SELAMAT MEMBACA!!!

Protected by Copyscape plagiarism checker - duplicate content and unique article detection software.

Kini blog ini fokus menayangkan fanfic Pokemon terpopuler di Indonesia, Servada Chronicles karangan L. Maulana atau yang akrab dipanggil Elite Four L.

PERHATIAN!
Sebagian gambar dan materi dalam blog ini diambil dari internet sementara sebagian lagi murni buatan Elite Four L. Elite Four L tidak akan mengklaim materi yang bukan miliknya. Dilarang mengkopi artikel dalam blog ini tanpa izin dari Elite Four L. Terima kasih.

Nama-nama dan karakter Pokemon adalah hak cipta dari Nintendo, GameFreak, Creatures Inc., dan Pokemon Company. Servada Chronicles adalah hak cipta L. Maulana / Elite Four L.

Sabtu, 03 Juli 2010

L's Diary: Eps.102 - Kisah Melon

wooper gifEpisode 102: Kisah Melon

”Tujuanku bergabung dengan Tim Aqua adalah...” Melon meneruskan, wajahnya berubah penuh kebencian, ”.... adalah untuk bisa menghancurkan mereka, sebagaimana yang mereka lakukan saat menghancurkan kotaku!”
Aku menghela nafas. Tak kusangka gadis seperti dia menyimpan kebencian seperti itu. ”Sudahlah, kau berurusan dengan hal yang salah,” ujarku bersimpati. ”Setelah ini lebih baik kau kembali ke kotamu.”
”Memang itu yang akan aku lakukan,” jawab Melon, ”tapi itupun kalau aku berhasil keluar dan menyelamatkan diri dari kejaran mereka.”
”Kau akan berhasil,” sahut Flame. ”Kami akan membantumu.”
”Terima kasih,” Melon mengangguk. ”Aku sudah cukup puas sekarang. Aku telah menghancurkan kapal selam mereka, kupikir mereka tidak akan bisa menyerang Tim Magma dengan kapal itu. Mereka harusnya membayangkan betapa menderitanya kami akibat ulah mereka.”
”Jadi kau mau membalas dendam?” tukasku.
”Aku tak melakukan hal ini sebagai dendam,” Melon menyahut. ”Apa yang aku lakukan sekarang adalah usahaku untuk menghentikan kejahatan mereka, agar tak ada lagi yang bernasib sama dengan kami, warga kota Pasifidlog.”
”Kau berasal dari Pasifidlog?” sentakku terkejut. Melon mengangguk. ”Itu adalah kota yang ingin aku kunjungi sejak aku masih kecil. Ayahku banyak bercerita mengenai kota itu.”
”Oh ya? Mungkin kau bisa mampir ke rumahku lain kali. Akan sangat senang bagiku jika... ugh...” tiba-tiba Melon merintih. Tubuhnya bergetar, lalu kemudian terjatuh ke tanah.
”Melon!” teriak Flame kaget. Dia langsung mendekati teman barunya itu. ”Kau tidak apa-apa?”
”Aku... tidak apa-apa,” jawab Melon sambil merintih. ”Aku hanya... sedikit terluka.”
Flame lalu menggulung celana panjang grunt yang dipakai oleh Melon sampai sebatas lutut. Terlihat jelas sebuah luka yang terbalut seadanya dengan kain biru di betis kanan Melon. Darah tampak menetes perlahan.
”Lukamu harus segera diobati.” Flame membuka kain yang membalut luka itu. Dilihatnya luka itu dengan seksama. ”Ini luka yang cukup serius. Kita harus segera membawamu keluar dari sini. Aku heran kenapa kenapa kau bisa bertahan cukup lama.”
”Terima kasih pada Obalie,” jawab Melon melirik ke arah Pokemon bertubuh bulat di depannya. ”Aku memerintahkannya untuk membekukan lukaku, itu cukup membantu dan membuatku bisa bertahan sejauh ini.”
Aku melihat ke arah Pokemon yang berwajah imut itu. Wajahnya benar-benar menggemaskan! Aku terkejut saat Obalie itu melihat ke arahku dan memperhatikanku dengan seksama, sepertinya tertarik denganku. Dan lebih terkejut lagi saat tiba-tiba Pokemon es itu menggelindingkan tubuhnya ke arahku.
”Sepertinya dia menyukaimu,” kata Melon melihat tingkah Pokemonnya itu. ”Dia itu pemberian Shelly, saat aku baru bergabung dengan Tim Aqua. Aku tak menyangka dia akan sangat membantuku saat ini.”
Aku lalu menggendong Obalie. Pokemon itu tampak senang dan kemudian dia menjulurkan lidahnya dan menjilat wajahku. Sirip ekornya bergerak-gerak dan sesekali mulutnya bergerak-gerak seperti mengunyah, menimbulkan suara yang mirip dengan suara tepukan tangan.
”Ih...” aku merasa jijik saat Obalie menjilat wajahku. Flame dan Melon yang melihatnya langsung terkikik.
”Wajahmu mungkin mirip dengan makanan manis,” canda Flame. Dia telah selesai membalut kembali luka Melon. “Jadi Obalie suka menjilatimu.”
“Makanan manis? Yang benar saja...” bantahku cepat. ”Setahuku yang berwajah manis itu hanya dirimu Flame,” godaku asal.
”Benarkah?” wajah Flame langsung bersemu merah. ”Ah, kau merayu. Kau pasti ada maunya.”
Melon tersenyum melihat tingkah kami. ”Kalian pasti ada hubungan khusus. Kalian terlihat sangat akrab, membuatku iri.”
”Hubungan khusus? Apa maksudmu?” tanyaku tak mengerti.
”Jangan menyangka yang macam-macam ya! Kami ini cuma teman biasa kok,” sanggah Flame masih dengan wajah memerah. Dia lalu memandang ke arahku. ”Iya kan L?”
”Ho-Oh!” anggukku. ”Kami memang terbiasa seperti ini. Kami sahabat yang baik, sejak kami bertiga....” perkataanku terhenti. Aku langsung teringat pada seseorang. Kepalaku pun menunduk dengan sendirinya. Flame ikut menunduk. Sepertinya dia tahu apa yang aku rasakan.
”Kenapa kalian? Apa ada sesuatu yang mengganggu?” Melon tampak bingung dengan perubahan sikap kami berdua.
”Tidak ada apa-apa, kami hanya teringat seseorang,” jawabku pelan. ”Oh ya, kau bilang Tim Aqua berencana menyerang kami dengan kapal selam itu? Benarkah?” aku langsung mengalihkan pembicaraan.
Melon mengangguk. ”Benar, tapi kalian tak perlu khawatir, kapal selam itu mungkin sudah rusak parah atau bahkan karam. Kupikir mereka akan mencari cara baru untuk merebut Kyogre dari tangan kalian.”
Baru saja aku ingin mengucapkan terima kasih kepada Melon perihal tindakannya merusak kapal Tim Aqua saat terdengar suara ribut di luar gua.
”Ssst! Ada yang datang...” bisik Flame sambil menempelkan telunjuknya di bibir.
”Itu pasti mereka, pasti Aaron dan yang lain. Mereka datang untuk menangkapku,” terka Melon. ”Aku minta maaf karena telah membawa kalian kepada...”
”Tak ada yang perlu dimaafkan,” potongku. ”Apa kau lupa kalau masih memiliki... Pokemon yang lucu ini?”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Anda sopan, Sandslash pun segan...