
“PokeHuman… itu adalah kemampuan…. Atau tepatnya keajaiban… yang dimiliki oleh orang-orang dari masa lalu!”
Para jurnalis terperangah mendengar penuturan Volta, begitu pun dengan diriku, Guy, Flame dan Flint. Aku tak menyangka dia tiba-tiba datang dan mengatakan rahasia PokeHuman. Sekarang aku tidak tahu apa yang harus kulakukan… Volta telah mengacaukan rencanaku tadi.
“Kemampuan dari masa lalu? Bisakah kau menjelaskan lebih detil?” selidik wartawan berkacamata bundar penasaran.
Volta tersenyum. Dia lalu berjalan pelan dan menghampiri wartawan itu. Dipegangnya bahu wartawan itu seraya berkata, “Inilah contohnya.”
KRASK!
Terdengar suara listrik diikuti suara jeritan dari wartawan itu. Orang-orang langsung tercengang dan bergidik ngeri melihatnya. Berikutnya sang wartawan jatuh berlutut di tanah dengan kilatan listrik bergerak-gerak di sekujur tubuhnya.
“Itu tadi adalah kemampuan PokeHuman milikku… Statis,” kata Volta enteng. “Statis adalah kemampuan yang membuat siapapun yang bersentuhan dengan pemilik kemampuan ini akan menjadi lumpuh karena sengatan listrik. Kemampuan yang sama yang dimiliki oleh Pokemon-Pokemon tipe listrik seperti Pikachu.” Volta lalu melihat pada kerumunan yang terkejut lalu melanjutkan ucapannya, “Apa ada yang lain yang ingin mencoba kemampuanku ini?” tanyanya menyeringai. Orang-orang pun langsung menepi dan menghindar, membubarkan kerumunan tersebut sendiri-sendiri. Jalanku pun terbuka setelah kepergian para jurnalis itu, membuatku bisa melihat jelas Volta yang berdiri di depanku, di samping wartawan berkacamata bundar yang mencoba bergerak berdiri.
“Begitukah caramu menggunakan kemampuan itu?” tanyaku mendengus.
“Mereka menginginkan contoh bukan? Jadi ya itulah yang bisa kutunjukkan,” jawab Volta santai. “Aku tidak menyangka bila ternyata dirimu juga memiliki kemampuan PokeHuman… kemampuan sungai pasir. Berarti kita bertiga, mantan anggota regu G adalah sama-sama seorang PokeHuman. Menarik aku sama sekali tidak menyadarinya waktu itu.” Volta lalu melihat tajam ke arahku dan kemudian melihat ke arah Flame yang tampak menggigit bibirnya seolah menahan kesal. “Lunar Servada sang pemanggil badai pasir, dan Miss Festival kita yang bisa membara… Aku tak percaya kita bertiga pernah menjadi rekan.”
“Kau… kau menyebalkan sekali Volta!” seru Flame tak mampu menahan emosinya. “Aku susah payah menyembunyikan kemampuanku ini sementara kau bisa dengan mudahnya menampakkannya di depan publik? Kau memang sama sekali tidak tahu aturan!”
“Untuk apa terus menerus kau sembunyikan, Flame? Cepat atau lambat mereka akan tahu siapa kita sebenarnya… kita adalah orang-orang terpilih!” sahut Volta dengan tangan kanan terangkat di depan bahunya, memunculkan kilatan-kilatan listrik di telapaknya. Flame yang mendengarnya langsung menunduk tak berkata apa-apa. Flint yang melihat kesedihan Flame langsung memandang Volta dengan tatapan tajam.
“Tutup mulutmu Volta!” sentak Flint dengan suara tinggi. “Tak bisakah kau memikirkan perasaan Flame? Bagaimanapun dia itu pernah menjadi kawanmu! Pikirkanlah perasaannya karena kemampuan itu!”
“Jangan ikut campur masalah kami, Flint sang Elite Four,” kata Volta memandang Flint remeh. “Pacarmu itu adalah seorang PokeHuman… manusia yang dikutuk dengan kemampuan mengerikan… terimalah kenyataannya.” Volta mengangkat tangan kirinya ke depan bahu sebagaimana yang sebelumnya dilakukannya pada tangan kanannya, lalu secara ajaib memunculkan kilatan listrik dari telapaknya. “Penderitaan adalah konsekuensi yang harus dihadapi oleh PokeHuman… Jadi terimalah itu sebagai bagian dari takdirmu!
“Volta… kalau saja aku tidak mendengarkan kata-kata Flame, aku pasti sudah me…”
“Bukan dirimu Flint…” kataku memotong ucapan Flint. Aku berjalan maju dan mendekati Volta yang berdiri angkuh disana. Langkahku terhenti tepat sejengkal di depan Volta, menatapnya dengan penuh kebencian. “… Bukan dirimu Flint…” kataku melanjutkan, “… tapi akulah… akulah yang akan menghabisinya sekarang juga!”
Seketika pasir-pasir bermunculan dari
tubuhku yang langsung berterbangan mengelilingiku. Kurasakan getaran dan
putaran pada pusarku, dimana mata ikat pinggangku berputar keras
seperti sebelumnya. Volta tersenyum senang melihatnya kemunculan
pasir-pasir itu. Dia lalu meregangkan kakinya, memunculkan kilatan
listrik yang lebih banyak menjalari tubuhnya. Kami berdua saling
berhadapan dengan kemampuan masing-masing, seolah siap untuk saling
membunuh.
“HENTIKAN!!!” teriak Flame keras. Sepasang matanya berkaca-kaca memandangiku dan Volta. Tapi baik diriku dan Volta seolah tidak menggubris peringatan Flame. Aku dan Volta masih tetap bersiap dengan kemampuan kami masing-masing, saling menatap dengan nafsu membunuh yang sangat.
“KUMOHON HENTIKAN!!!” rengek Flame lagi. Sementara Flint dan Guy hanya terdiam tak mampu berbuat apa-apa. “Kumohon…. Hentikan….. Kumohon hentikan!!!”
BLAAAAAARRRRRRRR!!!!
Keterangan Alih Bahasa:
~Semburan Api = Flamethrower
~Pukulan Penghisap = Sucker Punch
~Sayatan = Slash
~Galian = Dig
~Badai Pasir = Sandstorm
~Sungai Pasir = Sand Stream
~Tarian Pedang = Sword Dance
~Statis = Static
~Kemampuan = Ability
~Tanah = Ground
~Listrik = Electric
~Api = Fire
“HENTIKAN!!!” teriak Flame keras. Sepasang matanya berkaca-kaca memandangiku dan Volta. Tapi baik diriku dan Volta seolah tidak menggubris peringatan Flame. Aku dan Volta masih tetap bersiap dengan kemampuan kami masing-masing, saling menatap dengan nafsu membunuh yang sangat.
“KUMOHON HENTIKAN!!!” rengek Flame lagi. Sementara Flint dan Guy hanya terdiam tak mampu berbuat apa-apa. “Kumohon…. Hentikan….. Kumohon hentikan!!!”
BLAAAAAARRRRRRRR!!!!
BAB LVIII Selesai.
Keterangan Alih Bahasa:
~Semburan Api = Flamethrower
~Pukulan Penghisap = Sucker Punch
~Sayatan = Slash
~Galian = Dig
~Badai Pasir = Sandstorm
~Sungai Pasir = Sand Stream
~Tarian Pedang = Sword Dance
~Statis = Static
~Kemampuan = Ability
~Tanah = Ground
~Listrik = Electric
~Api = Fire
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Anda sopan, Sandslash pun segan...