kesalahan.”
”Aku sedang tidak ingin bercanda pagi-pagi buta begini,” sahut Glen datar.
”Tidak, aku tidak sedang bercanda,” elak Fadli. ”Kami juga salah, kami juga jahat pada kalian. Seharusnya kami lebih peduli pada penderitaan kalian. Seharusnya kami membantu kalian, warga desa Rumput, tetangga kota Fortree. Kalian juga berhak mendapatkan kedamaian sebagaimana yang kami rasakan.”
”Apa kau mau menghiburku?”
”Tidak, aku tak hanya akan menghibur kalian,” jawab Fadli. ”Tapi kami semua, penduduk kota Fortree yang cinta damai, akan dengan senang hati dan tulus membantu kalian, membangun kembali desa Rumput.”
Glen tersenyum mendengarnya. Kini tak kulihat lagi wajah garangnya. Yang kulihat kini adalah wajah yang bersahabat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Anda sopan, Sandslash pun segan...