“ARGHH!!!”
Tiba-tiba
aku merasakan berada kembali di arena pertarungan. Kepalaku terasa
sangat sakit, disusul rasa sakit yang tak kalah hebatnya di lengan
kiriku. Kulihat cepat kulit lenganku tersebut yang memancarkan sinar
merah samar-samar, disusul perasaan nyeri seolah ada pusaran angin hebat
bergolak di dalamnya… tunggu… ini bukan pusaran angin… ini badai!
“ARGHH!!!”
Aku
berteriak keras, membuat perhatian semua orang yang berada di dalam
Battle Dome langsung terarah padaku. Tubuhku mulai oleng dengan tangan
kiriku terus memegangi lengan kiriku, seolah menahannya agar tidak
terputus dari tubuhku. Perlahan tapi pasti butiran pasir bermunculan
keluar dari lenganku, dari bekas lukaku yang kini kututupi dengan
pegangan tangan kananku. Butiran-butiran pasir itu berterbangan kesana
kemari dengan dahsyatnya, meliputi wilayah sekitarku dengan debu-debu
massif yang membutakan mata dan menyakiti kulit. Guy, Flame, dan para
penonton terperangah melihatnya.
“ARGHH!!!”
“Lunar! Ada apa denganmu?!” teriak Guy panik.
“Lunar!”
Flame berlari cepat ke arahku, namun langsung kucegah dengan membuka
kepalan tangan kananku lebar seraya menunjukkannya padaku. Flame
menyadari peringatanku itu dan langsung berhenti berlari. Dia menatapku
dengan penuh khawatir. “Lunar… jangan bilang kalau kau juga seorang….”
Aku
tersenyum simpul menahan nyeri di lenganku seraya mengangguk mengiyakan
ucapan Flame. “Ya Flame… aku juga… seorang PokeHuman…”
“Apa… Ada apa
ini?” tanya Guy tampak bingung. “Lunar, jelaskan padaku apa yang sedang
terjadi? Kenapa muncul begitu banyak pasir dari lenganmu? Kenapa kau…”
“Maaf
Guy, tapi aku terpaksa menggunakan kemampuanku ini untuk bisa
mengalahkanmu… kau tidak memberiku pilihan lain,” ujarku tenang. Kulihat
baru kali ini Guy menjadi begitu panik, tidak setenang
sebelum-sebelumnya. Akhirnya aku berhasil menghancurkan ketenangannya!
Hahaha…. ARGH!!!
“Ap—Apa maksudmu?”
Aku tersenyum. Pusaran badai
pasir yang muncul dari bekas luka di lengan kiriku kini telah menyebar
dan meliputi wilayahku berdiri di arena. Guardian, Pokemon penentuku itu
pun kini telah berada di dalam badai pasir yang menyelimuti arena. Tak
butuh waktu lama, badai pasir kini telah menyelubungi seluruh arena
pertarungan Pokemon, ikut menelan Guy dan Houndoomnya.
“Badai pasir… apa yang akan kau lakukan?” tanya Guy sambil menutupi mulut dan hidungnya.
“Yang akan kulakukan… adalah ini!” aku menghentakkan tanganku ke depan dan berteriak lantang, “Guardian… Sayatan!”
“Percuma
saja Lunar…” sahut Guy mendengar perintahku. “Serangan Houndoom akan
lebih dulu menjatuhkan Pokemonmu! DarDoom, pukulan penghisap!”
Houndoom
melompat menerjang cepat menyongsong Guardian di tengah badai pasir.
Pokemon bertandung melingkar itu mengangkat kedua kaki depannya bersiap
memukul jatuh Sandslash milikku. Namun kedua kaki depan Houndoom tidak
menghantam apapun kecuali lantai arena, membuat Guy yang melihatnya
langsung tercekat kaget.
“Ti… Tidak ada?! Bagaimana mungkin?” serunya terkejut.
“Ada kok,” sahutku enteng. “Ada di samping Houndoom! Sekarang, habisi dia!”
Gumpalan debu dan pasir di samping Houndoom tiba-tiba lenyap, memunculkan Pokemon berpunggung duri, Sandslash. Sandslash langsung menyayatkan cakar kanannya menghantam tubuh Houndoom, membuat Pokemon terakhir Guy itu langsung terguling dan menghantam lantai dengan kerasnya.
Gumpalan debu dan pasir di samping Houndoom tiba-tiba lenyap, memunculkan Pokemon berpunggung duri, Sandslash. Sandslash langsung menyayatkan cakar kanannya menghantam tubuh Houndoom, membuat Pokemon terakhir Guy itu langsung terguling dan menghantam lantai dengan kerasnya.
“Oh tidak… Houndoom!” pekik Guy saat melihat Pokemonnya jatuh terjerembab. “DarDoom, cepat bangkit! Bertahanlah!”
“Aku
tidak yakin Pokemonmu itu bisa bangkit,” kataku meremehkan. “Tarian
pedang membuat kekuatan serangan fisik Guardian menjadi meningkat tajam…
Apa kau lupa?”
Guy tampak tidak mendengarkan ucapanku. Dia memandang
Houndoom yang masih terbaring di lantai dengan nanar, seolah tidak
percaya dengan apa yang dilihatnya. “Bangkitlah DarDoom! Kamu pasti
bisa!” serunya seakan tidak bisa menerima kenyataan yang terlihat di
depan matanya. “Ayo DarDoom!!! Kita sudah sejauh ini! Ayo bangkitlah!”
“Sudahlah Guy, kukatakan kalau itu percuma sa…”
Ucapanku
langsung terhenti saat kusadari kaki Houndoom tampak bergerak. Pokemon
itu menggeram… sepertinya belum pingsan! Bagaimana mungkin?
Perlahan
Houndoom bangkit hingga mampu berdiri tegak dengan keempat kakinya.
Pokemon itu terlihat kesakitan, namun memaksakan diri untuk terus
bertahan.
“Bagus Houndoom! Sudah kuduga kamu pasti tidak akan
menyerah begitu saja!” seru Guy sumringah. “Lupakan pukulan penghisap,
langsung saja serang Sandslash dengan semburan api! Aku tidak mau
membatasi gerakanmu lagi!”
Houndoom menggerakkan kepalanya pelan
menatap Guardian. Dia membuka rahangnya, memunculkan bola api di
dalamnya, bersiap melontarkannya ke arah Pokemon andalanku itu. Dian
sendiri terdiam terpaku membalas tatapan Houndoom, seolah ada sesuatu
yang sedang coba dipahami oleh Pokemonku itu….
BAB LVII. Selesai
Keterangan Alih Bahasa:
~Tanah – Ground
~Api – Fire
~Galian – Dig
~Balon – Air Balloon
~Melayang – Levitate
~Sayatan – Slash
~Pukulan Penghisap – Sucker Punch
~Tarian Pedang – Swords Dance
~Badai Pasir – Sandstorm
~Sungai Pasir – Sand Stream
~Gua Terra – Terra Cave
~Semburan Api – Flamethrower
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Anda sopan, Sandslash pun segan...