SELAMAT MEMBACA!!!

Protected by Copyscape plagiarism checker - duplicate content and unique article detection software.

Kini blog ini fokus menayangkan fanfic Pokemon terpopuler di Indonesia, Servada Chronicles karangan L. Maulana atau yang akrab dipanggil Elite Four L.

PERHATIAN!
Sebagian gambar dan materi dalam blog ini diambil dari internet sementara sebagian lagi murni buatan Elite Four L. Elite Four L tidak akan mengklaim materi yang bukan miliknya. Dilarang mengkopi artikel dalam blog ini tanpa izin dari Elite Four L. Terima kasih.

Nama-nama dan karakter Pokemon adalah hak cipta dari Nintendo, GameFreak, Creatures Inc., dan Pokemon Company. Servada Chronicles adalah hak cipta L. Maulana / Elite Four L.

Kamis, 01 April 2010

L's Diary: Eps.56 - Memasuki Gunung Kanon

wooper gifEpisode 56: Memasuki Gunung Kanon


Kami bertiga sudah berada di dalam rumah peneliti tersebut. Kami membuka paket kami dan mengeluarkan pakaian anti panas dari dalamnya. Kami pun segera memakainya tanpa melepas seragam kami karena hanya pakaian inilah jaminan hidup kami di dalam gunung itu. Pakaian itu tampak seperti pakaian yang sering dipakai oleh para pekerja nuklir.

”Baiklah, seperti yang kita rencanakan,” pimpin Badut. ”Mari kita taklukkan gunung itu, dan buktikan kalau kita memang pantas menjadi regu elit!”

”Ya!” aku dan Flame menjawab bersamaan. Entah mengapa kami sudah tak merasa takut lagi. Mungkin perkataan Badut telah menumbuhkan keberanian di hati kami masing-masing. Dia memang selalu optimis, sangat berbeda denganku.

Dengan pakaian anti panas yang menutupi seluruh tubuh, kami bertiga berjalan menuju gunung. Kami memanjat gunung dengan susah payah hingga akhirnya tiba di bibir kawah tersebut. Suhu di sekitar kami saat ini terasa sangat panas, namun rasa panas itu tidak begitu kami rasakan karena pakaian yang kami pakai.

Kawah gunung itu sangat besar sementara asap hitam legam keluar dari dalamnya dengan jumlah yang sangat banyak. Tampak lahar panas membara di bawah kami. Kami seolah sedang mengantarkan nyawa kami kesana.

”Anggap saja ini gunung Chimney yang lain,” kata Badut memberi semangat. Suara gemuruh dari gunung mengganggu komunikasi kami sehingga kami harus berbicara agak keras agar terdengar oleh yang lain. ”Bukankah kita pernah tinggal di dalam gunung berapi sebelumnya?”



Flame menggangguk. ”Ya, dan kita pasti bisa menaklukkannya seperti saat kita menaklukkan gunung Chimney.”

”Badut, kita tak mungkin masuk dari atas sini, terlalu berbahaya,” simpulku melihat keadaan lahar panas yang membara. ”Tak adakah jalan lain?”

”Kau benar, kita akan masuk melalui jalan lain.” Badut kemudian menuruni gunung itu perlahan dan menemukan sebuah celah terbuka di bawahnya. ”Hei, kita bisa masuk lewat sini!”

Aku dan Flame lalu mendekati Badut dan melihat celah kecil yang dia maksud. Kami baru saja hendak masuk melalui celah itu namun tiba-tiba cairan panas berwarna merah keluar dari dalam celah tersebut. Letusan gunung ini telah dimulai!

”Berbahaya! Kita tak bisa masuk melalui jalan ini,” ujarku memperingatkan.

Badut terdiam. Dia tampak berpikir. Dia lalu mengintip pada celah tersebut. “Aku punya cara,” ujarnya kemudian. “Dia lalu merogoh sakunya dan mengeluarkan sebuah pokeball. Dilemparkannya pokeball itu dan keluarlah Abra. “Aku sudah melihat ke dalam gunung itu dan mengingat lokasinya. Dengan begitu Abra bisa mengantarkan kita masuk ke dalam.”

