SELAMAT MEMBACA!!!

Protected by Copyscape plagiarism checker - duplicate content and unique article detection software.

Kini blog ini fokus menayangkan fanfic Pokemon terpopuler di Indonesia, Servada Chronicles karangan L. Maulana atau yang akrab dipanggil Elite Four L.

PERHATIAN!
Sebagian gambar dan materi dalam blog ini diambil dari internet sementara sebagian lagi murni buatan Elite Four L. Elite Four L tidak akan mengklaim materi yang bukan miliknya. Dilarang mengkopi artikel dalam blog ini tanpa izin dari Elite Four L. Terima kasih.

Nama-nama dan karakter Pokemon adalah hak cipta dari Nintendo, GameFreak, Creatures Inc., dan Pokemon Company. Servada Chronicles adalah hak cipta L. Maulana / Elite Four L.

Senin, 17 Maret 2014

Lunar's Diary: Eps.422 - Lawan yang Dingin


Episode 422: Lawan yang Dingin

Mundurnya Reaper secara tiba-tiba mengagetkan banyak pihak. Termasuk Scott selaku penyelenggara Frontier Festival. Dia bersama timnya pun mengadakan rapat untuk membahas kelanjutan turnamen usai Reaper menghilang. Ya, mereka mesti menentukan hasil pertarunganku dengan Reaper. Mereka mesti memikirkan langsung meloloskanku ke final, atau menggunakan opsi lain. Setelah melalui rapat selama sekira satu jam, akhirnya Scott memberikan keputusan yang langsung diumumkan kepada para penonton Frontier Festival. Keputusannya…
“Selamat ya Kak Lunar, kamu berhasil melaju ke babak final,” ujar Lavender membuyarkan lamunanku. Aku sedang menunggu Pokemonku di Pokemon Center ketika dia tiba-tiba menyapaku.
“Terima kasih Lavender,” sahutku pelan. “Kamu mengobati Pokemon juga?” balasku bertanya, mencoba ramah.
Lavender mengangguk pelan mengiyakan. “Aku tidak menyangka kamu berhasil mewujudkan ucapanmu. Walaupun dengan faktor tak terduga,” katanya.
“Hahaha… aku juga tak menyangka si Reaper itu tiba-tiba mengundurkan diri begitu saja,” sahutku. Bicara tentang Reaper, membuatku segera teringat Henry yang terluka akibat ulahnya. “Bagaimana keadaan Henri? Apa sudah membaik?” tanyaku kemudian.
Lavender mengangguk lagi. “Iya. Kondisinya sudah membaik, walaupun ingatannya masih belum pulih benar. Kata dokter, butuh waktu hingga ingatan Henry benar-benar kembali.”
“Baguslah… aku ikut senang,” kataku seraya tersenyum. Entah kenapa bayangan Reaper kembali muncul di benakku. Aku tak habis pikir dia mengundurkan diri begitu saja dari turnamen dan langsung hilang tanpa jejak. Jujur, ada sesuatu yang terasa aneh saat aku berhadapan dengannya. Aku merasa seperti… begitu dekat. Dan sebenarnya, ada rasa takut ketika aku berada di arena bersiap menghadapinya.
“Hei, lihat itu Kak!” tunjuk Lavender tiba-tiba. Aku segera menoleh, melihat ke televisi yang tergantung di langit-langit Pokemon Center, yang ditunjuk Lavender. Rupanya siaran langsung pertarungan semifinal lainnya, Volta melawan seorang petarung perempuan bernama Yuki. Segera saja aku dan Lavender terhanyut dalam suasana pertarungan yang terasa begitu seru. Tanpa kuduga, Yuki cukup kuat dan mampu menandingi Volta….

*

Ke Battle Arena, Semifinal Kedua…

Volta tampak terengah-engah di tempatnya berdiri. Dia tidak menyangka kemampuan lawannya tak seperti yang dibayangkannya. Yuki, trainer berambut pendek merah kecokelat-cokelatan dengan pakaian kimono biru itu bahkan tampak tenang saat menjatuhkan dua Pokemon Volta. Kini, masing-masing petarung tinggal menyisakan Pokemon terakhir mereka masing-masing. Volta dengan Electabuzznya, dan Yuki dengan Froslassnya, Pokemon bertipe es dan hantu yang melayang di udara. Kini, keduanya siap untuk pertarungan penentuan.


“Tak kusangka perempuan sepertimu bisa menandingiku hingga batas terakhir. Hebat kamu Yuki,” puji Volta dengan keringat bercucuran. Pemandangan berbeda tampak pada Yuki. Tubuhnya tampak begitu dingin, putih, seperti es. Tak ada setetespun keringat tampak di wajahnya yang terlihat halus. Matanya yang berwarna biru muda pun tampak begitu bening, seperti es.
“Kamu jangan berlebihan. Aku mendekati kekalahan,” jawab Yuki dengan nada datar, sedatar ekspresi wajahnya.
“Seharusnya itu kalimatku,” sela Volta. “Dan akan kupastikan sekarang…. Electabuzz, Halilintar!”
Electabuzz mengeluarkan kilatan besar dari tubuhnya, yang menerjang keras Froslass. Namun, Froslass langsung bangkit, dan balik memberikan serangan. “Froslass, Badai Salju,” perintah Yuki, masih dengan nada datar. Sama sekali tak terdengar semangat dalam ucapannya, seolah dia enggan bertarung.
Badai salju besar segera muncul di seantero arena pertarungan, dan menyebar hingga ke tribun penonton. Beberapa penonton tampak bersin dan kedinginan dengan kemunculan serangan Froslass itu. Seketika, Electabuzz mencelat. Pokemon andalan Volta itu terbaring tak berdaya, seakan telah kehabisan Hit Points (HP).
Dugaan Electabuzz tak dapat kembali bangkit pantas muncul, mengingat setelah bebera detik, Pokemon kuning bergaris hitam itu tak juga bangkit. Para penonton yang tadinya kedinginan pun melihat tajam kea rah Electabuzz tanpa menghiraukan rasa dingin akibat Badai Salju. Begitu pula dengan Flame yang mengamatinya dengan seksama. Dia seakan tak sabar untuk mengeluarkan pernyataan kekalahan Volta. Dengan segala hal yang telah dilakukan Volta, wajar saja bila Flame memiliki keinginan kuat seperti itu.
“Sepertinya Electabuzz milik Badut tidak mampu meneruskan pertarungan… dengan demikian…”
“Tahan dulu Flame!” sergah Volta cepat. Seketika para penonton yang serius menyaksikan langsung menahan napas. “Electabuzzku belum habis… Electabuzzkulah yang menang!”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Anda sopan, Sandslash pun segan...