SELAMAT MEMBACA!!!

Protected by Copyscape plagiarism checker - duplicate content and unique article detection software.

Kini blog ini fokus menayangkan fanfic Pokemon terpopuler di Indonesia, Servada Chronicles karangan L. Maulana atau yang akrab dipanggil Elite Four L.

PERHATIAN!
Sebagian gambar dan materi dalam blog ini diambil dari internet sementara sebagian lagi murni buatan Elite Four L. Elite Four L tidak akan mengklaim materi yang bukan miliknya. Dilarang mengkopi artikel dalam blog ini tanpa izin dari Elite Four L. Terima kasih.

Nama-nama dan karakter Pokemon adalah hak cipta dari Nintendo, GameFreak, Creatures Inc., dan Pokemon Company. Servada Chronicles adalah hak cipta L. Maulana / Elite Four L.

Sabtu, 01 Januari 2011

L's Diary: Eps.184 - Perjalanan ke Fallarbor

wooper gifEpisode 184: Perjalanan ke Fallarbor

Selepas berlibur di kota Slateport, aku dan Parmin segera berangkat menuju kota Fallarbor. Beruntung ada sebuah bus yang sedang menuju ke kota itu sehingga kami memutuskan untuk menumpang pada bus tersebut daripada menggunakan Pokemon kami. Jarak Slateport ke Fallarbor sangat jauh, itu akan membuat Pokemon kami kelelahan.

Di sepanjang perjalanan, aku tak henti-hentinya memikirkan nona Ester. Firasat buruk itu terus menggangguku, aku tak tahu apa maksud firasat ini, tapi ini bukan hal yang baik. Ah, sudahlah... aku tak boleh menerus mengkhawatirkan nona Ester, toh nona Ester bisa menjaga dirinya sendiri dengan bantuan Pokemon-Pokemon hantunya. Pokemon hantu adalah tipe Pokemon yang kuat, jadi aku yakin nona Ester akan baik-baik saja. Lagipula memikirkan ketakutan dan kekhawatiran justru seperti mengharapkan hal tersebut terjadi. Seseorang pernah mengatakan padaku kalau ketakutan kita akan menjadi kenyataan bila kita terus memikirkannya. Baiklah, daripada memikirkan hal tersebut, lebih baik aku mencoba tidur di dalam bus. Parmin sendiri sedang asyik bermain Gameboy, game Pokemon Yellow. Dia tampak kesal karena Pikachu tidak juga bisa mengalahkan Onix di gym kota Pewter. Yaiyalah... serangan sepuluh ribu volt Pikachu jelas saja tidak mempan melawan Onix yang selain bertipe batu juga bertipe tanah, benar-benar anak bodoh. Tunggu dulu, tipe tanah?

*

Aku melihat nona Ester berdiri di depanku. Dia tersenyum manis dan merentangkan kedua tangannya, seolah bersiap menyambut pelukanku. Aku balas tersenyum dan kemudian berlari menghampirinya, berniat memeluknya. Hanya tinggal sejengkal saja jarakku dari nona Ester suntuk memeluknya saat mendadak muncul bayangan hitam di bawah nona Ester yang lalu melumatnya hilang dari pandanganku. Aku terkejut dan berteriak histeris.

.............................................................................

”Nona Ester!!!”
Aku terbangun. Rupanya aku bermimpi saat tertidur di dalam bus. Seluruh penumpang kini melihat ke arahku, dan tentu saja si Parmin juga.
”Ada apa kak L?” tanya Parmin heran. ”Kakak berkeringat banyak sekali.”
”Ti... tidak apa-apa... aku hanya mimpi buruk... kupikir....”
Para penumpang lalu kembali duduk dan berhenti melihat ke arahku, sementara Parmin masih saja memandangiku.
”Mimpi tentang apa?” tanya Parmin penasaran.
”Ah, sudahlah... tak usah dipikirkan,” jawabku sambil menyeka keringat dinginku. Aku tak menyangka bisa terbawa mimpi seperti, kupikir aku terlalu serius memikirkan firasat buruk mengenai nona Ester. Lupakan Lunar... lupakanlah....

*

Bus yang kami tumpangi akhirnya mendarat di kota Fallarbor. Sebelum tiba di kota ini, kami melewati gunung Chimney dan sepanjang perjalanan hujan abu turun menyerupai salju, membuatku teringat pada Bo-Jiken dan ninja desa Abu Fallarbor. Mungkin aku tadi melewati desa ninja tersebut saat sedang tertidur. Setelah mimpi buruk tadi aku memang dapat tidur nyenyak, membuatku merasa sangat fresh setelah terbangun.
”Kita akan kemana kak L?” tanya Parmin setelah kami keluar dari bus.
Aku melihat ke sekeliling. Kota Fallarbor terlihat sangat tenang dan indah, berada di antara perbukitan. Berdiri disini terasa sangat tenang, seolah hujan abu di timur kota ini menutupi semuanya.
”Kita ke barat kota, disana lokasi seperti yang tertera di peta.”
”Tapi profesor bilang di utara kota, bukan di barat,” sangkal Parmin.
”Profesor itu sudah tua, dan lagi penglihatannya sudah buram. Lagipula dia kan aneh, bisa saja dia menganggap sebelah barat sebagai utara. Coba deh kamu lihat peta ini,” jawabku sambil menunjukkan peta Hoenn dengan tanda-tanda lokasi gua Terra.
”Ah, benar sekali. Kalau begitu profesor pasti sudah salah. Baik kak L, ayo kita segera pergi kesana,” ujar Parmin langsung bersemangat.
Aku dan Parmin mulai berjalan ke arah barat. Namun sebelum keluar dari kota, terlihat keramaian di depan bangunan menyerupai tenda besar dengan lambang empat PokeBall yang menjadi satu. Tentu saja si Curious Parmin, begitu aku menjulukinya karena rasa ingin tahunya yang besar, langsung pergi ke tempat yang ramai itu. Aku sudah mencegahnya, tapi dia tetap saja berlari menuju keramaian. Huh, aku hanya membuang nafas panjang seraya mengikutinya menuju keramaian.

”Ada apa ini?” tanyaku pada seseorang di antara keramaian.
”Hari ini pembukaan Battle Tent di kota Fallarbor, banyak orang ingin mendaftar,” jawab orang itu.
”Battle Tent?”
Orang itu mengangguk. ”Iya, Battle Tent atau tenda pertarungan, sebuah fasilitas pertarungan Pokemon yang unik, mirip dengan Battle Frontier.”
Battle Frontier? Tempat apa pula itu?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Anda sopan, Sandslash pun segan...