SELAMAT MEMBACA!!!

Protected by Copyscape plagiarism checker - duplicate content and unique article detection software.

Kini blog ini fokus menayangkan fanfic Pokemon terpopuler di Indonesia, Servada Chronicles karangan L. Maulana atau yang akrab dipanggil Elite Four L.

PERHATIAN!
Sebagian gambar dan materi dalam blog ini diambil dari internet sementara sebagian lagi murni buatan Elite Four L. Elite Four L tidak akan mengklaim materi yang bukan miliknya. Dilarang mengkopi artikel dalam blog ini tanpa izin dari Elite Four L. Terima kasih.

Nama-nama dan karakter Pokemon adalah hak cipta dari Nintendo, GameFreak, Creatures Inc., dan Pokemon Company. Servada Chronicles adalah hak cipta L. Maulana / Elite Four L.

Kamis, 01 Maret 2012

L's Diary: Eps.358 - Pertarungan Melawan Darko Dimulai

PhotobucketEpisode 358: Pertarungan Melawan Darko Dimulai

Aku berjalan tergesa di ruang loker yang harus aku lewati sebelum masuk ke arena utama. Seorang lelaki berambut pirang tampak berjalan ke arah yang berlawanan denganku. Tak terhindarkan, kami pun berpapasan.
“Pertarungan-pertarungan ini payah,” katanya padaku. “Aku tak sabar bertemu denganmu di final, Lunar Servada si Pincang.”
“Yeah, aku pun juga tidak sabar untuk itu,” balasku menyeringai. Kami berdua lalu bertatapan dengan keinginan membantai yang sangat terpancar pada masing-masing bola mata kami. Tatapan ini… sudah lama sekali tidak aku lihat…
“Aku menunggumu, Lunar…” katanya kemudian.
“Aku juga, Volta… aku akan senang sekali untuk itu,” balasku tak mau kalah. Dan kami berdua pun saling berlalu begitu saja.
Allejandro Volta, aku sudah tidak sabar bertarung denganmu… Tapi sebelum itu, ada pertarungan yang harus aku lewati terlebih dulu…

*

“Si Pincang! Si Pincang! Si Pincang!” teriak para penonton bisa kudengar jelas saling sambung-menyambung membedikan dukungan padaku. Mereka pasti tak sabar menantikanku muncul di arena Battle Dome. Dan inilah aku, si Pincang dari kota Verdanturf yang perlahan memasuki arena pertarungan…
“Hei lihat! Itu si Pincang!” tunjuk salah seorang penonton menyadari aku sudah muncul di arena.
“He, benarkah?” Tanya teman di sampingnya tak percaya. Dia melihat ke arahku dan bersorak girang. “Benar! Itu si Pincang! Wah, sudah lama sekali aku tidak melihatnya sejak final liga waktu itu! Kudengar dia berpacaran dengan pemilik penginapan di Pasifidlog blablablablabla…”
Lebih baik lupakan saja omongan para penonton yang histeris itu. Kini kita kembali ke pertarungan. Di hadapanku, di seberang sana telah berdiri lawan terakhir yang harus aku lewati di babak penyisihan ini. Menang atau kalah, aku akan tetap melaju ke fase gugur. Tapi tentu saja aku mengharapkan kemenangan, karena yang harus kuhadapi saat ini adalah… Darko Monsta!
“Kupikir kamu tadi kesiangan lagi, Lunar,” sapa Darko.
“Hari ini aku bangun pagi sekali, aku cuma tidak mau melihat wajah pengkhianat itu,” balasku menyahut. “Sepertinya sudah lama sekali kita tidak pernah bertarung lagi, aku sudah tidak sabar dengan hasilnya.”
“Kamu pikir cuma kamu saja? Aku juga sudah tidak sabar untuk mengalahkan si Pincang yang terkenal itu!”
“Bisakah kalian menunda reuni ini?” Tanya Flame menyela. “Aku harus segera memulai pertarungan ini. Bagaimanapun aku sudah cukup bermasalah karena si Pincang.”
“Oh, maaf membuatmu menunggu Flame,” sahut Darko. “Aku hanya sedikit bersemangat. Kamu bisa memulai sekarang.”
“Apa kamu sudah siap Darko?” Tanya Flame kemudian. Darko mengangguk mantap. Flame lalu menoleh ke arahku. “Apa kamu sudah siap, Pincang?” tanyanya padaku dengan wajah ditekuk.
“Hei, kamu harusnya menyebutkan namaku, bukan julukanku,” protesku.
“Sudah jawab saja, siap atau belum?” Tanya Flame lagi tanpa menghiraukan protesku.
“Ya, tentu saja,” jawabku mantap.
“Kalau begitu… pertarungan dimulai!!!”

*

Sementara itu di waktu yang sama, tanpa aku tahu…

Volta duduk di pesisir pantai Battle Frontier, memandang jauh ke hamparan lautan luas yang ada di depannya. Dia tampak memikirkan sesuatu saat dia menyadari kemunculan sebuah bayangan di belakangnya.
“Tuan Reaper… misterius seperti biasanya…” kata Volta tanpa menoleh, tetap pada posisi duduknya tadi.
Penciumanmu sangat bagus, Volta,” jawab sosok di belakangnya yang tak lain adalah Reaper itu.
“Tentu saja, itulah kenapa dulu aku dijuluki Anjing Tim Magma saat masih bergabung dengan mereka,” sahut Volta datar.
Apa yang kamu lakukan disini? Apa kamu tidak mau melihat pertarungan si Pincang itu sebagai bahan pembelajaran untuk menghadapinya kelak?” Tanya Reaper kemudian.
Volta mendengus. “Buat apa? Tanpa mempelajari gaya bertarungnya pun aku bisa mengalahkan si Pincang itu dengan mudah. Apa kamu ada masalah dengan itu, Tuan Rapper?”
Sepertinya kamu percaya diri sekali,” kata Reaper tak mengindahkan pertanyaan Volta. “Aku cuma tak mau rencana kita gagal. Aku akan selalu memastikan semuanya berjalan dengan baik. Dan lagi, namaku Reaper, bukan Rapper, ingat itu baik-baik.
“Jangan remehkan aku, Rapper atau apalah itu,” tukas Volta ketus. “Aku sudah pernah menangkap Rayquaza, kau mau minta yang lain? Aku bisa melakukannya dengan mudah, Tuan Rea…” Volta berbalik dan terkejut karena Reaper sudah tidak ada lagi di belakangnya. Dia lalu tersenyum sinis dan berkata, “Misterius seperti biasanya… aku semakin penasaran siapa dia sebenarnya…”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Anda sopan, Sandslash pun segan...