SELAMAT MEMBACA!!!

Protected by Copyscape plagiarism checker - duplicate content and unique article detection software.

Kini blog ini fokus menayangkan fanfic Pokemon terpopuler di Indonesia, Servada Chronicles karangan L. Maulana atau yang akrab dipanggil Elite Four L.

PERHATIAN!
Sebagian gambar dan materi dalam blog ini diambil dari internet sementara sebagian lagi murni buatan Elite Four L. Elite Four L tidak akan mengklaim materi yang bukan miliknya. Dilarang mengkopi artikel dalam blog ini tanpa izin dari Elite Four L. Terima kasih.

Nama-nama dan karakter Pokemon adalah hak cipta dari Nintendo, GameFreak, Creatures Inc., dan Pokemon Company. Servada Chronicles adalah hak cipta L. Maulana / Elite Four L.

Rabu, 30 April 2014

Lunar's Diary: Eps.426 - Strategi Tengah Malam

Episode 426: Strategi Tengah Malam

Not in my diary…

Scott duduk di meja kerjanya dengan gusar. Pertarungan babak final Frontier Festival akan segera digelar besok. Sebagai pertarungan pamungkas, dia ingin pertarungan final ini berjalan dengan aman. Keberadaan Badut, yang diketahui sebagai salah seorang penjahat membuatnya khawatir. Membuatnya berpikir, ada agenda khusus dalam keikutsertaan Badut di turnamen yang digelarnya.
BEEP-BEEP.

PokeNav yang diletakkannya di meja tiba-tiba berdering. Segera diraihnya dan diangkatnya piranti yang juga dapat berfungsi sebagai telepon genggam itu. Berharap panggilan telepon yang masuk dari seseorang yang dinantikannya.
“Jadi bagaimana? Mereka bisa datang?” tanyanya cepat.
“Mereka tidak bisa tepat waktu,” jawab suara di PokeNav. “Mungkin beberapa hari setelah final.”
“Sial,” gerutu Scott. “Bagaimana dengan opsi lainnya?” tanyanya kemudian.
“Mereka tidak mau mengirim secara penuh. Tapi mereka bilang ada yang sedang mengincar Battle Frontier.”
“Sial!” umpat Scott dengan suara keras. Dia tampak geram. “Baiklah, terima kasih,” jawabnya seraya mengakhiri panggilan di PokeNav.
Pria gemuk itu lalu berdiri dari kursinya, berjalan mendekati jendela. Dipandanginya gedung besar yang tampak di seberang tempatnya berdiri. Final Frontier Festival bakal berlangsung di sana, dan dia tidak bisa menghentikannya. “Final akan tetap berlangsung, apapun risikonya!”

*

Kembali ke diariku…

Suasana taman kecil Frontier Festival malam itu begitu sepi. Tak ada seorang pun di taman kecil dengan patung Magikarp berdiri di tengahnya tersebut. Cuma aku. Wajar, jam di PokeNav telah menunjukkan pukul 10 malam. Para pengunjung Battle Frontier pasti sudah tertidur, batinku. Hanya aku saja yang seperti kurang kerjaan, berjalan-jalan di taman. Kalau bukan karena surat itu, aku tidak akan ada di…
“Kupikir kamu sudah punya strategi yang mantap, sehingga tidak akan menemuiku di sini,” tiba-tiba terdengar suara menyapaku. Aku menoleh, melihat seseorang dengan syal hijau belang di sana: Guy.
“Kupikir aku akan butuh sedikit nasihat,” kataku menyahut sapaan Guy. Memang malam ini aku membuat janji dengan Guy untuk bertemu di taman. Sebenarnya, dia yang memintaku datang, dengan tawaran suatu strategi, bila aku belum punya.Itu dikatakannya saat di Café Frontier.
“Aku akan memberikanmu pilihan, setelah aku menguraikan analisaku untuk pertarungan final nanti,” kata Guy.


Pembicaraan panjang pun terjadi di antara aku dan Guy. Dia membeberkan semua analisanya padaku. Mulai dari Pokemon-Pokemon yang kemungkinan kuhadapi, strategi yang dipakai Volta, hingga kemampuan-kemampuan Pokemon yang kumiliki. Setelah itu, Guy memberikan sebuah pilihan strategi. Dia menjelaskan bagaimana strategi itu, dan setelah selesai menguraikannya, kami tiba di pertanyaan terakhir.
“Jadi bagaimana, Pincang?” tanyanya. “Kamu mau menerima penawaran dariku? Kupikir kamu tidak punya pilihan,” sambungnya. “Tapi kalau kamu tidak mau, bukan jadi masalah. Aku hanya tidak ingin kamu dikalahkan oleh Badut.”
Aku berpikir sejenak. Apa yang ditawarkan Guy cukup masuk akal. Itu bisa membantuku, kupikir. Tapi, bila aku menerima tawarannya, maka Pokemonku akan…
“Masih ragu?” tanya Guy lagi.
Oke. Kamu menang Guy. Aku tidak punya pilihan. Kuanggukkan kepalakku pelan, dan sejurus kemudian Guy mengulurkan tangannya, hendak memberikan sebuah benda padaku.
“Milikmu?”
Aku terkesiap. Kukeluarkan sebuah benda dari kantongku, dan mengulurkannya pada Guy. Dia menerima pemberianku, sementara aku menerima pemberiannya. Proses pertukaran itu terjadi begitu cepat, hingga kini benda milikku telah bertukar dengan miliknya. Yang sekarang jadi milikku. Kuamati benda itu, seakan bertanya-tanya. Mampukah?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Anda sopan, Sandslash pun segan...