
Pertarungan Hurricane melawan Drake
”Furret, serangan cepat!” perintah Profesor Hurr bersemangat. Furret berlari cepat dan menubrukkan dirinya pada Salamence. Tapi tampaknya serangan itu tidak efektif karena Salamence hanya sedikit meringis.
”Kau bodoh Hurr, kau memaksakan serangan yang tidak berguna seperti itu? Sudah kubilang Furretmu bukan tandingan untuk Salamenceku,” ledek Drake. ”Sekarang lihatlah betapa kuatnya Pokemonku... Salamence, nafas naga!”
Salamence menghembuskan nafas panasnya yang membara ke arah Furret. Furret terkena dan tampak kesakitan.

Furret melompat, menjangkau Salamence dan kemudian melayangkan pukulannya dengan sangat kuat, menghantamkannya ke tubuh Salamance. Di luar dugaan, pukulan itu menjadi sangat kuat hingga Salamence terlempar dan jatuh menghantam sebuah batu besar hingga batu itu hancur. Drake yang melihatnya langsung terkejut.

”Itulah balas budi atau Return, serangan yang kekuatannya bergantung pada rasa sayang Pokemon terhadap trainernya. Furret telah ikut bersamaku sejak dia masih kecil, sejak masih menjadi Sentret dan selama itu kami berdua sudah bersahabat akrab. Kami berdua saling mempercayai satu sama lain, itulah yang membuat serangan balas budi bisa menjadi kuat dan mampu menjatuhkan Salamence,” urai Profesor Hurr. ”Sekarang kau lihat sendiri kalau perkataanku tadi bukan main-main... Pokemon yang kau anggap lemah seperti Furret ini bahkan mampu menjatuhkan Pokemon sekuat Salamence, terlebih dia adalah Pokemon milik seorang Elite Four.”
”Cih! Jadi kau langsung besar kepala karena itu? Jangan terburu-buru Hurr sahabatku, aku masih kuat bertarung!” sahut Drake tak gentar. ”Sekarang lihatlah kekuatan sejati dari Elite Four... Salamence, bangkit dan hancurkan dia dengan meteor naga!”
Meskipun kesakitan, namun Salamence dapat langsung bangkit kembali. Pokemon naga itu melayang ke atas dan kemudian memuntahkan bebatuan-bebatuan berapi dari mulutnya ke arah Furret. Furret tidak dapat menghindar dan bebatuan-bebatuan itu menghantamnya.
”Furret, menghindar!” pekik Profesor Hurr. Furret memang sudah menghindar, namun bebatuan-bebatuan meteor itu terlalu banyak hingga dia terkena beberapa kali dan terjatuh di tanah. ”Furret, ayo bangkit... balas serangannya!”
Furret tampak berusaha bangkit. Serangan-serangan brutal tadi membuatnya terluka dan sulit untuk kembali berdiri. Meski begitu terlihat jelas kalau Pokemon itu berusaha keras berdiri.
”Tak ada harapan lagi untuk Furretmu tersayang, Hurr sahabatku. Sekarang akan kuakhiri ini, Salamence, cakar naga!”
”Furret, dampak luar biasa!” teriak Profesor Hurr memberi perintah.
Salamence telah mendekati Furret untuk melakukan cakaran naganya, bersamaan dengan itu Furret melompat menyongsong Salamence. Ditabrakkannya tubuh kecilnya menghantam tubuh Salamence yang besar dan bersamaan dengan itu keluar sinar menyilaukan dari Furret, selanjutnya menghempaskan Salamence untuk kali kedua. Meski begitu cakar dari Salamence sempat mendarat dan mengenai Furret membuatnya terhuyung-huyung.
”Kau... kau melakukannya lagi?” seru Drake tidak percaya.
”Itu dampak luar biasa atau Giga Impact yang kekuatannya sangat besar, kau pikir aku hanya akan menggunakan serangan-serangan pendek seperti serangan cepat saja menghadapi Salamence?”
”Hohoho... tapi Furretmu tidak cukup kuat kan?” tuding Drake. Profesor Hurr langsung melihat ke Furret dan tampak Furret kini terkapar pingsan di atas tanah.
”Tapi lihat siapa yang lebih menyedihkan, dihempaskan oleh Pokemon kecil seperti Furret... adalah penghinaan besar untuk Salamence,” balas Profesor Hurr tak mau kalah.
Drake mendengus kesal melihat Salamencenya terbaring tak berdaya di tanah. ”Kau memang hebat Hurr sahabatku, tak ada yang bisa kuragukan padamu.”
”Seorang ilmuwan sejati harus bisa menerapkan ilmu-ilmu yang dipelajarinya secara konkrit, dan inilah yang aku lakukan.”
”Kalau begitu aku menantangmu melakukan pembuktian terhadap hal menarik yang pernah kau teliti, yang menggagalkan proyek Nebula,” tantang Drake.
”Aku tak mau melakukannya, bagiku itu seperti sebuah pelanggaran,” tolak Profesor Hurr.
Drake tersenyum sinis. ”Kau tak punya pilihan...”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Anda sopan, Sandslash pun segan...