SELAMAT MEMBACA!!!

Protected by Copyscape plagiarism checker - duplicate content and unique article detection software.

Kini blog ini fokus menayangkan fanfic Pokemon terpopuler di Indonesia, Servada Chronicles karangan L. Maulana atau yang akrab dipanggil Elite Four L.

PERHATIAN!
Sebagian gambar dan materi dalam blog ini diambil dari internet sementara sebagian lagi murni buatan Elite Four L. Elite Four L tidak akan mengklaim materi yang bukan miliknya. Dilarang mengkopi artikel dalam blog ini tanpa izin dari Elite Four L. Terima kasih.

Nama-nama dan karakter Pokemon adalah hak cipta dari Nintendo, GameFreak, Creatures Inc., dan Pokemon Company. Servada Chronicles adalah hak cipta L. Maulana / Elite Four L.

Senin, 16 Juli 2012

L's Diary: Eps.404 - Terlepasnya Kemampuan Sungai Pasir

PhotobucketEpisode 404. Terlepasnya Kemampuan Sungai Pasir

“ARGHH!!!”
Tiba-tiba aku merasakan berada kembali di arena pertarungan. Kepalaku terasa sangat sakit, disusul rasa sakit yang tak kalah hebatnya di lengan kiriku. Kulihat cepat kulit lenganku tersebut yang memancarkan sinar merah samar-samar, disusul perasaan nyeri seolah ada pusaran angin hebat bergolak di dalamnya… tunggu… ini bukan pusaran angin… ini badai!
“ARGHH!!!”
Aku berteriak keras, membuat perhatian semua orang yang berada di dalam Battle Dome langsung terarah padaku. Tubuhku mulai oleng dengan tangan kiriku terus memegangi lengan kiriku, seolah menahannya agar tidak terputus dari tubuhku. Perlahan tapi pasti butiran pasir bermunculan keluar dari lenganku, dari bekas lukaku yang kini kututupi dengan pegangan tangan kananku. Butiran-butiran pasir itu berterbangan kesana kemari dengan dahsyatnya, meliputi wilayah sekitarku dengan debu-debu massif yang membutakan mata dan menyakiti kulit. Guy, Flame, dan para penonton terperangah melihatnya.
“ARGHH!!!”
“Lunar! Ada apa denganmu?!” teriak Guy panik.
“Lunar!” Flame berlari cepat ke arahku, namun langsung kucegah dengan membuka kepalan tangan kananku lebar seraya menunjukkannya padaku. Flame menyadari peringatanku itu dan langsung berhenti berlari. Dia menatapku dengan penuh khawatir. “Lunar… jangan bilang kalau kau juga seorang….”
Aku tersenyum simpul menahan nyeri di lenganku seraya mengangguk mengiyakan ucapan Flame. “Ya Flame… aku juga… seorang PokeHuman…”
“Apa… Ada apa ini?” tanya Guy tampak bingung. “Lunar, jelaskan padaku apa yang sedang terjadi? Kenapa muncul begitu banyak pasir dari lenganmu? Kenapa kau…”
“Maaf Guy, tapi aku terpaksa menggunakan kemampuanku ini untuk bisa mengalahkanmu… kau tidak memberiku pilihan lain,” ujarku tenang. Kulihat baru kali ini Guy menjadi begitu panik, tidak setenang sebelum-sebelumnya. Akhirnya aku berhasil menghancurkan ketenangannya! Hahaha…. ARGH!!!
“Ap—Apa maksudmu?”
Aku tersenyum. Pusaran badai pasir yang muncul dari bekas luka di lengan kiriku kini telah menyebar dan meliputi wilayahku berdiri di arena. Guardian, Pokemon penentuku itu pun kini telah berada di dalam badai pasir yang menyelimuti arena. Tak butuh waktu lama, badai pasir kini telah menyelubungi seluruh arena pertarungan Pokemon, ikut menelan Guy dan Houndoomnya.
“Badai pasir… apa yang akan kau lakukan?” tanya Guy sambil menutupi mulut dan hidungnya.
“Yang akan kulakukan… adalah ini!” aku menghentakkan tanganku ke depan dan berteriak lantang, “Guardian… Sayatan!”
“Percuma saja Lunar…” sahut Guy mendengar perintahku. “Serangan Houndoom akan lebih dulu menjatuhkan Pokemonmu! DarDoom, pukulan penghisap!”
Houndoom melompat menerjang cepat menyongsong Guardian di tengah badai pasir. Pokemon bertandung melingkar itu mengangkat kedua kaki depannya bersiap memukul jatuh Sandslash milikku. Namun kedua kaki depan Houndoom tidak menghantam apapun kecuali lantai arena, membuat Guy yang melihatnya langsung tercekat kaget.
“Ti… Tidak ada?! Bagaimana mungkin?” serunya terkejut.
“Ada kok,” sahutku enteng. “Ada di samping Houndoom! Sekarang, habisi dia!”

 Gumpalan debu dan pasir di samping Houndoom tiba-tiba lenyap, memunculkan Pokemon berpunggung duri, Sandslash. Sandslash langsung menyayatkan cakar kanannya menghantam tubuh Houndoom, membuat Pokemon terakhir Guy itu langsung terguling dan menghantam lantai dengan kerasnya.
“Oh tidak… Houndoom!” pekik Guy saat melihat Pokemonnya jatuh terjerembab. “DarDoom, cepat bangkit! Bertahanlah!”
“Aku tidak yakin Pokemonmu itu bisa bangkit,” kataku meremehkan. “Tarian pedang membuat kekuatan serangan fisik Guardian menjadi meningkat tajam… Apa kau lupa?”
Guy tampak tidak mendengarkan ucapanku. Dia memandang Houndoom yang masih terbaring di lantai dengan nanar, seolah tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. “Bangkitlah DarDoom! Kamu pasti bisa!” serunya seakan tidak bisa menerima kenyataan yang terlihat di depan matanya. “Ayo DarDoom!!! Kita sudah sejauh ini! Ayo bangkitlah!”
“Sudahlah Guy, kukatakan kalau itu percuma sa…”
Ucapanku langsung terhenti saat kusadari kaki Houndoom tampak bergerak. Pokemon itu menggeram… sepertinya belum pingsan! Bagaimana mungkin?
Perlahan Houndoom bangkit hingga mampu berdiri tegak dengan keempat kakinya. Pokemon itu terlihat kesakitan, namun memaksakan diri untuk terus bertahan.
“Bagus Houndoom! Sudah kuduga kamu pasti tidak akan menyerah begitu saja!” seru Guy sumringah. “Lupakan pukulan penghisap, langsung saja serang Sandslash dengan semburan api! Aku tidak mau membatasi gerakanmu lagi!”
Houndoom menggerakkan kepalanya pelan menatap Guardian. Dia membuka rahangnya, memunculkan bola api di dalamnya, bersiap melontarkannya ke arah Pokemon andalanku itu. Dian sendiri terdiam terpaku membalas tatapan Houndoom, seolah ada sesuatu yang sedang coba dipahami oleh Pokemonku itu….

BAB LVII. Selesai

Keterangan Alih Bahasa:
~Tanah – Ground
~Api – Fire
~Galian – Dig
~Balon – Air Balloon
~Melayang – Levitate
~Sayatan – Slash
~Pukulan Penghisap – Sucker Punch
~Tarian Pedang – Swords Dance
~Badai Pasir – Sandstorm
~Sungai Pasir – Sand Stream
~Gua Terra – Terra Cave
~Semburan Api – Flamethrower

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Anda sopan, Sandslash pun segan...