Episode
426: Strategi Tengah Malam
Not
in my diary…
Scott duduk di meja kerjanya dengan
gusar. Pertarungan babak final Frontier Festival akan segera digelar besok.
Sebagai pertarungan pamungkas, dia ingin pertarungan final ini berjalan dengan
aman. Keberadaan Badut, yang diketahui sebagai salah seorang penjahat
membuatnya khawatir. Membuatnya berpikir, ada agenda khusus dalam keikutsertaan
Badut di turnamen yang digelarnya.
BEEP-BEEP.
PokeNav yang diletakkannya di meja
tiba-tiba berdering. Segera diraihnya dan diangkatnya piranti yang juga dapat
berfungsi sebagai telepon genggam itu. Berharap panggilan telepon yang masuk
dari seseorang yang dinantikannya.
“Jadi bagaimana? Mereka bisa datang?”
tanyanya cepat.
“Mereka tidak bisa tepat waktu,” jawab
suara di PokeNav. “Mungkin beberapa hari setelah final.”
“Sial,” gerutu Scott. “Bagaimana dengan
opsi lainnya?” tanyanya kemudian.
“Mereka tidak mau mengirim secara
penuh. Tapi mereka bilang ada yang sedang mengincar Battle Frontier.”
“Sial!” umpat Scott dengan suara
keras. Dia tampak geram. “Baiklah, terima kasih,” jawabnya seraya mengakhiri
panggilan di PokeNav.
Pria gemuk itu lalu berdiri dari
kursinya, berjalan mendekati jendela. Dipandanginya gedung besar yang tampak di
seberang tempatnya berdiri. Final Frontier Festival bakal berlangsung di sana,
dan dia tidak bisa menghentikannya. “Final akan tetap berlangsung, apapun
risikonya!”
*
Kembali
ke diariku…
Suasana taman kecil Frontier Festival
malam itu begitu sepi. Tak ada seorang pun di taman kecil dengan patung
Magikarp berdiri di tengahnya tersebut. Cuma aku. Wajar, jam di PokeNav telah
menunjukkan pukul 10 malam. Para pengunjung Battle Frontier pasti sudah
tertidur, batinku. Hanya aku saja yang seperti kurang kerjaan, berjalan-jalan
di taman. Kalau bukan karena surat itu, aku tidak akan ada di…
“Kupikir kamu sudah punya strategi yang
mantap, sehingga tidak akan menemuiku di sini,” tiba-tiba terdengar suara
menyapaku. Aku menoleh, melihat seseorang dengan syal hijau belang di sana:
Guy.
“Kupikir aku akan butuh sedikit
nasihat,” kataku menyahut sapaan Guy. Memang malam ini aku membuat janji dengan
Guy untuk bertemu di taman. Sebenarnya, dia yang memintaku datang, dengan
tawaran suatu strategi, bila aku belum punya.Itu dikatakannya saat di Café
Frontier.
“Aku akan memberikanmu pilihan, setelah
aku menguraikan analisaku untuk pertarungan final nanti,” kata Guy.
Pembicaraan panjang pun terjadi di
antara aku dan Guy. Dia membeberkan semua analisanya padaku. Mulai dari
Pokemon-Pokemon yang kemungkinan kuhadapi, strategi yang dipakai Volta, hingga
kemampuan-kemampuan Pokemon yang kumiliki. Setelah itu, Guy memberikan sebuah
pilihan strategi. Dia menjelaskan bagaimana strategi itu, dan setelah selesai
menguraikannya, kami tiba di pertanyaan terakhir.
“Jadi bagaimana, Pincang?”
tanyanya. “Kamu mau menerima penawaran dariku? Kupikir kamu tidak punya pilihan,”
sambungnya. “Tapi kalau kamu tidak mau, bukan jadi masalah. Aku hanya tidak ingin
kamu dikalahkan oleh Badut.”
Aku berpikir sejenak. Apa yang ditawarkan
Guy cukup masuk akal. Itu bisa membantuku, kupikir. Tapi, bila aku menerima
tawarannya, maka Pokemonku akan…
“Masih ragu?” tanya Guy lagi.
Oke. Kamu menang Guy. Aku tidak punya
pilihan. Kuanggukkan kepalakku pelan, dan sejurus kemudian Guy mengulurkan
tangannya, hendak memberikan sebuah benda padaku.
“Milikmu?”
Aku terkesiap. Kukeluarkan sebuah benda
dari kantongku, dan mengulurkannya pada Guy. Dia menerima pemberianku, sementara
aku menerima pemberiannya. Proses pertukaran itu terjadi begitu cepat, hingga
kini benda milikku telah bertukar dengan miliknya. Yang sekarang jadi
milikku. Kuamati benda itu, seakan bertanya-tanya. Mampukah?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Anda sopan, Sandslash pun segan...