
Tanpa kutahu...
Melona sedang asyik membaca sebuah buku di kamarnya saat tiba-tiba sesuatu yang keras menghantam daun jendela kamarnya yang terbuka. Melona terkejut. Diletakkannya buku yang dibacanya begitu saja dan berdiri berjalan mendekati jendela. Dilihatnya sebuah pisau tampak menancap disana, menusuk selembar kertas. Dicabutnya pisau itu dan diambilnya kertas yang tertusuk. Tertulis beberapa kalimat di atas kertas itu, dia pun membacanya perlahan. Air mukanya berubah setelah membaca tulisan di kertas itu. Diremasnya kertas itu dan dijatuhkannya begitu saja di lantai.
“Sudah kuduga... dia masih penasaran...” gumamnya misterius.
*
Aku dan Erou bermain catur...
“Bagaimana Lunar, apa kau tertarik ikut Frontier Festival?” tanya Erou. Aku dan Erou kini sedang bermain catur di ruang makan untuk mengisi waktu.
“Entahlah Erou, aku belum memastikan,” jawabku ragu. “Sebenarnya aku berencana berhenti menjadi trainer setelah kekalahanku di final waktu itu, aku hanya ingin bekerja untuk mendapatkan uang seperti saat ini di penginapan.”
“Entahlah Erou... bekerja bersama Melona lebih menyenangkan daripada bertarung Pokemon.”
“Bilang aja kalau kau tidak mau berpisah atau berada jauh dari Melona,” tebak Erou. “Kau kan bisa mengajaknya ikut ke Battle Frontier, jadi kalian bisa selalu bersama.”
“Tidak seperti itu Erou,” jawabku menyanggah. “Melona terikat dengan penginapan ini, dia tidak bisa meninggalkan penginapan ini begitu saja. Lagipula sudah kukatakan kalau aku tidak tertarik bertarung Pokemon lagi, kini aku ingin bekerja saja.”
“Dasar bodoh, kau benar-benar bodoh Lunar, dasar Pin...”
“Hei guys,” sapa Melona tiba-tiba muncul dan memotong umpatan Erou. “Aku akan pergi sebentar, ada sedikit perlu. Mungkin aku akan pulang saat makan malam, jadi sampai waktu itu aku titip penginapan ini pada kalian.”
“Itu bukan masalah Nona Melona, aku akan menjaga penginapan ini dengan sangat baik, paling si Pincang ini yang akan membuat masalah,” jawab Erou sambil menunjuk ke arahku.
“Enak saja kau bicara, aku lebih dulu berada di tempat ini dibandingkan dirimu, aku yang lebih mengenal penginapan ini,” tukasku kesal.
“Sudah... sudah... jangan bertengkar, tak baik itu,” lerai Melona. “Heran ya, kalian itu mudah sekali bertengkar. Apa kalian tidak malu pada Wynaut?” Melona menunjuk pada Wynaut di bahunya dan seperti biasa, Pokemon biru yang selalu tersenyum itu pun menjawab riang, “Way-Way-Way!”
“Memang apa hubungannya dengan Wynaut?” tanyaku dan Erou nyaris serempak.
“Tidak ada,” jawab Melona polos. “Sudahlah, kalian berdua jaga penginapan baik-baik sampai aku kembali... Aku mengandalkan kalian.”
“Siap, Nona Melona!”
*
Di suatu tempat, tanpa kutahu...
Melona tampak berjalan dengan hati-hati di sebuah menapaki jalan setapak di bukit yang terjal. Langit sudah mulai gelap saat dia mencapai puncak bukit tandus di tengah lautan itu.
“Akhirnya kau datang juga, kupikir kau ketakutan dan tak berani datang kesini,” tiba-tiba terdengar suara wanita misterius dari suatu tempat.
“Aku tidak takut denganmu, aku tak takut dengan ancamanmu, karena itulah aku datang,” jawab Melona. “Sekarang lebih baik kau cepat keluar, kita bicara terang-terangan sebagai sesama wanita. Mari bicarakan ini secara baik-baik.”
“Maaf, tapi bukan begitu caraku menyelesaikan masalah,” jawab suara misterius. “Kami punya cara sendiri dan itu adalah...”
JLEP-JLEP-JLEP! Tiga buah shuriken tertancap di tanah di depan Melona berdiri. Berikutnya muncul sosok bercadar berambut pirang keemasan di depan Melona.
“Cara kami adalah... bertarung Pokemon!” kata wanita bercadar menjentikkan jari, memunculkan kepulan asap di belakangnya. Sesosok Pokemon menyerupai kupu-kupu muncul dari kepulan asap dan melayang di sampingnya.
“Kalau begitu, akan kuikuti caramu,” jawab Melona. Dengan cepat diambilnya PokeBall dari sakunya dan ditunjukkannya pada sosok bercadar. “Mari kita bertarung Pokemon... Pin-Eye!”

Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Anda sopan, Sandslash pun segan...