SELAMAT MEMBACA!!!

Protected by Copyscape plagiarism checker - duplicate content and unique article detection software.

Kini blog ini fokus menayangkan fanfic Pokemon terpopuler di Indonesia, Servada Chronicles karangan L. Maulana atau yang akrab dipanggil Elite Four L.

PERHATIAN!
Sebagian gambar dan materi dalam blog ini diambil dari internet sementara sebagian lagi murni buatan Elite Four L. Elite Four L tidak akan mengklaim materi yang bukan miliknya. Dilarang mengkopi artikel dalam blog ini tanpa izin dari Elite Four L. Terima kasih.

Nama-nama dan karakter Pokemon adalah hak cipta dari Nintendo, GameFreak, Creatures Inc., dan Pokemon Company. Servada Chronicles adalah hak cipta L. Maulana / Elite Four L.

Rabu, 01 September 2010

L's Diary: Eps. 134 - Nona Spectra

wooper gifEpisode 134: Nona Spectra

Aku terbangun di sebuah tempat tidur kayu yang begitu nyaman. Aku melihat ke sekeliling dan rupanya aku berada di sebuah ruangan dengan dinding-dinding yang terbuat dari kayu. Ruangan ini terasa begitu nyaman dan menyenangkan.
”Kau sudah sadar bocah,” terdengar suara wanita tua. Aku menoleh dan mendapati seorang nenek yang terjebak di rumah yang terbakar waktu itu sekarang duduk di sampingku.
”Ne... nek?” aku terkejut. ”Nenek baik-baik saja?”
Nenek itu tersenyum dan mengangguk kecil. ”Kalau bukan karena kamu, Nenek tidak akan baik-baik saja. Nenek harus berterima kasih padamu. Tunggu sebentar, Nenek ingin memanggil cucu Nenek.” Nenek itu menoleh ke arah pintu, bangkit dari kursinya dan kemudian keluar dari ruangan tempatku terbaring. Kudengar di luar beliau berteriak, ”Ester! Bocah ini sudah sadar!”
Sesaat kemudian seorang wanita berwajah manis berkulit kecoklatan dengan dua kelopak bunga merah muda di kedua telinganya masuk ke dalam kamar. Wanita itu mengenakan kain penutup dada warna biru dan juga kain panjang berwarna sama yang menutupi bagian bawah tubuhnya dari pinggang sampai pergelangan kaki. Kutaksir umurnya tidak berbeda jauh denganku, mungkin lebih tua dariku.


