SELAMAT MEMBACA!!!

Protected by Copyscape plagiarism checker - duplicate content and unique article detection software.

Kini blog ini fokus menayangkan fanfic Pokemon terpopuler di Indonesia, Servada Chronicles karangan L. Maulana atau yang akrab dipanggil Elite Four L.

PERHATIAN!
Sebagian gambar dan materi dalam blog ini diambil dari internet sementara sebagian lagi murni buatan Elite Four L. Elite Four L tidak akan mengklaim materi yang bukan miliknya. Dilarang mengkopi artikel dalam blog ini tanpa izin dari Elite Four L. Terima kasih.

Nama-nama dan karakter Pokemon adalah hak cipta dari Nintendo, GameFreak, Creatures Inc., dan Pokemon Company. Servada Chronicles adalah hak cipta L. Maulana / Elite Four L.

Sabtu, 28 September 2013

Lunar's Diary: Eps.415 - Api di Tengah Listrik dan Pasir

Episode 415: Api di Tengah Listrik dan Pasir

Pertarungan Volta melawan Darko semakin memanas. Meski tidak dikomentari Flame, tapi aura pertarungan tetap terasa dan hampir semua yang ada di tribun tercekat melihat sengitnya pertarungan dua trainer hebat ini. Hmm, aku penasaran bagaimana kondisi Flame saat ini. Dia jatuh pingsan ketika aku bersitegang dengan Volta di depan rumah sakit kemarin. Aku sendiri tak menyangka hal itu bakal terjadi, membuatku menyesal telah meladeni Volta. Tapi…

*

Ingatanku langsung kembali pada hari kemarin. Saat itu aku berdiri di depan Volta dengan penuh amarah. Butir-butir pasir bertebaran di sekelilingku.Di hadapanku, Volta tampak angkuh dengan tubuh yang berkilat-kilat, arus listrik seolah melumuri seluruh tubuhnya.Tubuhnya terlihat menyala dengan kilatan-kilatan statis berwarna biru kekuningan. Entah kenapa kami berdua saling mendekat, sementara orang-orang yang tadinya mengerubungi kami, para wartawan itu menghindar jauh.
Semakin kami mendekat, butir-butir pasir yang mengelilingiku saling bersinggungan dengan kilatan statis Volta. Saling bertabrakan, menghasilkan percikan api yang terus-menerus dan menimbulkan bunyi gesekan yang teramat keras. Semakin dekat, semakin keras gesekan dan semakin besar api yang dihasilkan. Kini jarak kami hanya terpaut dua meter saja. Aku tahu akan terjadi ledakan besar bila kemampuan kami ini saling bertemu. Tapi entah kenapa aku ingin terus mendekat, seolah ingin menunjukkan kemampuanku yang paling hebat. Keinginan yang sama kulihat dalam pancaran mata Volta. Seolah mengatakan, bahwa kemampuannya yang lebih hebat dari milikku. Itu semua akan terjawab setelah kami lebih dekat satu me…
“HENTIKAAAAN!!!!”
Sebuah teriakan keras tiba-tiba terdengar di antara kami berdua. Diikuti kobaran api besar yang tiba-tiba muncul di antara kami. Bukan, itu bukan kobaran api. Itu adalah manusia, manusia yang… terbakar!


