

”Maukah... ” lanjutku. ”Maukah Nona menjadi kekasihku?”
Huff... akhirnya kukatakan juga pertanyaan itu. Entah mengapa begitu berat mengatakan hal itu. Terus terang saja, saat pertama kali melihat wajah nona Spectra yang manis, entah mengapa aku merasa seperti jatuh cinta pada pandangan pertama. Entah mengapa aku merasa sangat bahagia bersama dengan nona Spectra. Nona Spectra memberikan kesempatan padaku dan bilapun dia menolak aku takkan terlalu patah hati karena aku memang menolong tanpa pamrih.
Nona Spectra tampak terkejut. Air mukanya berubah, seolah dia tak menyangka aku mengatakan hal seperti itu. Aku jadi merasa tidak enak nih...
”Maaf Nona Spectra, kalaupun Anda tidak mau juga tidak apa-apa,” ujarku mencoba mengembalikan suasana seperti sedia kala. ”Permintaanku memang konyol, anggap saja aku tidak pernah meminta hal itu.” Kini aku tidak berani menatap wajah nona Spectra.
”Lunar,” tiba-tiba dia memanggil. Aku menoleh dan kulihat dia menatap wajahku membuat kami saling bertatap muka sekarang. ”Permintaanmu bukan permintaan konyol.”
”Ya?” sahutku bingung. ”Maksud Nona?”
”Apa kamu tidak meminta jawabanku?” ujar nona Spectra kemudian.
”Ya, aku... aku sudah siap dengan apapun jawaban Nona,” jawabku salah tingkah. ”Nona tak perlu memaksakan diri. Lalu... apa jawaban Nona?”
”Bagaimana kalau aku menjawab iya?”
”Maksud Nona?”
Nona Spectra tersenyum. Kedua tangannya lalu bergerak memegang kedua tanganku dengan lembut. ”Aku bersedia, aku bersedia menjadi kekasihmu,” jawab nona Spectra kemudian.
”Benarkah?” sahutku tak percaya. Aku benar-benar tidak percaya dengan apa yang baru saja kudengar. ”No...Nona bersedia menjadi kekasihku?”
Nona Spectra mengangguk sambil tersenyum. ”Apa salahnya? Lagipula saat ini aku tidak punya kekasih. Kenapa tidak mencobanya?”
”No...Nona tidak sedang bercanda kan?” aku kembali bertanya untuk meyakinkan.
Nona Spectra menggeleng. ”Lunar, kamu lelaki yang baik. Kamu sudah menolong nenekku tanpa memikirkan keselamatan dirimu sendiri. Kenapa aku harus menolak pernyataan cinta dari lelaki sebaik dirimu?”
Ah... aku tak percaya ini... aku benar-benar tidak percaya!
”Lagipula,” kata nona Spectra melanjutkan, ”lagipula ada sesuatu yang kusuka darimu.”
”Sesuatu? Apakah itu?”
Nona Spectra mendekatkan tubuhnya padaku. Dia lalu mendongak dan menatap wajahku erat. Tangan kanannya bergerak dan menyentuh dahi kiriku. ”Aku suka.... aku suka mata cokelatmu. Aku seperti melihat sesuatu yang menyenangkan dari sana. Aku merasa nyaman bila melihatnya.”
”Be...benarkah?”
Nona Spectra mengangguk. ”Iya, aku jujur. Setelah pertemuan kita, aku ingin mengenalmu lebih dekat lagi. Dan bila kamu memintaku menjadi kekasihmu... kenapa tidak?”
”Ja...jadi kita sekarang jadian?” seruku girang. ”Ja...jadi kita sekarang adalah sepasang kekasih?”
Nona Spectra tersenyum. ”Tentu, mulai hari ini. Kita adalah sepasang kekasih, seperti yang kamu minta.”
”HORE!!” Aku melonjak saking senangnya. Aku masih tak percaya kalau hari ini aku mendapatkan kekasih. Aku tak percaya kalau akhirnya... akhirnya aku punya kekasih!
”Nona Spectra... terima kasih... terima kasih banyak!” spontan aku langsung memeluk tubuh nona Spectra. Nona Spectra tampak terkejut dengan gerakanku yang tiba-tiba, tetapi dia kemudian tersenyum.
