Episode
415: Api di Tengah Listrik dan Pasir
Pertarungan Volta melawan Darko semakin
memanas. Meski tidak dikomentari Flame, tapi aura pertarungan tetap terasa dan
hampir semua yang ada di tribun tercekat melihat sengitnya pertarungan dua
trainer hebat ini. Hmm, aku penasaran bagaimana kondisi Flame saat ini. Dia
jatuh pingsan ketika aku bersitegang dengan Volta di depan rumah sakit kemarin.
Aku sendiri tak menyangka hal itu bakal terjadi, membuatku menyesal telah
meladeni Volta. Tapi…
*
Ingatanku langsung kembali pada hari
kemarin. Saat itu aku berdiri di depan Volta dengan penuh amarah. Butir-butir
pasir bertebaran di sekelilingku.Di hadapanku, Volta tampak angkuh dengan tubuh
yang berkilat-kilat, arus listrik seolah melumuri seluruh tubuhnya.Tubuhnya
terlihat menyala dengan kilatan-kilatan statis berwarna biru kekuningan. Entah
kenapa kami berdua saling mendekat, sementara orang-orang yang tadinya
mengerubungi kami, para wartawan itu menghindar jauh.
Semakin kami mendekat, butir-butir pasir
yang mengelilingiku saling bersinggungan dengan kilatan statis Volta. Saling
bertabrakan, menghasilkan percikan api yang terus-menerus dan menimbulkan bunyi
gesekan yang teramat keras. Semakin dekat, semakin keras gesekan dan semakin
besar api yang dihasilkan. Kini jarak kami hanya terpaut dua meter saja. Aku
tahu akan terjadi ledakan besar bila kemampuan kami ini saling bertemu. Tapi
entah kenapa aku ingin terus mendekat, seolah ingin menunjukkan kemampuanku
yang paling hebat. Keinginan yang sama kulihat dalam pancaran mata Volta.
Seolah mengatakan, bahwa kemampuannya yang lebih hebat dari milikku. Itu semua
akan terjawab setelah kami lebih dekat satu me…
“HENTIKAAAAN!!!!”
Sebuah teriakan keras tiba-tiba
terdengar di antara kami berdua. Diikuti kobaran api besar yang tiba-tiba muncul
di antara kami. Bukan, itu bukan kobaran api. Itu adalah manusia, manusia yang…
terbakar!
Belum habis keterkejutan kami, sosok itu lantas merentangkan kedua tangannya secara bersamaan ke arah kami berdua, seolah mendorong kami agar dapat menyingkir ke arah berlawanan.Hawa panas yang ditumbulkan dari gerakan rentangan kedua tangan itu entah bagaimana menimbulkan sebuah ledakan yang membuat kami berdua terlempar jauh. Berikutnya di tempat kami tadi berdiri, tampak kobaran api besar yang membara dengan liarnya, seolah bersiap membakar apapun yang ada di sekitarnya. Dengan suaranya yang terdengar keras dan mengerikan. Tak ayal kegaduhan itu membuat banyak orang tertarik untuk melihat lebih dekat, walaupun mereka tidak bisa mendekat karena takut dan merasakan hawa panas yang semakin menyebar. Kulihat Scott muncul dalam kerumunan orang-orang.
Belum habis keterkejutan kami, sosok itu lantas merentangkan kedua tangannya secara bersamaan ke arah kami berdua, seolah mendorong kami agar dapat menyingkir ke arah berlawanan.Hawa panas yang ditumbulkan dari gerakan rentangan kedua tangan itu entah bagaimana menimbulkan sebuah ledakan yang membuat kami berdua terlempar jauh. Berikutnya di tempat kami tadi berdiri, tampak kobaran api besar yang membara dengan liarnya, seolah bersiap membakar apapun yang ada di sekitarnya. Dengan suaranya yang terdengar keras dan mengerikan. Tak ayal kegaduhan itu membuat banyak orang tertarik untuk melihat lebih dekat, walaupun mereka tidak bisa mendekat karena takut dan merasakan hawa panas yang semakin menyebar. Kulihat Scott muncul dalam kerumunan orang-orang.
