SELAMAT MEMBACA!!!

Protected by Copyscape plagiarism checker - duplicate content and unique article detection software.

Kini blog ini fokus menayangkan fanfic Pokemon terpopuler di Indonesia, Servada Chronicles karangan L. Maulana atau yang akrab dipanggil Elite Four L.

PERHATIAN!
Sebagian gambar dan materi dalam blog ini diambil dari internet sementara sebagian lagi murni buatan Elite Four L. Elite Four L tidak akan mengklaim materi yang bukan miliknya. Dilarang mengkopi artikel dalam blog ini tanpa izin dari Elite Four L. Terima kasih.

Nama-nama dan karakter Pokemon adalah hak cipta dari Nintendo, GameFreak, Creatures Inc., dan Pokemon Company. Servada Chronicles adalah hak cipta L. Maulana / Elite Four L.

Sabtu, 28 September 2013

Lunar's Diary: Eps.416 - Mempertanyakan Janji


Episode 416: Mempertanyakan Janji

Aku dan Volta berdiri bersandar di dinding lorong rumah sakit.Di dekat kamu, Flint terduduk dengan kepala tertunduk ditemani Scott yang ikut cemas. Kami tengah menanti pemeriksanaan intensif yang dilakukan dokter terhadap Flame di ruang ICU.
“Aku tak menyangka, kekuatan yang dahsyat…” komentar Volta memecah keheningan. “…bahkan bisa mengalahkan kemampuan statisku. Aku benar-benar tidak…”
 “Tutup mulutmu Volta!” sergah Flint marah. “Apa yang telah kalian lakukan membuat Flame menderita! Apa kalian tidak merasakannya!” Suasana hening kembali usai Flint meluapkan amarahnya. Volta terdiam, pun demikian denganku. Flint memandang tajam ke arah kami berdua. Tampak amarah dalam sorot matanya, sementara aku dan Volta tak berani menerima pandangannya. “Puas…. Puas? Apa kalian puas sekarang?” lanjut Flint dengan suara bergetar. Tampak air mata mulai menitik di relung pipinya. “Apa kalian sudah puas melihat wujud Flame yang sebenarnya? Wujud monster api yang mengerikan, yang bisa membunuh siapapun bahkan dirinya sendiri? Apa kalian puas?!”
Suasana kembali hening. Flint mulai menangis. Air matanya jatuh bercucuran, dan dia terisak dengan begitu sedih. Perlahan dia duduk kembali di kursi dengan lemas. Scott yang ada di sampingnya lantas berusaha menenangkannya dengan menyentuh bahu lelaki kribo itu. Meski Scott tak berbicara, namun apa yang dilakukannya seolah mengatakan agar Flint bersikap tenang. Herannya, aku dan Volta secara bersamaan menolehkan wajah memandang Flint yang tertunduk menangis dengan kedua tangan ditempelkan di samping kepalanya.
Saat itulah pintu ruang ICU terbuka, membuat perhatian kami semua langsung tertuju ke arah pintu. Seorang pria berpakaian serba putih yang pastinya seorang lantas muncul keluar dari ruangan. “Siapa keluarga nona Flame?” Tanya sang dokter.
“Saya… saya kekasihnya Dok,” jawab Flint serta merta berdiri menghampiri dokter. “Bagaimana keadaannya Dok? Apa Flame baik-baik saja?”
“Tenangkan dirimu Tuan,” sahut dokter pelan. “Flame telah selamat dari kondisi kritisnya. Dia seperti kehabisan tenaga secara drastis karena melakukan hal yang begitu berat. Kami menemukan keadaannya dehidrasi. Tapi sekarang kondisinya sudah stabil.”
“Syukurlah… syukurlah Dok,” ujar Flint senang.
“Kami perkirakan dia akan segera siuman. Jadi Tuan tidak perlu khawatir,” lanjut dokter.
“Baguslah,” celetuk Volta dengan nada datar. Dia lalu berbalik dan berjalan menyusuri lorong meninggalkan kami. Aku melihatnya berlalu begitu saja, kemudian perlahan berjalan mengikutinya ketika dia sudah jauh.

*

Aku dan Volta kini telah berada di salah satu taman yang ada di Battle Frontier. Kami duduk berseberangan, tak saling bicara. Meski begitu, sebenarnya ada yang ingin kami bicarakan. Hanya saja, karena ego kami masing-masing, tidak ada yang berinisiatif memulai percakapan. Hingga akhirnya kuputuskan untuk…
“Ingatkah dengan permintaan terakhirmu dulu, Volta?” tanyaku mengambil inisiatif. “Ingatkah di hari kau meninggalkan Regu G dan Tim Magma? Ingatkah kau dengan pengkhianatanmu waktu itu…. Badut?!” cecarku.
Volta tak menjawab. Dia diam. Namun kemudian, tiba-tiba dia mendongakkan kepalanya ke atas, lantas memandang lurus ke arahku. “Aku ingat Lunar… atau kupanggil… L,” jawabnya akhirnya mengeluarkan suara. “Aku ingat apa yang aku minta waktu itu. Waktu itu aku memintamu untuk…”
“Menjaga Flame,” potongku.

”Cukup! Aku tak punya waktu lama berbincang denganmu. Aku selalu mengira hari ini akan datang, tapi aku tak pernah menyangka akan berakhir seperti ini. Kau bahkan membuatku merasa sangat bersalah. Maafkan aku Lunar... maafkan aku karena telah mengkhianati persahabatan kita. Sampaikan... sampaikan permintaan maafku pada Flame. Katakan pada dia, jangan pernah menangisi kepergianku. Aku terlalu jahat untuk ditangisi. Dan satu hal lagi, berjanjilah padaku... berjanjilah kau akan selalu menjaga dan melindungi Flame. Dia adalah gadis terbaik yang pernah aku temui. Berjanjilah....”

“Ya,” sahut Volta. “Aku memang pernah mengatakan itu. Aku memintamu berjanji untuk menjaga Flame dengan baik. Aku takkan pernah melupakan hari itu.”
“Kalau begitu jangan lakukan lagi,” ujarku cepat. “Jangan lakukan lagi apa yang telah kamu lakukan padanya hari ini. Jangan ungkit masa lalu Flame, jangan ungkit kekuatannya.” Volta diam tak menyahut, membuatku melanjutkan ucapanku. “Bagaimana mungkin kau yang memintaku untuk melindungi Flame, tapi kau sendiri melukainya? Konyol.”
“Lalu apa maumu?” Tanya Volta kemudian.
“Aku ingin kau berjanji,” aku menjawab getir. “Kini giliranku untuk memintamu berjanji.”
“Apa?”
“Berjanjilah untuk tidak melibatkan Flame… dalam konflik apapun yang terjadi di antara kita berdua.”
Volta tersenyum mendengar permintaanku. Dia menundukkan kepalanya sejenak, lantas mendongakkannya pelan. “Maaf Lunar,” katanya seraya memandang wajahku. “Tapi aku tidak mau berjanji.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Anda sopan, Sandslash pun segan...