Episode 414: Keraguan Darko
“Oh ya? Kalau begitu, terimalah
kekalahanmu! Majulah… Magmortar!” teriak Volta melemparkan Pokeball
terakhirnya. Seekor Pokemon menyerupai Magmar, namun dengan tubuh yang lebih
besar dan tangan berbentuk bazoka muncul. Tubuhnya seperti jilatan apidengan
warna merah dan kuning yang berkobar dengan liarnya. Dengan cepat, Pokemon bermulut
bebek itu mengarahkan tangan kanan bazokanya ke arah Kabutops.
Aku sendiri langsung membuka Pokedex
untuk melihat data Pokemon yang belum pernah kulihat itu. Dalam Pokedex
tertulis…
Magmortar,
Pokemon Ledakan, bertipe Api
Evolusi
dari Magmar.Pokemon ini mengeluarkan bola api dengan panas di atas 3.600
derajat fahrenheit dari lengannya. Selain itu, nafasnya yang berdesis bisa
menghanguskan apa yang ada di depannya.
Wow… Pokemon api. Mengerikan. Tapi apa
tidak salah? Pokemon tipe Api lemah terhadap serangan bertipe Air dan Batu.
Sedangkan Kabutops kan bertipe Air dan Batu. Otomatis, Pokemon Darko memiliki
serangan-serangan dengan dua tipe tersebut.Apakah keputusan Volta ini bukan
bunuh diri?
“Ini gila!” teriak salah seorang
penonton.
“Volta, apa yang kamu lakukan? Kenapa
kamu memilih Magmortar?” seru yang lain.
“Kupikir dia tidak punya pilihan lain.
Karena hanya itu Pokemonnya yang tersisa,” komentar salah seorang penonton.
“Iya, ini salah Volta karena gagal
memanfaatkan Electabuzz dan Machamp yang sebenarnya unggul dan bisa menjatuhkan
Kabutops dengan mudah,” balas penonton di sampingnya.
Volta mendengar semua komentar itu.Darko
pun mendengarnya. Tapi tidak ada satu pun perkataan yang keluar dari dua
petarung tersebut. Darko tahu benar, meski dia unggul, namun stamina Kabutops
telah terkuras saat melawan dua Pokemon sebelumnya. Dia bisa saja langsung
memerintahkan serangan air yang akan sangat efektif dan langsung menjatuhkan
Magmortar yang notabene Pokemon api. Tapi Volta bukan pelatih sembarangan. Dia
yakin, Volta pasti memiliki strategi yang bisa membalikkan keadaan.Dia harus
berhati-hati.
“Kenapa? Kenapa tidak kamu dengarkan
ucapan para penonton? Kamu bisa menjatuhkanku dengan cepat. Apa lagi yang kamu
pikirkan?” tanya Volta tenang.
“Aku tidak mau gegabah. Aku tidak mau
peluang ini justru membuatku terlena,” sahut Darko.
“Oh ya? Apa yang kamu tunggu? Kamu
tinggal melakukan jet aqua, tembakan air satu kali, atau luncuran batu untuk
memenangkan pertarungan ini. Apa kamu takut?”
“Aku tidak takut!” sergah Darko cepat. “Seorang
ninja sepertiku pantang untuk mengucapkan kata takut. Aku sudah yakin akan bisa
mengalahkanmu. Apa kau sudah tidak sabar untuk kukalahkan?”
“Kalau begitu, kamu pasti tidak mau para
pendukungmu menunggu. Semakin lama kamu berpikir, semakin menunjukkan betapa
pengecutnya dirimu. Lucu, untuk hasil yang mudah ditebak begini pun kamu masih
ragu,” ucap Volta, dengan nada sengaja memancing.
Darko diam. Dia tahu Volta sengaja
memancingnya untuk segera menyerang. Dia bahkan curiga Volta telah menyiapkan
serangan tak terduga yang akan dilakukan Magmortar ketika Kabutops menyerang.
Sebagai seorang ninja, instingnya cukup bagus untuk itu.
“Ayo Darko! Tunggu apalagi?” teriak
seorang penonton.
“Iya, langsung saja serang dengan jet
aqua. Magmortar akan langsung pingsan,” sahut yang lain.
“Kamu sedang unggul!”
Darko memang tidak punya pilihan. Bagaimanapun
dia harus segera melakukan serangan. Dalam posisi saat ini, dialah yang
semestinya mengambil inisiatif serangan. Volta pastinya akan berhati-hati dalam
memulai serangan. Yang perlu dilakukannya hanya memilih serangan yang tepat. Ya,
dia sudah mendapatkan serangan yang dirasa tepat.
“Baiklah Volta… Terimalah kekalahanmu!
Kabutops, kekuatan purbakala!” teriak Darko memberi perintah.
Kabutops langsung memasang kuda-kuda.Di
sekitarnya muncul batu-batu besar yang mengelilingi tubuhnya, yang kemudian
meluncur cepat ke arah Magmortar.
“Magmortar, perisai pelindung!” sebut
Volta begitu menyadari serangan Darko.Batu-batu besar itu pun menghantam
perisai transparan yang melindungi Magmortar dan jatuh ke lantai.
“Huh, sudah kuduga kau akan bermain
aman,” ujar Darko melihat tindakan Volta. “Tapi itu sudah kutebak. Karena
itulah aku menggunakan kekuatan purbakala atau ancient power. Serangan ini,
juga berpotensi menambah stat Kabutops. Di antaranya yaitu kecepatan dan daya
serang. Tentunya ini akan sangat bermanfaat untuk serangan berikutnya. Dan
kupastikan, pada serangan berikutnya, kamu tidak akan bisa mengelak. Karena
perisai pelindung biasanya tidak bisa digunakan secara beruntun.”
“Kamu tidak usah banyak omong Darko. Lakukan
saja apa yang mau kamu lakukan,” sahut Volta.
“Baiklah, kini menyesallah telah
mengatakan itu… Volta! Kabutops, jet aqua!” Kabutops menyelimuti tubuhnya
dengan selubung air untuk berikutnya meluncur cepat ke arah Magmortar.Melihat
serangan itu, para penonton langsung menahan nafas. Itu serangan terakhir
Darko!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Anda sopan, Sandslash pun segan...