
Pagi ini aku dan Melona mengantar keberangkatan Kak Lydia di depan penginapan. Kak Lydia akan pergi ke Unova, sebuah provinsi yang terletak sangat jauh dari Hoenn. Peternakan Pokemon kak Lydia di Verdanturf sudah tak tertolong lagi sehingga kak Lydia terpaksa menutupnya. Temannya yang tinggal di Unova lalu mengajaknya bekerja di Unova. Kabarnya kakak akan bekerja di Musical, sebuah pertunjukan Pokemon yang katanya digemari di Unova. Kakak mengatakan kalau dia membutuhkan sesuatu yang baru, sebuah pengalaman baru sehingga dia langsung saja menerima tawaran itu.
“Kakak pikir sudah saatnya mengambil langkah baru, kakak tidak mau seterusnya berkutat dengan peternakan Pokemon,” kata kakak saat bercerita padaku. Kakak mungkin akan tinggal untuk waktu yang lama disana dan karena itulah dia menemuiku untuk mengucapkan perpisahan serta untuk memberikan kunci rumah.
“Kunjungilah rumah kita sesekali dan bersihkanlah. Bagaimanapun itu rumah peninggalan ayah kita,” pesan kak Lydia. “Kamu bisa mengajak Melona kesana kalau kamu mau.”
“Baik Kak... aku takkan lupa,” sahutku mantap.
Kak Lydia tersenyum lalu melihat ke arah Melona. “Bilang saja padaku kalau Lunar berbuat macam-macam padamu... aku akan segera datang untuk menenggelamkannya. Tapi aku yakin dia tidak akan melakukan hal itu padamu, karena yang kulihat dia akan memperlakukan kekasihnya dengan sebaik mungkin.”
“Iya Kak, Lunar tak pernah berbuat aneh kok, dia pegawai yang baik dan jujur,” sahut Melona sambil tersenyum.
“Aku tahu itu,” timpal kak Lydia. Tatapannya kembali beralih padaku. “Lunar, jaga dirimu baik-baik... jaga juga Melona dan jangan mengecewakannya. Kini kamu yang memegang kendali penuh atas dirimu sendiri. Lakukanlah hal-hal yang menurutmu baik untukmu dan jangan pernah merugikan orang lain. Minta maaflah bila kamu melakukan kesalahan dan berterima kasihlah bila orang lain berlaku baik padamu. Cuma itu saja pesan Kakak.”
“Baik Kak,” jawabku mengangguk. “Aku akan mengingat setiap nasehat Kakak... Kakak pun demikian, jaga diri baik-baik disana dan jangan mudah tergoda dengan hal-hal yang terlihat berkilau karena tidak semua yang berkilau itu adalah emas.”

Darah? Entah kenapa kata itu terdengar menggangguku sekarang. Kata itulah yang kudengar saat...
“Itu... gelang baru?” tunjukku pada gelang kuning berlogo cakram hijau yang kukenal sebagai logo Servada. “Seingatku Kakak tak punya gelang itu deh...
“Oh ini.” Kak Lydia melihat pada gelang di pergelangan tangan kirinya. “Ini namanya gelang Servada, seseorang mengirimkannya pada kakak,” jawab kak Lydia. “Unik ya? Kamu mendapatkan ikat pinggang sementara kakak mendapatkan gelang... sepertinya ada sesuatu dibalik benda-benda ini dan pengirimnya ingin kita menggunakannya.”
“Apa dikirimkan orang yang sama?” tanyaku penasaran.
“Sepertinya begitu, sesuatu banget ya?” jawab kak Lydia menirukan ucapan Syahrini. “Baiklah Lunar, Kakak harus pergi sekarang... karena angin perak selalu bergerak dan takkan pernah berhenti berhembus...” Kak Lydia menarik nafas panjang, melepaskannya perlahan lalu memandang ke arahku dan Melona. “Sampai jumpa adikku tersayang... Sampai jumpa Melona...”
Kak Lydia melemparkan PokeBall memunculkan Pelipper, menaikinya dan terbang tinggi meninggalkan kami berdua.
“Sampai jumpa Kakakku... Sampai jumpa lagi... Angin Perak dari Verdanturf...”
*
Sementara itu di pesawat yang ditumpangi kak Lydia, tanpa kutahu...Lydia menatap keluar jendela pesawat, memandangi gumpalan awan putih yang terlewati. Beberapa Swablu tampak terlihat terbang harmonis disana. Tiba-tiba saja kenangan bersama sang adik kembali terbayang di benak Lydia, membuatnya merindukan masa-masa itu. Dia mencemaskan keselamatan adiknya itu, tapi dia tahu adik kecilnya telah tumbuh dewasa sekarang dan bisa menjaga dirinya sendiri. Entah kenapa dia merasa tidak akan bertemu kembali dengan adiknya itu dalam waktu yang lama.
“Lunar,” katanya sambil memandangi gelang kuning di pergelangan tangan kirinya. “Semoga sabuk itu berguna untukmu... kuberikan sabuk itu sebagai peninggalan dari keluarga kita... dan inisial L.S itu sebenarnya adalah....”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Anda sopan, Sandslash pun segan...