”Baiklah, kita coba,” jawabku. ”Semoga kita mendarat di tempat yang tepat.”

Kami bertiga kemudian memegang Abra. ”Teleport!” Badut memberi perintah dan kemudian kami sudah berada di dalam gunung Kanon.

”Arrgh!” Flame mengerang. Rupanya kakinya menyentuh lahar panas.

”Kau tak apa-apa Flame?” tanyaku khawatir.

“Untunglah aku memakai pakaian ini, sehingga terasa tak terlalu panas.”

Badut menarik nafas panjang. ”Maaf kawan-kawan... ” desahnya pelan. ”Tapi kita mendarat di tempat yang salah...”

Tiba-tiba kami semua menyadari dimana kami berdiri sekarang. Kami berdiri di sebuah bongkahan tanah yang dikelilingi lahar panas mendidih!

”Abra, kembalilah!” Badut mengembalikan Abra ke dalam pokeball. Pilihan yang tepat mengingat suhu yang begitu panas dan Abra tak memakai pakaian anti panas. ”Sekarang kita mulai mencari keberadaan Groudon.”

”Tapi bagaimana caranya kita ke....” perkataan Flame terputus saat tiba-tiba terdengar suara raungan yang keras dari dalam gunung. Raungan Pokemonkah?

”Apa itu Groudon?” tanyaku penasaran.

”Entahlah, tapi kita akan mencari tahu,” sahut Badut tenang. ”Kita akan melompat perlahan-lahan ke tengah gunung mengikuti asal suara itu. Perhatikan langkah kalian dan hati-hati terhadap lahar panas di sekitar kalian. Lahar itu bisa saja menyembur ke atas dan mengenai kita.”

Aku dan Flame mengangguk dan kami bertiga memulai untuk melangkah. Persis seperti yang dikatakan oleh Badut, kami melompat pelan ke setiap bongkahan tanah yang kami temui. Semakin jauh kami melangkah, semakin masuk kami ke pusat gunung. Dan tentunya, semakin berbahaya misi ini.

”Ahh!” tiba-tiba tanah yang diinjak Flame amblas ke tanah. Flame hampir saja terjatuh masuk ke lahar yang mendidih kalau saja aku tak cepat memegang tangannya. Aku lalu menariknya ke atas.

”Kau tidak apa-apa Flame?”

”Untunglah, terima kasih L.”

”Kau harus lebih berhati-hati lagi. Bagaimanapun gunung ini akan meletus dan setiap tanah yang ada di dalam gunung ini akan segera hancur termakan lahar. Kita harus cepat menemukan sumber suara itu.”

Kami kini berada di sebuah pijakan yang cukup aman. Di samping kami memang lahar panas yang mendidih, namun tanah yang kami pijak tampaknya cukup keras dan luas.

”Sepertinya raungan itu berasal dari tempat ini,” tebak Badut. ”Tapi kenapa suara itu sekarang tak terdengar?”

Kami bertiga terdiam. Entah mengapa tiba-tiba suasana menjadi begitu mencekam. Tak butuh waktu lama bagi kami untuk menemukan penyebabnya, karena tiba-tiba saja lahar panas di kanan dan kiri kami menyembur deras ke atas. Kami bertiga saling merapatkan diri menghindari semburan itu. Bagaimanapun pakaian anti panas kami takkan mempu menahan panas lebih lama. Kami pun harus berpacu dengan waktu karena oksigen dalam pakaian kami mulai menipis.

Semburan lahar panas tiba-tiba saja berhenti, namun di kejauhan tampak beberapa semburan yang membentuk lingkaran. Semburan itu tampaknya mengelilingi sesuatu.

”I...itukah.... Groudon?” tunjuk Flame histeris. Dari sela-sela semburan lahar itu memang tampak seekor Pokemon berwarna kemerahan. Dan Pokemon itu tampak marah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Anda sopan, Sandslash pun segan...