SELAMAT MEMBACA!!!

Protected by Copyscape plagiarism checker - duplicate content and unique article detection software.

Kini blog ini fokus menayangkan fanfic Pokemon terpopuler di Indonesia, Servada Chronicles karangan L. Maulana atau yang akrab dipanggil Elite Four L.

PERHATIAN!
Sebagian gambar dan materi dalam blog ini diambil dari internet sementara sebagian lagi murni buatan Elite Four L. Elite Four L tidak akan mengklaim materi yang bukan miliknya. Dilarang mengkopi artikel dalam blog ini tanpa izin dari Elite Four L. Terima kasih.

Nama-nama dan karakter Pokemon adalah hak cipta dari Nintendo, GameFreak, Creatures Inc., dan Pokemon Company. Servada Chronicles adalah hak cipta L. Maulana / Elite Four L.

Rabu, 01 Februari 2012

L's Diary: Eps.340 - Mengejar SS. Tidal

PhotobucketEpisode 340: Mengejar SS. Tidal

Panggilan terakhir untuk kapal SS. Tidal tujuan Battle Frontier,” terdengar suara pengeras suara di pelabuhan kota Slateport. Pelabuhan Slateport hari itu terlihat begitu ramai. Beberapa tampak berjalan terburu-buru menuju ke sebuah kapal besar yang tertambat di pelabuhan. Salah satu dari mereka yang terburu-buru itu adalah aku, Lunar Servada.
Hari ini adalah hari keberangkatanku menuju Battle Frontier Hoenn untuk mengikuti turnamen pertarungan Pokemon, Frontier Festival. Bodohnya aku malah bangun kesiangan yang membuatku harus memaksa Solar, Tropius milikku untuk terbang dengan kecepatan penuh. Dan seperti yang pernah terjadi sebelumnya, Solar langsung pingsan saat mencapai pelabuhan Slateport.
Keterlambatanku diperparah dengan suasana pelabuhan yang begitu ramai sehingga membuatku kesulitan untuk bisa naik ke atas kapal, apalagi dengan kondisi kaki yang terpincang seperti ini. Aku pun berdesak-desakkan dengan banyak penumpang lainnya, berharap tidak kecopetan.

Dengan susah payah akhirnya aku berhasil menerobos kerumunan orang dan kini berada tepat di pinggir dermaga, batas antara laut dan daratan. Tapi baru saja aku hendak menginjakkan kakiku di tangga kapal, tiba-tiba kapal bergerak perlahan meninggalkan pelabuhan.
“What? Hey! Tunggu aku!” teriakku panik. “Aku belum naik!” Tentu saja nahkoda kapal itu tidak mendengarku dan kapal terus saja bergerak meninggalkan pelabuhan sehingga aku tidak bisa mencapainya. Sial, kalau begini aku terpaksa…
“Keluarlah Mangrove!” aku melemparkan PokeBall dan memunculkan Mangrove, Wooper andalanku. Mangrove langsung menyambutku dengan senyumnya yang lebar. Pokemon pemberian kak Lydia ini memang menggemaskan!
Tapi tunggu dulu… apa yang akan aku lakukan dengan Mangrove? Mangrove memang sudah mempelajari move selancar untuk melintasi perairan, tapi… aku kan tidak mungkin menungganginya! Dia pasti akan langsung tenggelam saat aku menginjakkan kakiku pertama kali. Hmm…
“WOOP!” Mangrove bergerak terjun ke air dan melihat ke arahku dengan ceria. Dibukanya mulutnya lebar lalu ditutupkannya dengan cepat. Dia melakukannya berkali-kali seperti berusaha mengatakan sesuatu.
“Tapi Mangrove, aku tidak bisa menaikimu… kamu pasti akan langsung tenggelam,” kataku seolah mengerti ucapan Wooper, padahal aku ngasal. Ah, andai saja Walrein masih bersamaku.
“WOOP!” Mangrove kembali memanggil seolah tak sabar. Ekspresi wajahnya menyiratkan keinginan untuk bermain.
“Aku tidak bisa melakukannya, kamu terlalu kecil…”
“WOOP!” Mangrove terus-menerus membuka-tutup mulutnya yang lebar.
Aku lalu melihat ke seberang dimana kapal SS. Tidal telah jauh meninggalkan dermaga. Well, sepertinya aku tidak punya pilihan lain kecuali menggunakan Mangrove untuk menyusul kapal itu. Lagipula Mangrove sepertinya tidak keberatan aku menungganginya.
“Baiklah, baiklah… kamu menang,” kataku pasrah. Aku lalu berjalan dan membungku mendekati Wooper yang ada berenang di permukaan air. “Jadi apa yang harus aku lakukan?”
Mangrove menggerak-gerakkan kepalanya lalu menegakkan dua insang luarnya yang ada di masing-masing pipinya. “WOOP!” katanya sambil membuka mulutnya lebar.
“Maksudmu aku harus memegang dua insangmu itu? Apa tidak apa-apa?” terkaku.
Mangrove mengangguk-anggukkan kepalanya seolah menjawab ‘tidak apa-apa’. “Oke, kamu sendiri ya yang bilang, nanti jangan salahku aku kalau kamu kesakitan.” Mangrove mengerlingkan sebelah matanya seolah mengiyakan. Ragu-ragu aku memegang insang luar Mangrove yang kasar dan berduri halus. Baru kali ini aku memegang insang Mangrove dan entah kenapa rasanya menyenangkan. “Sudah kupegang, berikutnya apa Mang…. ROOOOOVEEEE!!!”
Tiba-tiba Mangrove berenang cepat ke laut membawa serta merta tubuhku yang memegang insangnya. Aku terkejut setengah mati dan memegang erat kedua insang Mangrove, takut kalau terlepas dan aku tenggelam ke laut karena…Aku tidak bisa berenang!
“MANGROOOOVEEEE!!! JANGAN KENCANG-KENCANG!!!” teriakku keras bercampur angin dan air laut. Saat ini tubuhku diseret kencang oleh Mangrove, membuat kepalaku naik turun masuk ke laut. Untung saja aku diseret di atas laut, kalau diseret di atas tanah mungkin aku sudah jadi dendeng seperti yang sering dikatakan Melona. Meski begitu terbanting-banting di atas air laut itu rasanya juga sakit… kupikir setelah ini badanku pasti langsung pegal-pegal semua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Anda sopan, Sandslash pun segan...