SELAMAT MEMBACA!!!

Protected by Copyscape plagiarism checker - duplicate content and unique article detection software.

Kini blog ini fokus menayangkan fanfic Pokemon terpopuler di Indonesia, Servada Chronicles karangan L. Maulana atau yang akrab dipanggil Elite Four L.

PERHATIAN!
Sebagian gambar dan materi dalam blog ini diambil dari internet sementara sebagian lagi murni buatan Elite Four L. Elite Four L tidak akan mengklaim materi yang bukan miliknya. Dilarang mengkopi artikel dalam blog ini tanpa izin dari Elite Four L. Terima kasih.

Nama-nama dan karakter Pokemon adalah hak cipta dari Nintendo, GameFreak, Creatures Inc., dan Pokemon Company. Servada Chronicles adalah hak cipta L. Maulana / Elite Four L.

Senin, 17 Maret 2014

Lunar's Diary: Eps.423 - Menyongsong Si Pincang


Episode 423: Menyongsong Si Pincang

“Electabuzzku belum habis… Electabuzzkulah yang menang!” seru Volta penuh semangat. “Huh, dengan tidak bersemangat saja kamu bisa menjatuhkan Pokemonku sejauh ini. Bagaimana bila kamu bersemangat… Tapi aku takkan membiarkan itu terjadi… karena aku akan mengalahkanmu terlebih dulu! Electabuzz… Pukulan Petir!”


Mendadak Electabuzz bangkit berdiri dengan sekali sentakan, dan detik berikutnya dia bergerak menerjang cepat ke arah Froslass dengan tangan terkepal erat. Sebuah pukulah pun menghantam Pokemon putih yang melayang di udara itu. Forslass terhempas, jatuh di atas arena dengan kilatan listrik bermunculan di sekujur tubuhnya. Froslass pingsan.
“Aku kalah,” kata Yuki, masih dengan nada datar. Seolah, kalah ataupun menang tidak berpengaruh pada perasaannya. Dengan pelan dia memasukkan Pokemonnya itu kembali ke dalam Pokeball.
“Huh… kamu lawan yang menarik, Yuki,” kata Volta melihat sikap lawannya yang tenang. “Entah kenapa aku merasa tidak puas walaupun sudah mengalahkanmu. Seakan kamu sengaja mengalah, seolah kamu tak mau melawanku.”
“Terserah kamu saja,” jawab Yuki datar. Dia lalu menoleh ke arah Flame seraya berkata, “Sekarang bisa kamu umumkan, Nona.”
Flame terkejut dengan ucapan Yuki, dan segera tersadar dari keheranannya melihat Electabuzz memenangkan pertarungan. Dia mengangkat tangannya ke atas, dan dengan enggan menggerakkannya menunjuk Volta. “Dan pemenang pertarungan ini… petarung yang berhak lolos ke babak final adalah…. Badut!!!”
Seruan Flame tak serta merta mendapat tanggapan para penonton. Rupanya, para penonton masih takjub dengan kemenangan Volta. Wajar saja, mengingat semestinya Electabuzz tak sanggup lagi bertarung setelah terkena serangan badai salju yang begitu kuat dari Froslass. Pun dengan Froslass, setelah terkena serangan halilintar dari Electabuzz, semestinya Pokemon bertipe es itu tidak dapat bangkit lagi. Ya, jurus halilintar dan badai salju memiliki daya serang yang sama-sama kuat, dan menjadi serangan paling kuat pada masing-masing tipe. Tapi, kedua Pokemon itu tetap bertahan.
“Kenapa bisa seperti itu?” Tanya Flame kemudian.
Volta mendengus. Dengan angkuhnya dia menjawab, “Itulah yang disebut ikatan. Meskipun serangan badai salju begitu kuat, tapi tak mampu menjatuhkan Pokemonku. Padahal semestinya Electabuzz akan langsung pingsan. Sama juga dengan Pokemon milik Yuki. Sepertinya ikatan antara Yuki dengan Froslass begitu kuat.
“Meski Pokemonku sanggup bertahan, tapi HP telah menipis hingga batas terakhir. Artinya, dalam kondisi seperti itu trainer harus bisa memanfaatkannya dengan memerintahkan serangan yang pasti,” sambung Volta. “Karena itulah aku memerintahkan pukulan petir, yang akurasinya 100 persen. Dengan HP Froslass yang tinggal sedikit, mudah saja bagi pukulan itu untuk menjatuhkannya telak!”
“YEEEE!!!!”
Suasana tribun mendadak meriah. Para penonton bersorak senang dengan hasil pertandingan, walaupun sebenarnya sangat terlambat.
“BADUT! BADUT BADUT!!!”
Volta menanggapi sambutan para penonton dengan angkuh. Dia tampak menikmati kemenangannya. Segera saja dia teringat sosok yang telah dinantikannya di partai puncak… siapa lagi kalau bukan…
“Selamat,” kata Yuki tiba-tiba, membuat Volta tersadar dari perasaan senangnya. Dia langsung menoleh ke arah Yuki. “Semoga kamu bisa mengalahkan si Pincang di final,” sambung Yuki.
Berikutnya perempuan berambut merah kecoklatan itu membalikkan tubuhnya, berjalan meninggalkan arena pertarungan.
“Orang yang aneh,” bisik Flame.
“Ya, aku setuju denganmu,” sahut Volta. “Tapi itu tak penting. Yang terpenting sekarang aku berhasil ke final!” kata-kata Volta terdengar sangat bersemangat. Dia lantas mencari kamera dan menggerakkan tangannya cepat ke arah kamera, lantas mengatakan…

*

Kembali ke Pokemon Center…

“Berikutnya adalah giliranmu, Pincang!” teriak Volta di televisi. Dia menunjuk ke luar televisi, seakan menunjuk ke arahku. Lagi-lagi dia melakukan itu. Aku hanya bisa tersenyum tipis mendapat tantangan itu. Akhirnya, akhirnya saat yang kunantikan tiba. Saat untuk bertarung kembali dengan Volta… untuk membuktikan siapa yang terkuat di antara kami berdua!


BAB LX SELESAI

Keterangan Alih Bahasa
-          Pusaran Pasir: Sand Tomb
-          Listrik: Electric
-          Sungai Pasir: Sand Stream
-          Tubuh Api: Flame Body
-          Badai Salju: Blizzard
-          Halilintar: Thunder
-          Pukulan Petir: Thunder Punch
-          Es: Ice
-          Hantu: Ghost

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Anda sopan, Sandslash pun segan...