SELAMAT MEMBACA!!!

Protected by Copyscape plagiarism checker - duplicate content and unique article detection software.

Kini blog ini fokus menayangkan fanfic Pokemon terpopuler di Indonesia, Servada Chronicles karangan L. Maulana atau yang akrab dipanggil Elite Four L.

PERHATIAN!
Sebagian gambar dan materi dalam blog ini diambil dari internet sementara sebagian lagi murni buatan Elite Four L. Elite Four L tidak akan mengklaim materi yang bukan miliknya. Dilarang mengkopi artikel dalam blog ini tanpa izin dari Elite Four L. Terima kasih.

Nama-nama dan karakter Pokemon adalah hak cipta dari Nintendo, GameFreak, Creatures Inc., dan Pokemon Company. Servada Chronicles adalah hak cipta L. Maulana / Elite Four L.

Jumat, 01 April 2011

L's Diary: Eps. 237 - Penyesalan

wooper gifEpisode 237: Penyesalan

”Sam...Sammon?” gagapku menatap wajah Sammon yang tampak marah.
”Hei, apa-apaan Anda ini, Anda tidak bisa...” perkataan Parmin terhenti saat Sammon mendorong tubuhnya menjauh. Sammon kemudian menarik kerah bajuku, memaksaku berdiri kembali.
”Lunar Servada... bila terjadi apa-apa dengan Profesor Hurr, aku tidak akan pernah memaafkanmu!” hardik Sammon. ”Aku menyesal telah mengenalkanmu pada Profesor, aku tak mengira kalau kau akan mencelakakan Profesor...”
”Sam... dengar dulu...”
”Diam!” bentak Sammon memotong perkataanku. ”Tak ada yang perlu aku dengar lagi, kau harus bertanggung jawab atas semua hal ini. Aku sangat menghormati Profesor, bagiku dia sudah seperti ayah sendiri. Aku tidak terima bila dia kemudian celaka karena ambisi tololmu itu. Kita ini sahabat, kupikir kau akan menjaga Profesor sebaik mungkin, tapi ternyata aku salah... kau justru mencelakakannya!”
”Dengar dulu penjelasan kak L, kak L tidak bermaksud...”
”Kamu diam!” bentak Sammon memutus pembelaan Parmin. Parmin langsung terdiam takut. Sammon lalu menatap wajahku tajam dengan tangannya kanannya masih mencengkeram kerah bajuku erat. ”Lunar Servada... bila Profesor Hurr sampai meninggal dunia... aku akan mencarimu dan kupastikan itulah saat terakhir kau melihat dunia! Camkan itu baik-baik!”
Sammon mendorongku kasar hingga aku kembali terjatuh ke lantai. Dia menatapku penuh kebencian lalu berbalik dan berjalan pergi meninggalkanku. Aku melihat kepergiannya dengan sedih. Aku benar-benar merasa menyesal. Aku telah mengecewakan Sammon...
”Kak L tidak apa-apa?” tanya Parmin cemas.
”Aku tidak apa-apa,” jawabku berusaha berdiri. Parmin langsung bergerak membantuku.
”Siapa orang itu? Kenapa begitu kasar?”
”Dia temanku, namanya Sammon. Wajar saja kalau dia marah seperti itu, ini semua memang salahku... andai aku tidak melibatkan Profesor, semuanya pasti tidak akan seperti ini,” jawabku sedih.
”Sudahlah Kak, hal itu jangan dipikirkan,” hibur Parmin. ”Sekarang lebih baik kita kembali dan beristirahat...”
”Ya Parmin, terima kasih...”

*

Sementara itu di Markas Elite Four, tanpa aku tahu...

Dua orang anggota Elite Four, Sidney dan Glacia tampak sedang berbincang disana.
”Akhirnya bocah itu berhasil dihentikan juga,” kata Sidney.
”Ya, tapi ternyata tidak seperti yang kita duga sebelumnya,” sahut Glacia.
”Benar, di luar dugaan mereka memberikan perlawanan yang hebat, aku bahkan dikalahkan oleh si Idiot itu...”
”Beruntung Wallace mau membantu kita, sang juara memang tidak terkalahkan.”
”Tapi bocah itu berhasil menjatuhkan Milotic kebanggaan Wallace, itu merupakan prestasi tersendiri,” komentar Sidney.
”Benar, kupikir anak itu masih bisa menjadi ancaman kita di masa depan,” jawab Glacia. ”Wallace mengatakan kalau semangat anak itu begitu besar, bahkan bocah itu bersikeras masuk ke dalam gua Terra tanpa memedulikan tembakan es yang membekukannya.”
”Drake yang menyedihkan... aku tak menduga dia bisa sekarat melawan Profesor botak itu...”
”Tugas kita menjadi berat sekarang... setelah Ester, sekarang Drake... kini tinggal kita berdua, kita harus berusaha menjaga Hoenn sampai mereka kembali sadar.”
”Tenang saja, setelah pertarungan itu aku pikir bocah itu akan memutuskan berhenti mencari Groudon... dia pasti menyadari betapa kuatnya Elite Four dan takkan berani menantang kita lagi.”
”Aku tak bisa menjamin dan aku meragukan hal itu... tapi aku berharap kedamaian tetap bertahan di tanah Hoenn,” ujar Glacia pelan. Dia terdiam. Pertarungannya melawan Lydia tiba-tiba terbayang di benaknya. Entah kenapa dia merasa menyesal telah membekukan Lydia dengan titik beku, terlebih setelah dia mengetahui keadaan sahabatnya itu yang sekarang kritis.

2 komentar:

  1. waduh...sebaiknya adegan yang tidak diketahui kak L jangan ditulis..kak...jadi aneh....

    BalasHapus
  2. Iya sih... memang aneh... nanti dipikirkan lagi... Terima kasih sarannya... :)

    BalasHapus

Anda sopan, Sandslash pun segan...