SELAMAT MEMBACA!!!

Protected by Copyscape plagiarism checker - duplicate content and unique article detection software.

Kini blog ini fokus menayangkan fanfic Pokemon terpopuler di Indonesia, Servada Chronicles karangan L. Maulana atau yang akrab dipanggil Elite Four L.

PERHATIAN!
Sebagian gambar dan materi dalam blog ini diambil dari internet sementara sebagian lagi murni buatan Elite Four L. Elite Four L tidak akan mengklaim materi yang bukan miliknya. Dilarang mengkopi artikel dalam blog ini tanpa izin dari Elite Four L. Terima kasih.

Nama-nama dan karakter Pokemon adalah hak cipta dari Nintendo, GameFreak, Creatures Inc., dan Pokemon Company. Servada Chronicles adalah hak cipta L. Maulana / Elite Four L.

Rabu, 01 Agustus 2012

L's Diary: Eps.409 - Henry Hilang Ingatan

PhotobucketEpisode 409. Henry Hilang Ingatan

Aku berjalan tergesa-gesa bersama Guy dan Flame menyusuri lorong rumah sakit Battle Frontier. Ucapan Flame tadi membuat kami berdua ingin mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Tak lama setelah pertarungan kami selesai, Flame mendapatkan informasi dari Flint bahwa Henry, kekasih Lavender mengalami amnesia atau hilang ingatan.
Tak lama kami berdua tiba di depan kamar rawat Henry. Flint tampak berdiri disana, memandang ke dalam kamar melalui kaca ruangan. “Kalian datang ya?” sapanya saat melihat kami bertiga.
“Benar yang kau katakan, Flint?” tanya Flame memastikan. Flint mengangguk memandang wajah Flame, lalu kembali beralih memandang ke dalam kamar.
“Bagaimana situasinya?” tanyaku penasaran. Aku ikut memandang ke dalam kamar melalui kaca, dimana tampak Lavender menyuapi Henry yang terbaring di tempat tidur dengan lemah.
“Henry sama sekali tidak mengenali Lavender, dia bahkan tidak tahu namanya,” jawab Flint. “Ini membuat Lavender shock, beruntung dia masih bisa menguasai perasaannya dan membimbing Henry perlahan.”
“Apa ini karena pertarungan tadi?” terka Guy cepat.
Flint mengangguk. “Dokter bilang kepalanya mengalami benturan keras yang kemungkinan merusak daya ingat Henry. Saat ini dokter tengah berusaha keras memulihkan ingatannya dengan perlahan karena ditakutkan bisa merusak otak Henry secara permanen apabila dilakukan secara sembarangan.”
Flint terdiam, begitu pula kami bertiga. Kami memandang sedih ke dalam kamar, dimana sepasang kekasih yang saling mencintai tengah bercengkerama pelan disana. Kulihat wajah sendu Lavender, dimana tersirat kesedihan dalam tatapannya pada sang kekasih yang hilang ingatan itu. Lavender pasti sangat sedih karena hal ini. Gadis itu pasti tidak mengharapkan hal ini terjadi dalam liburannya bersama Henry. Kalau bukan karena manusia berjubah hitam itu, ini pasti tidak akan terjadi…
“Hei Lunar! Mau kemana kamu?” tanya Flame saat tiba-tiba aku berbalik dan melangkah pergi.
“Aku ingin menemui Reaper! Aku ingin dia bertanggung jawab atas musibah ini!” jawabku tegas seraya kembali berjalan cepat.
“Tunggu Lunar!” cegah Guy menarik tangan kananku, tapi langsung aku hentakkan dan berjalan cepat menuju keluar rumah sakit. “Kau tidak bisa begitu saja melabraknya… kau haru mengerti posisimu!” kata Guy terus mencegah sembari berjalan menyusulku.
“Guy, ini tidak bisa terus dibiarkan,” sahutku menoleh sekilas melihat Guy lalu kembali berpaling ke depan meneruskan langkahku. Aku kini sudah semakin dekat dengan pintu keluar rumah sakit. “Reaper itu sudah kelewatan, dia sudah banyak membuat masalah. Ditambah lagi dengan kecurigaan Scott serta sekarang Henry yang hilang ingatan. Setelah ini apalagi yang akan terjadi? Kala uterus dibiarkan saja, dia akan semakin…” ucapanku langsung terhenti ketika menarik gagang pintu, membuka pintu keluar rumah sakit. Kerumunan orang yang menunggu di depan pintu rumah sakit membuatku ternganga kaget.
“Itu dia si Pincang!” tunjuk salah seorang dari mereka yang membawa kamera. Langsung saja perhatian orang-orang itu tertuju padaku dan cepat saja aku dikerubungi oleh mereka.
“Si Pincang, bisakah kau jelakan apa yang sebenarnya terjadi pada pertarungan tadi?” tanya seorang wanita seraya menyodorkan microphone ke dekat mulutku.
“Iya Pincang, kami para jurnalis ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi,” tandas seorang lelaki yang membawa sebuah note kecil dengan pulpen di tangannya, siap untuk menulis. “Kemunculan badai pasir itu bukan tadi saja, itu sudah terjadi juga di pertarungan sebelumnya.”
“Dan itu bukan berasal dari Pokemonmu,” seloroh yang lain.
“Lalu apa yang sebenarnya terjadi? Apa kamu berbuat curang?”
Pertanyaan-pertanyaan itu terus saja meluncur, membuatku kelabakan menghadapinya. “I… itu….” Aku tergagap berusaha menjawab, namun aku tidak tahu harus menjawab apa. Guy yang baru saja muncul dan menyadari keributan itu juga ikut terkejut.
“Hei-hei! Ada apa ini? Apa kalian tidak tahu kalau ini adalah rumah sakit? Kalian mestinya tidak berisik,” kata Guy mencoba menenangkan suasana. Tapi tampaknya para jurnalis itu tidak mengindahkan ucapan Guy dan terus nyerocos panjang lebar. Guy pun tidak tahu harus berbuat apa. Dia melirik sekilas ke arahku seolah berkata ‘semoga beruntung’.
“Err…. Aku… aku tidak akan menjawab bila kalian mengerubungi seperti ini… aku akan men…”
“Diam semuanya!!!” sebuah teriakan keras dari dalam rumah sakit langsung membuat orang-orang itu terdiam. Aku dan Guy menoleh dan seorang wanita berambut merah berjambul jingga berjalan pelan dengan angkuhnya keluar dari rumah sakit. Flame.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Anda sopan, Sandslash pun segan...