Belum habis keterkejutan kami, sosok itu lantas merentangkan kedua tangannya secara bersamaan ke arah kami berdua, seolah mendorong kami agar dapat menyingkir ke arah berlawanan.Hawa panas yang ditumbulkan dari gerakan rentangan kedua tangan itu entah bagaimana menimbulkan sebuah ledakan yang membuat kami berdua terlempar jauh. Berikutnya di tempat kami tadi berdiri, tampak kobaran api besar yang membara dengan liarnya, seolah bersiap membakar apapun yang ada di sekitarnya. Dengan suaranya yang terdengar keras dan mengerikan. Tak ayal kegaduhan itu membuat banyak orang tertarik untuk melihat lebih dekat, walaupun mereka tidak bisa mendekat karena takut dan merasakan hawa panas yang semakin menyebar. Kulihat Scott muncul dalam kerumunan orang-orang.
Aku dan Volta yang masih terbaring akibat terlempar keras lantas memandangi kobaran api itu dari kejauhan. Kemampuan PokeHuman kami lenyap begitu saja. Saat kuperhatikan dengan seksama, di dalam kobaran api yang besar itu tampak siluet manusia. Siluet kepala manusia itu pun terlihat, dengan rambutnya yang… hei! Itukan siluet rambut…
“Flame!!!” sejurus kemudian terdengar teriakan keras di sampingku. Aku menoleh dan mendapati Flint tampak berteriak keras dengan wajah yang khawatir, memandang ke arah kobaran api itu.
“Flint… apa yang…”
“Itu Flame! Kekuatan tubuh apinya kembali aktif karena melihat perseteruan kalian!” sentak Flint.
A-Apa? Jadi sosok yang terbakar itu adalah… Flame?
Aku langsung memandang ke seberang, ke tempat Volta berada.Dia masih terbaring sepertiku, memandang kaget ke arah Flame yang terbakar. Mungkin saat ini dia berpikiran yang sama denganku. Bertanya-tanya…. Itukah kemampuan PokeHuman yang dimiliki Flame?
“Lunar! Hentikan Flame! Dia akan tewas bila tetap seperti itu!” teriak Flint khawatir. Kulihat wajahnya yang cemas, menampakkan ekspresi kacau. Flint pasti ingin menolong Flame, tapi dia tidak bisa melakukannya. Bila dia menyiram tubuh Flame dengan air, Flame bisa sekarat bahkan meninggal. Sebagai kekasihnya, Flint pasti sudah memahami kemampuan yang dimiliki Flame, berikut kelemahan-kelemahannya. Tapi sepertinya dia belum menemukan cara menjinakkan api Flame. Wajar saja, dengan kondisi seperti itu, siapapun pasti akan dibuat bingung menghadapinya. Tapi aku tidak mau Flame menderita, aku harus bertindak!
“Guardian, Pusaran Pasir!”
Guardian, Sandslash andalanku langsung muncul. Dia terkejut melihat kobaran api di depannya, tapi kemudian dia tahun apa yang mesti dilakukan. Kedua cakarnya ditancapkan ke tanah, menghasilkan, gerakan di tanah, memunculkan pusaran pasir di sekeliling kobaran api yang perlahan mengecilkan api yang muncul. Pusaran pasir itu mengelilingi, mengurung tubuh penuh api di dalamnya, mencegah api membesar. Kobaran api pun semakin mengecil, diikuti hawa panas yang juga semakin hilang. Tak lama kemudian, kobaran api benar-benar hilang, memunculkan sesosok tubuh yang diselubungi api, seolah memakai pakaian yang terbuat dari api. Sosok itu kemudian jatuh ke tanah, dan api yang menyelubungi perlahan hilang. Seiring pasir yang berganti menyelubunginya. Menyisakan seorang perempuan telanjang, yang terbaring tak sadarkan diri di atas tumpukan pasir disana.
“FLAME!!!”
Flint berlari cepat menghampirinya, merunduk dan memeluknya begitu erat. “FLAME! Bangun Flame! Bangun!” teriaknya khawatir. Diguncang-guncangkannya tubuh polos dalam pelukannya itu, sembari matanya terus menatap dengan nanar. Dilihatnya mata Flame yang masih terpejam dengan berkaca-kaca, berharap dapat segera terbuka.Namun yang dinanti tak juga terjadi. Membuatnya mulai putus asa. Hingga kemudian, air matanya mulai jatuh di relung pipinya, dan mendarat di pipi Flame.
Perlahan mata gadis itu terbuka, dan mendapati sang kekasih tepat berada di atasnya. “Flint…” ujarnya lirih. Melihat itu, kesedihan Flint perlahan menguap. Kekasihnya telah sadarkan diri. Tapi baru saja dia senang dengan apa yang terjadi, mata Flame kembali tertutup.
“Flame…. FLAME!!!”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Anda sopan, Sandslash pun segan...