Episode
422: Lawan yang Dingin
Mundurnya Reaper secara tiba-tiba
mengagetkan banyak pihak. Termasuk Scott selaku penyelenggara Frontier
Festival. Dia bersama timnya pun mengadakan rapat untuk membahas kelanjutan
turnamen usai Reaper menghilang. Ya, mereka mesti menentukan hasil
pertarunganku dengan Reaper. Mereka mesti memikirkan langsung meloloskanku ke
final, atau menggunakan opsi lain. Setelah melalui rapat selama sekira satu
jam, akhirnya Scott memberikan keputusan yang langsung diumumkan kepada para
penonton Frontier Festival. Keputusannya…
“Selamat ya Kak Lunar, kamu berhasil
melaju ke babak final,” ujar Lavender membuyarkan lamunanku. Aku sedang menunggu
Pokemonku di Pokemon Center ketika dia tiba-tiba menyapaku.
“Terima kasih Lavender,” sahutku pelan.
“Kamu mengobati Pokemon juga?” balasku bertanya, mencoba ramah.
Lavender mengangguk pelan mengiyakan.
“Aku tidak menyangka kamu berhasil mewujudkan ucapanmu. Walaupun dengan faktor
tak terduga,” katanya.
“Hahaha… aku
juga tak menyangka si Reaper itu tiba-tiba mengundurkan diri begitu saja,”
sahutku. Bicara tentang Reaper, membuatku segera teringat Henry yang terluka
akibat ulahnya. “Bagaimana keadaan Henri? Apa sudah membaik?” tanyaku kemudian.
Lavender mengangguk lagi. “Iya.
Kondisinya sudah membaik, walaupun ingatannya masih belum pulih benar. Kata
dokter, butuh waktu hingga ingatan Henry benar-benar kembali.”
“Baguslah… aku ikut senang,” kataku
seraya tersenyum. Entah kenapa bayangan Reaper kembali muncul di benakku. Aku
tak habis pikir dia mengundurkan diri begitu saja dari turnamen dan langsung
hilang tanpa jejak. Jujur, ada sesuatu yang terasa aneh saat aku berhadapan
dengannya. Aku merasa seperti… begitu dekat. Dan sebenarnya, ada rasa takut
ketika aku berada di arena bersiap menghadapinya.
“Hei, lihat itu Kak!” tunjuk Lavender
tiba-tiba. Aku segera menoleh, melihat ke televisi yang tergantung di
langit-langit Pokemon Center, yang ditunjuk Lavender. Rupanya siaran langsung
pertarungan semifinal lainnya, Volta melawan seorang petarung perempuan bernama
Yuki. Segera saja aku dan Lavender terhanyut dalam suasana pertarungan yang terasa
begitu seru. Tanpa kuduga, Yuki cukup kuat dan mampu menandingi Volta….
*
Ke
Battle Arena, Semifinal Kedua…
Volta tampak terengah-engah di tempatnya
berdiri. Dia tidak menyangka kemampuan lawannya tak seperti yang
dibayangkannya. Yuki, trainer berambut pendek merah kecokelat-cokelatan dengan pakaian
kimono biru itu bahkan tampak tenang saat menjatuhkan dua Pokemon Volta. Kini,
masing-masing petarung tinggal menyisakan Pokemon terakhir mereka
masing-masing. Volta dengan Electabuzznya, dan Yuki dengan Froslassnya, Pokemon
bertipe es dan hantu yang melayang di udara. Kini, keduanya siap untuk
pertarungan penentuan.
“Tak kusangka perempuan sepertimu bisa
menandingiku hingga batas terakhir. Hebat kamu Yuki,” puji Volta dengan
keringat bercucuran. Pemandangan berbeda tampak pada Yuki. Tubuhnya tampak
begitu dingin, putih, seperti es. Tak ada setetespun keringat tampak di wajahnya
yang terlihat halus. Matanya yang berwarna biru muda pun tampak begitu bening,
seperti es.
“Kamu jangan berlebihan. Aku mendekati kekalahan,”
jawab Yuki dengan nada datar, sedatar ekspresi wajahnya.
“Seharusnya itu kalimatku,” sela Volta. “Dan
akan kupastikan sekarang…. Electabuzz, Halilintar!”
Electabuzz mengeluarkan kilatan besar
dari tubuhnya, yang menerjang keras Froslass. Namun, Froslass langsung bangkit,
dan balik memberikan serangan. “Froslass, Badai Salju,” perintah Yuki, masih
dengan nada datar. Sama sekali tak terdengar semangat dalam ucapannya, seolah
dia enggan bertarung.
Badai salju besar segera muncul di
seantero arena pertarungan, dan menyebar hingga ke tribun penonton. Beberapa
penonton tampak bersin dan kedinginan dengan kemunculan serangan Froslass itu. Seketika,
Electabuzz mencelat. Pokemon andalan Volta itu terbaring tak berdaya, seakan
telah kehabisan Hit Points (HP).
Dugaan Electabuzz tak dapat kembali
bangkit pantas muncul, mengingat setelah bebera detik, Pokemon kuning bergaris
hitam itu tak juga bangkit. Para penonton yang tadinya kedinginan pun melihat tajam
kea rah Electabuzz tanpa menghiraukan rasa dingin akibat Badai Salju. Begitu
pula dengan Flame yang mengamatinya dengan seksama. Dia seakan tak sabar untuk
mengeluarkan pernyataan kekalahan Volta. Dengan segala hal yang telah dilakukan
Volta, wajar saja bila Flame memiliki keinginan kuat seperti itu.
“Sepertinya Electabuzz milik Badut tidak
mampu meneruskan pertarungan… dengan demikian…”
“Tahan dulu Flame!” sergah Volta cepat.
Seketika para penonton yang serius menyaksikan langsung menahan napas. “Electabuzzku
belum habis… Electabuzzkulah yang menang!”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Anda sopan, Sandslash pun segan...