”Sejak kita menjadi sepasang kekasih, kamu tak perlu lagi memanggilku dengan sebutan Nona,” ujar nona Spectra kemudian. ”Kamu bisa memanggilku Ester, biar kita lebih akrab.”
”Ester? Baiklah... aku akan memanggilmu Ester,” jawabku masih dengan perasaan sangat senang. ”Tetapi aku akan tetap memanggilmu Nona, anggap saja itu penghormatan untukmu.”
”Baiklah, apapun yang kamu katakan... Lunar sayang....” sahut nona Spectra, maksudku Ester. Dia tersenyum dan kulihat senyumnya begitu tulus.
”Kalau begitu.... kalau begitu bolehkah aku menciummu?” pintaku kemudian. Aku tak menyangka mimpiku jadi kenyataan, walaupun bukan dia yang ada di depanku sekarang. Persetan dengan perempuan berambut merah itu, bagaimanapun aku dan dia adalah sahabat, takkan pernah lebih dari itu. Sekarang aku sudah punya kekasih, dan aku akan menyayanginya sepenuh hatiku.
”Secepat itukah?” tanya Ester tampak ragu. Aku mengangguk mantap. Aku tak sabar... aku tak sabar menciumnya. Ester kemudian tersenyum dan mengangguk pelan. ”Boleh, tentu saja boleh... Pejamkan matamu...”
Asyik! Ester menyetujuinya! Lunar, kamu memang lelaki paling beruntung sedunia! Aku benar-benar tak menyangka akan mendapat kejutan yang begitu indah seperti ini di ulang tahunku yang kesembilan belas! Aku telah mencubit tanganku untuk memastikan kalau ini bukan mimpi dan rasanya sakit, ini memang bukan mimpi!
Perlahan aku mulai menutup mataku, memajukan bibirku tak sabar untuk menyentuh bibir mungil Ester. Satu detik... dua detik... tiga detik... dan akhirnya....akhirnya bibirku menyentuh bibir.... tunggu dulu! Kenapa...kenapa bibir Ester begitu keras dan dingin? Bukankah... bukankah seharusnya bibirnya lembut dan hangat? Jangan-jangan....
Aku membuka mataku dan terkejut saat melihat wajah hitam dengan mata merah berada tepat di depanku. Lebih terkejut lagi saat kusadari kalau ternyata.... ternyata bibirku menyentuh gigi kuningnya yang menjijikkan! Ih... Tidak!!!
”Bah! Bah!” aku langsung memalingkan wajahku dan membersihkan bibirku dengan kedua telapak tanganku. ”Nona Ester! Apa-apaan ini?” teriakku kalang kabut.
”Hihihihi...” Ester tampak terkikik. ”Lunar sayang, biarpun kita sekarang sepasang kekasih, jangan pikir kamu bisa menciumku dengan begitu mudah ya?”
”Tapi nggak gini juga kaleee!” protesku.
”Kenapa? Apa kamu belum puas mencium Banette? Kalau belum puas, biar kusuruh Banette melakukannya lagi,” goda Ester. ”Banette, kekasihku Lunar masih ingin menciummu tuh, kamu bisa kan?” ujarnya pada Banette.
”TIDAK!!! Singkirkan Pokemon itu sekarang!!!” teriakku langsung lari terbirit-birit. Ester dan Banette yang melihatnya pun tertawa geli. Kenapa... kenapa akhirnya selalu jadi seperti ini sih?
(Komentar Banette, ”Hihihi.... jangan coba-coba mencium nona Spectra ya... Langkahi dulu mayatku...hihihi... tapi aku kan Pokemon hantu, memangnya aku punya mayat ya? Oke deh, langkahi dulu gigi kuningku!”)

BAB XIX SELESAI
Alih Bahasa:
Tembakan Air – Water Gun
Ombak – Surf
Kilatan Cahaya – Flash
Perisai Pelindung – Protect
Bola Api – Fire Blast
Ester / Spectra - Phoebe
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Anda sopan, Sandslash pun segan...