SELAMAT MEMBACA!!!

Protected by Copyscape plagiarism checker - duplicate content and unique article detection software.

Kini blog ini fokus menayangkan fanfic Pokemon terpopuler di Indonesia, Servada Chronicles karangan L. Maulana atau yang akrab dipanggil Elite Four L.

PERHATIAN!
Sebagian gambar dan materi dalam blog ini diambil dari internet sementara sebagian lagi murni buatan Elite Four L. Elite Four L tidak akan mengklaim materi yang bukan miliknya. Dilarang mengkopi artikel dalam blog ini tanpa izin dari Elite Four L. Terima kasih.

Nama-nama dan karakter Pokemon adalah hak cipta dari Nintendo, GameFreak, Creatures Inc., dan Pokemon Company. Servada Chronicles adalah hak cipta L. Maulana / Elite Four L.

Kamis, 01 Maret 2012

L's Diary: Eps.356 - Kesadaran Seorang Trainer

SERVADA CHRONICLES: BATTLE SEASON
BAB LI. VERSUS DARKO

PhotobucketEpisode 356. Kesadaran Seorang Trainer

Aku, Flint dan Flame sedang berada di Pokemon Center. Kami cemas dengan keadaan Cyndaquil milik Yusack yang terluka parah setelah diserang Gastly milik Reaper.
“Beruntung kamu membawanya tepat waktu, Cyndaquil milikmu kini sudah melewati masa kritis,” kata suster Joy pada Yusack. Dia lalu memberikan Cyndaquil yang tengah tertidur pada Yusack.
“Terima kasih suster,” kata Yusack menerima Cyndaquil dari suster Joy. Dia lalu menggendongnya lembut dan berbalik menuju pintu keluar Pokemon Center.
“Bagaimana keadaan Cyndaquil milikmu?” Tanya Flame menghampiri Yusack. Flint dan aku ikut berdiri menghampiri Yusack.
“Dia tidak apa-apa, sekarang dia sudah sehat,” jawab Yusack.
“Aku ikut sedih atas kejadian yang menimpa Cyndaquil milikmu,” kata Flame kemudian.
“Terima kasih, aku senang untuk perhatianmu itu,” balas Yusack tersenyum. “Setelah pertarungan tadi, kupikir aku tidak akan menyuruh Cynda bertarung lagi.”
“Kenapa?” tanyaku terkejut.
Yusack terdiam. Wajahnya tampak sedih. “Aku tidak mau Cynda terluka lagi,” jawabnya pelan. “Dia hampir saja mati tadi, aku pasti sangat menyesal bila hal itu terjadi. Aku sangat menyayangi Cynda, aku tidak siap untuk kehilangannya…”
“Aku mengerti perasaanmu,” ujar Flame bersimpati. Dia lalu mengelus leher Cyndaquil lembut. “Cynda begitu lucu, siapapun tidak ingin berpisah darinya. Ini sama seperti Flareon milikku.” Flame menunjuk pada Flareon yang mengikuti di belakangnya. “Kamu harus menjaga Cynda baik-baik.”
“Ya, aku akan menjaga dan merawatnya baik-baik, dia itu teman sejatiku,” jawab Yusack mengangguk mantap.
“Tapi ini semua bukan sepenuhnya salah Yusack,” kataku ikut bicara. “Reaper, orang aneh itu yang harusnya bertanggung jawab. Dia terlihat ingin membunuh Cyndaquil. Sudah kubilang kalau orang itu berbahaya!”
“Lunar… jangan lagi deh…” Flame tampak tidak suka dengan kata-kataku.
“Flame, aku juga merasakan apa yang dirasakan Yusack, itulah kenapa aku memukul Reaper waktu itu… dia sudah melukai Tropius milikku tanpa sebab yang jelas. Dia itu jelas pembunuh!”
“Aku tahu itu Lunar,” sahut Yusack. “Aku kini merasakan apa yang kamu rasakan, tapi kali ini akulah yang bersalah.” Yusack terdengar sedih. Dia menunduk memandang Cyndaquil di buaiannya. Dia menyentuh leher Pokemon api itu pelan lalu tersenyum. “Kita adalah trainer Pokemon, kita yang menentukan apa yang akan dilakukan Pokemon kita,” katanya kemudian. “Aku yang memerintahkan Cynda untuk bertarung, jadi aku yang sepenuhnya bertanggung jawab. Apapun yang terjadi pada Pokemon kita, kita sebagai trainernyalah yang bertanggung jawab…”
Aku terdiam, mencoba meresapi kata-kata Yusack. Yusack benar, apa yang terjadi pada Pokemon kita adalah tanggung jawab sang trainer. Kejadian penyerangan Solar bukan sepenuhnya kesalahan Reaper, aku juga bertanggung jawab untuk itu. Aku yang membiarkannya terbang di Battle Frontier begitu saja, menjadikannya seperti Pokemon liar. Seharusnya aku pergi mencarinya saat dia belum juga kembali padaku, bukannya malah diam saja. Ini salahku… ini tanggung jawabku karena membiarkannya sendirian disana.
Perlahan kukeluarkan Nest Ball berisi Solar dari sakuku. Kepegang erat bola itu dan kutatap lembut. Maafkan aku Solar… seharusnya aku tak membiarkanmu sendirian disana… bagaimanapun akulah trainermu… akulah yang harus bertanggung jawab atas semua yang terjadi padamu… aku berjanji aku akan menjagamu dengan baik… hal seperti itu tidak akan terjadi lagi… aku berjanji.

*

Pagi lain menjelang di Battle Frontier. Hari ini aku akan melakoni pertarungan terakhirku di babak penyisihan grup Frontier Festival, menghadapi Darko. Menang atau kalah itu hanya akan menentukan siapa lawanku di fase gugur nanti. Seharusnya sih jam segini aku harus sudah berada di Battle Dome, tapi nyatanya aku masih termangu di depan jendela kamar hotel, memandang lingkungan di hadapanku. Sebelum pertarunganku dimulai, Badut terlebih dahulu menentukan nasibnya di pertarungan terakhirnya. Sudah kupastikan dia akan menang, itulah kenapa aku sengaja datang terlambat pagi ini. Aku tidak mau melihat kemenangan Badut, biarpun dia bertarung dengan cara yang jujur sekalipun. Entah kenapa sampai saat ini aku masih sakit hati setiap kali melihat dirinya, apalagi melihat kemenangannya.
“Hai!” terdengar suara memanggil di luar sana yang langsung membuyarkan lamunanku. “Lunar! Si Pincang!” Aku pun langsung melihat keluar jendela, mencari tahu siapa penggemar yang menyapaku pagi ini. Di jalanan sana tampak seorang lelaki bermata sipit dengan perut yang sedikit buncit dan syal terlilit di lehernya. Lelaki itu sepertinya pernah kukenal... Tunggu dulu, itukan si...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Anda sopan, Sandslash pun segan...