SELAMAT MEMBACA!!!

Protected by Copyscape plagiarism checker - duplicate content and unique article detection software.

Kini blog ini fokus menayangkan fanfic Pokemon terpopuler di Indonesia, Servada Chronicles karangan L. Maulana atau yang akrab dipanggil Elite Four L.

PERHATIAN!
Sebagian gambar dan materi dalam blog ini diambil dari internet sementara sebagian lagi murni buatan Elite Four L. Elite Four L tidak akan mengklaim materi yang bukan miliknya. Dilarang mengkopi artikel dalam blog ini tanpa izin dari Elite Four L. Terima kasih.

Nama-nama dan karakter Pokemon adalah hak cipta dari Nintendo, GameFreak, Creatures Inc., dan Pokemon Company. Servada Chronicles adalah hak cipta L. Maulana / Elite Four L.

Rabu, 16 November 2011

L's Diary: Eps.318 - Kesempatan yang Tidak Bisa Diambil

PhotobucketEpisode 318: Kesempatan yang Tidak Bisa Diambil

“Aku sudah kepalang tanggung, aku tak bisa berhenti sekarang,” jawabku kemudian. “Lihat siapa yang tertawa sekarang... dasar Groudon bodoh!” aku menyeringai penuh kemenangan. Entah kenapa rasanya begitu senang, begitu bahagia sampai-sampai rasa sakit di kaki serta tangan kiriku tak terasa sama sekali. Menangkap Groudon adalah obsesiku sejak aku kecil, dan apa yang kuimpikan selama ini benar-benar menjadi kenyataan!
“GROOOO!” Groudon meraung keras. Sepertinya dia masih belum mau menyerah padahal tubuhnya sudah benar-benar keracunan sekarang. Dasar Pokemon legenda keras kepala... kupikir Groudon memiliki ketahanan tubuh yang kuat setelah semua serangan Pokemonku sia-sia belaka tadi, eh... gak tahunya sama racun aja keok. Hahaha... Ini benar-benar tidak bisa dipercaya.
“Lihatlah ini Groudon! Ini adalah Master Ball!” kataku menunjukkan PokeBall berwarna ungu dalam genggaman tangan kananku. “Dengan bola ini aku akan menangkapmu, dengan bola ini aku bisa membawa tubuh besarmu kemanapun aku mau... dan keinginanku untuk menciptakan daratanku sendiri pun akhirnya terwujud... kini tidak akan ada lagi yang meremehkan Lunar Servada! Lunar Servada benar-benar seorang pemburu Pokemon yang berhasil menangkap Groudon... yang bahkan tak bisa didapatkan oleh Tim Magma... Hahaha...”
Entah mengapa kurasakan aku menjadi begitu jahat. Maksudku semua perkataan yang kuucapkan adalah perkataan yang hanya diucapkan oleh orang jahat. Ah, aku tak peduli, yang terpenting sekarang aku akan mendapatkan Groudon yang selama ini aku inginkan...
Kamu takkan berani,” kata Groudon tiba-tiba. Wajah Pokemon itu terlihat sangat pucat dengan tubuh yang membiru, racunnya sepertinya sudah begitu parah. “Kamu tidak akan berani menggunakan bola itu.
“Oh ya? Kata siapa? Tentu saja aku berani menggunakannya,” sahutku angkuh. “Aku hanya tinggal melemparkannya padamu dan...”
Kalau begitu lakukan!” potong Groudon dengan suara yang keras.

“Baik... kalau itu yang kau minta.” Aku mengayunkan tangan kananku yang membawa Master Ball, berniat melemparkan bola itu ke arah Groudon. Namun ayunan tanganku berhenti di udara, dengan Master Ball masih tergenggam erat di kepalanku. Sial... Groudon benar, aku tak berani melakukannya. Kenapa aku begitu bodoh? Bukankah sebelum Groudon tak berdaya seperti sekarang ini tadi aku juga memiliki kesempatana untuk melakukannya, untuk melemparkan bola dengan tingkat keberhasilan seratus persen ini padanya? Ini semua karena ucapan Profesor Hurr saat itu... Sial!
Aku tahu kamu tak berani melakukannya... Gengsimu sangat tinggi,” kata Groudon melihat sikapku. “Trainer yang hebat takkan menggunakan bola itu, karena itu hanya akan menunjukkan betapa lemahnya dirimu. Kalau begitu ceritanya, semua orang juga bisa melakukannya, jadi tak ada yang istimewa dengan dirimu. Kamu bukan apa-apa tanpa bola itu.”
“DIAM!!!” bentakku keras. “Kau mengingatkanku pada Profesor bodoh itu!” Aku terduduk lemas dan menjatuhkan Master Ball begitu saja. Bola itu menggelinding ke lantai gua yang lebih rendah sementara aku hanya melihatnya tanpa ekspresi sambil memegang keningku seperti orang yang putus asa. Kupikir aku memang sudah putus asa sekarang.
Sebenarnya apa yang kamu inginkan?” tanya Groudon.
“Aku... aku hanya ingin menepati janjiku saja...” jawabku lemah. Air mata kembali menetes dan aku menangis tersedu-sedu seperti perempuan. “Aku pernah berjanji pada sahabatku... namanya Flame,” lanjutku bercerita. “Aku berjanji padanya akan menangkap Groudon sehingga aku bisa menciptakan daratan baru di tempat tinggalnya yang telah hancur karena gunung meletus... cuma itu saja... Apa itu salah?”
Groudon terdiam. Aku menghapus air mataku dan melihat Groudon yang pandangannya terlihat semakin lemah.
Salah atau benar, bukan aku yang memutuskan,” jawab Groudon.
“Sudahlah, abaikan saja... ini hanya ucapan tak penting dari orang lemah sepertiku,” isakku. “Kalau kau tahu aku takkan berani menggunakan Master Ball, kenapa kau tidak beristirahat saja sekarang? Toh aku takkan bisa menangkapmu... hanya Master Ball saja yang kumiliki saat ini.”
Entahlah, kupikir aku masih ingin berbincang denganmu.”
“Kau ini aneh... katamu tak menyukai manusia, bagaimana mungkin kau ingin berbincang dengan manusia?”
Karena kupikir kamu berbeda, aku tak tahu kenapa,” jawab Groudon. “Lagipula aku bosan bersembunyi hidup tanpa teman seperti ini.”
“Apa maksud perkataanmu?” tanya tak mengerti.
Obati dulu racunku, kita akan berbicara lebih lama.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Anda sopan, Sandslash pun segan...