Aku dan Volta yang masih terbaring
akibat terlempar keras lantas memandangi kobaran api itu dari kejauhan. Kemampuan
PokeHuman kami lenyap begitu saja. Saat kuperhatikan dengan seksama, di dalam
kobaran api yang besar itu tampak siluet manusia. Siluet kepala manusia itu pun
terlihat, dengan rambutnya yang… hei! Itukan siluet rambut…
“Flame!!!” sejurus kemudian terdengar
teriakan keras di sampingku. Aku menoleh dan mendapati Flint tampak berteriak
keras dengan wajah yang khawatir, memandang ke arah kobaran api itu.
“Flint… apa yang…”
“Itu Flame! Kekuatan tubuh apinya
kembali aktif karena melihat perseteruan kalian!” sentak Flint.
A-Apa? Jadi sosok yang terbakar itu
adalah… Flame?
Aku langsung memandang ke seberang, ke
tempat Volta berada.Dia masih terbaring sepertiku, memandang kaget ke arah
Flame yang terbakar. Mungkin saat ini dia berpikiran yang sama denganku.
Bertanya-tanya…. Itukah kemampuan PokeHuman yang dimiliki Flame?
“Lunar! Hentikan Flame! Dia akan tewas
bila tetap seperti itu!” teriak Flint khawatir. Kulihat wajahnya yang cemas,
menampakkan ekspresi kacau. Flint pasti ingin menolong Flame, tapi dia tidak
bisa melakukannya. Bila dia menyiram tubuh Flame dengan air, Flame bisa sekarat
bahkan meninggal. Sebagai kekasihnya, Flint pasti sudah memahami kemampuan yang
dimiliki Flame, berikut kelemahan-kelemahannya. Tapi sepertinya dia belum
menemukan cara menjinakkan api Flame. Wajar saja, dengan kondisi seperti itu,
siapapun pasti akan dibuat bingung menghadapinya. Tapi aku tidak mau Flame
menderita, aku harus bertindak!
“Guardian, Pusaran Pasir!”
Guardian, Sandslash andalanku langsung
muncul. Dia terkejut melihat kobaran api di depannya, tapi kemudian dia tahun
apa yang mesti dilakukan. Kedua cakarnya ditancapkan ke tanah, menghasilkan,
gerakan di tanah, memunculkan pusaran pasir di sekeliling kobaran api yang
perlahan mengecilkan api yang muncul. Pusaran pasir itu mengelilingi, mengurung
tubuh penuh api di dalamnya, mencegah api membesar. Kobaran api pun semakin
mengecil, diikuti hawa panas yang juga semakin hilang. Tak lama kemudian,
kobaran api benar-benar hilang, memunculkan sesosok tubuh yang diselubungi api,
seolah memakai pakaian yang terbuat dari api. Sosok itu kemudian jatuh ke
tanah, dan api yang menyelubungi perlahan hilang. Seiring pasir yang berganti
menyelubunginya. Menyisakan seorang perempuan telanjang, yang terbaring tak
sadarkan diri di atas tumpukan pasir disana.
“FLAME!!!”
Flint berlari cepat menghampirinya,
merunduk dan memeluknya begitu erat. “FLAME! Bangun Flame! Bangun!” teriaknya
khawatir. Diguncang-guncangkannya tubuh polos dalam pelukannya itu, sembari
matanya terus menatap dengan nanar. Dilihatnya mata Flame yang masih terpejam
dengan berkaca-kaca, berharap dapat segera terbuka.Namun yang dinanti tak juga
terjadi. Membuatnya mulai putus asa. Hingga kemudian, air matanya mulai jatuh
di relung pipinya, dan mendarat di pipi Flame.
Perlahan mata gadis itu terbuka, dan
mendapati sang kekasih tepat berada di atasnya. “Flint…” ujarnya lirih. Melihat
itu, kesedihan Flint perlahan menguap. Kekasihnya telah sadarkan diri. Tapi
baru saja dia senang dengan apa yang terjadi, mata Flame kembali tertutup.
“Flame…. FLAME!!!”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Anda sopan, Sandslash pun segan...