”Oh, syukurlah kamu sudah sadar...” ujar wanita itu tampak senang. ”Kami sangat mengkhawatirkanmu. Entah bagaimana nasib nenekku kalau kamu tidak ada disana saat itu.”
”Ah, aku cuma kebetulan sedang bekerja,” jawabku merendah. ”Aku ingin mengantarkan pesanan Nest Ball kepada nona Spectra yang tinggal di gunung ini.”
”Spectra? Itu aku,” sahut wanita yang oleh nenek dipanggil Ester. ”Aku lupa memperkenalkan diri. Namaku Ester, biasa dipanggil Spectra. Hanya nenekku dan kawan akrabku yang memanggilku Ester. Kamu bisa memanggilku dengan kedua nama itu kalau kamu mau.”
Spectra? Jadi wanita ini adalah nona Spectra? Aku tak menyangka bila nona Spectra ternyata masih muda dan juga berwajah manis. Kupikir nona Spectra sudah tua dan berwajah seperti Mak Lampir. Kalau demi wanita semanis ini sih, bukan masalah bagiku pergi ke gunung Pyre. Hehehe....
”Berarti aku sudah sampai,” sahutku senang. ”Namaku Lunar. Nona bisa mengambil Nest Ball pesanan Nona di tas saya.”
”Jadi kamu kurir PokeMart itu?” terka nona Spectra. Aku mengangguk. ”Untunglah... untunglah aku memesan Nest Ball.”
”Sebenarnya apa yang terjadi?” tanyaku ingin tahu.
Nona Spectra terdiam. Wajahnya menyiratkan rasa kesal. ”Aku tak tahu pasti apa yang terjadi,” ujarnya kemudian. ”Seseorang dengan sengaja membakar rumah nenekku. Entah apa yang diinginkan orang itu. Aku sedang berada di tempat jauh saat itu terjadi, tetapi aku bisa merasakan bahaya mengancam nenekku. Kupikir aku takkan sempat datang untuk menyelamatkan nenekku yang terjebak di dalam rumah. Kupikir aku sudah kehilangan nenekku...
”Beruntung,” lanjut nona Spectra, ”beruntung aku merasakan kehadiran seseorang disana. Orang itu adalah kamu. Kupikir masih ada harapan untuk menyelamatkan nenekku, karena itulah aku kemudian mengirimkan telepati kepadamu, berharap kamu bisa menyelamatkan nenekku.”
”Telepati?” sahutku terkejut.
Nona Spectra mengangguk. ”Iya, aku berbicara kepadamu melalui pikiran, memintamu untuk menolong nenekku yang terjebak di dalam rumah. Aku bersyukur memiliki kemampuan telepati ini.”
Jadi suara yang aku dengar malam itu adalah suara nona Spectra?
”Lalu apa yang terjadi kemudian? Terakhir aku melihat seseorang berjubah hitam. Siapa dia?”
”Aku tak tahu siapa dia, tapi kupikir dialah yang menyebabkan kebakaran itu,” jawab nona Spectra. ”Aku sudah tiba disana saat itu, saat orang itu memerintahkan Pokemonnya menembakkan bola api kepadamu. Kamu jatuh pingsan dan aku hendak menolongmu tetapi terlambat, bola api itu sudah meluncur begitu dekat hendak mengenaimu. Beruntung kamu memiliki Pokemon yang sangat loyal padamu.”
”Pokemon? Apa maksud Nona? Apa... apa yang terjadi dengan Pokemonku?” tanyaku panik.
”Tenanglah, jangan langsung panik,” ujar nona Spectra menenangkan. ”Seekor Tropius melindungimu dari bola api raksasa itu, tetapi dia terluka parah karenanya. Kami sudah merawatnya, kupikir kesehatannya akan segera pulih.”
Tropius? Jadi Tropius yang menyelamatkanku saat aku jatuh pingsan? Oh, syukurlah, tetapi... aku khawatir dengan keadaannya. Tropius begitu lemah terhadap serangan tipe api, aku takut lukanya akan parah.
”Saat ini pihak kepolisian dan ranger sedang menyelidiki kasus ini,” lanjut nona Spectra. ”Orang jahat itu lenyap begitu saja saat menyadari kedatanganku. Aku tak tahu apa yang diinginkannya, kupikir dia sedang menerorku.”
”Teror?”
Nona Spectra mengangguk. ”Saat ini aku bersama dengan teman-temanku sedang menyelidiki kasus kebakaran misterius yang sering terjadi di Hoenn. Pelakunya memiliki ciri-ciri yang sama dengan orang yang menyerangmu kemarin. Kupikir dia sengaja melakukan hal ini agar kami menghentikan penyelidikan.”
”Nona menyelidiki kasus kebakaran?” aku terkejut. ”Apa Nona seorang anggota polisi atau ranger?”
”Bukan, aku adalah seorang anggota... ” mendadak nona Spectra berhenti bicara. Sepertinya ada sesuatu yang mengganggu pikirannya. ”Ah, aku dan teman-temanku di balai konservasi lingkungan membentuk tim independen untuk menyelidiki kasus yang sangat meresahkan ini,” sambungnya kemudian. Entah mengapa aku merasa seperti ada yang disembunyikan oleh nona Spectra. Apapun itu, kuharap bukan sesuatu yang buruk.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Anda sopan, Sandslash pun segan...