SELAMAT MEMBACA!!!

Protected by Copyscape plagiarism checker - duplicate content and unique article detection software.

Kini blog ini fokus menayangkan fanfic Pokemon terpopuler di Indonesia, Servada Chronicles karangan L. Maulana atau yang akrab dipanggil Elite Four L.

PERHATIAN!
Sebagian gambar dan materi dalam blog ini diambil dari internet sementara sebagian lagi murni buatan Elite Four L. Elite Four L tidak akan mengklaim materi yang bukan miliknya. Dilarang mengkopi artikel dalam blog ini tanpa izin dari Elite Four L. Terima kasih.

Nama-nama dan karakter Pokemon adalah hak cipta dari Nintendo, GameFreak, Creatures Inc., dan Pokemon Company. Servada Chronicles adalah hak cipta L. Maulana / Elite Four L.

Rabu, 30 April 2014

Lunar's Diary: Eps.425 - Bersulang untuk Si Pincang


Episode 425: Bersulang untuk Si Pincang

Kembali ke diariku…

“Bersulang untuk si Pincang!” seru Flint seraya mengangkat tinggi segelas besar root beer. Seruannya itu langsung diikuti tangan Flame, Guy, Lavender, dan Henry. Sementara aku ragu-ragu mengangkat gelasku, namun akhirnya kuikuti ayunan tangan rekan-rekanku itu dan bunyi gelas berdenting pun terdengar nyaring di sudut Frontier Café, kafe kecil di Frontier Festival.


Ya, sebagai penghargaan karena berhasil melaju ke final, Lavender dan Henry mentraktir kami berempat untuk merayakannya.
“Sebenarnya tidak ada yang perlu dirayakan,” ujarku sedetik setelah bersulang. “Karena aku berhasil ke final karena Reaper tiba-tiba mengundurkan diri.”
“Itu bukan masalah Lunar,” sahut Flint. “Kita sudah cukup tegang atas beberapa kejadian terakhir. Anggap saja ini sebagai refreshing. Sekaligus memberimu semangat untuk bisa mengalahkan si Badut itu,” tambahnya.
“Ya, benar Kak Lunar,” kata Lavender menimpali. “Kak Lunar telah membuktikan ucapan Kakak, yaitu maju ke final demi Henry. Tentu kami sangat berterima kasih karena kepedulian kakak itu.”
“Ya, walaupun aku tak tahu pasti siapa kamu, tapi terima kasih sudah membuat Lavender senang. Aku sendiri merasa sangat menyenangkan sekali berada di sini,” sahut Henry. Ingatannya belum pulih benar, namun dia sudah mulai mengenali Lavender, kekasihnya.
“Sama-sama Henry. Aku senang kamu sudah sembuh dan ingatanmu mulai pulih,” ujarku. “Ya, sebenarnya ulah Reaper itu sudah sangat membuat kesal. Menurutku, semestinya dia tak sampai melukaimu hingga amnesia,” sambungku berkata sekenanya.
Jujur, sebenarnya ada perasaan takut saat berhadapan dengan Reaper. Ada aura aneh ketika aku berhadapan satu lawan satu di arena. Entah mengapa aku merasa takut kalah. Rasanya Reaper begitu kuat, dan aku tak mampu menandinginya. Mungkin aku terbilang sangat beruntung Reaper mengundurkan diri, walaupun di sisi lain aku menyesal karena tak bisa menjajal kemampuannya.
“Jadi Lunar Pincang,” giliran Guy ikut bicara, “Apa kamu sudah punya strategi untuk melawan Badut?” tanyanya kemudian.
“Strategi?”
Guy mengangguk. “Iya, bagaimanapun Badut itu bukan petarung sembarangan. Dia menampilkan kemampuan luar biasa sepanjang turnamen.Kamu butuh strategi khusus untuk bisa menang melawannya.”
“Strategi… Hmm… aku…”
Aku terdiam berpikir. Guy benar, keberhasilan Volta mencapai babak final jelas menunjukkan kualitasnya sebagai petarung Pokemon, walaupun dia jahat. Memenangkan pertarungan melawannya bisa jadi sangat sulit. Apalagi Volta bukan orang asing lagi bagiku. Aku pernah melawannya dulu saat di Tim Magma dan aku…
“Bagaimana Lunar? Apa kamu sudah ada strategi? Tentu kami akan kecewa bila kami kalah dari Volta. Benar bukan Flame?” tanya Flint seraya melihat ke arah Flame. Tapi Flame tidak menjawab. Kepalanya tampak tertunduk dengan ekspresi wajah seakan memikirkan sesuatu.
“Flame? Ada apa? Kamu tampak sedih,” lanjut Flint melihat sikap kekasihnya itu. “Apa kamu tak suka Lunar maju ke final?”
“Eh, aku ya?” Flame tampak terkesiap. “Ya tentu saja aku senang Lunar berhasil ke final.Bahkan aku yang memintanya untuk bisa masuk ke final,” ucapnya cepat.
“Lalu, kenapa kamu tampak memikirkan sesuatu?”
“Bukan apa-apa kok Flint. Aku hanya memikirkan bagaimana penampilanku nanti sebagai Miss Festival saat final,” elak Flame. “Sudahlah, ayo kita bersulang lagi!” serunya sembari mengacungkan gelas ke tengah meja bundar yang kami kelilingi. Dia lantas berusaha bersikap biasa, walaupun aku tahu dia tampak menyembunyikan sesuatu. Tampaknya dia memikirkan pertarunganku dengan Volta nanti di final. Pertarungan yang bisa dibilang... sangat emosional.
“Bersulang untuk Pincang!”

*

Sementara itu tanpa kutahu…

Yuki, lawan Volta di semifinal, berjalan menyusuri jalan setapak di sebuah tempat yang gelap, seperti gua. Dia terus berjalan hingga menemukan sesosok berjubah, yang berdiri membelakanginya di ujung gua.
“Jadi bagaimana pertarunganmu dengan Badut?” tanya sosok itu dengan suara bergetar.
“Lumayan. Atau bisa kubilang cukup mengecewakan,” jawab Yuki. “Kuharap dia bisa membuatku berkeringat, tapi aku bahkan belum mengeluarkan separuh kemampuanku.”
“Begitukah? Hahaha… Tapi kamu tetap melakukan seperti yang aku perintahkan bukan?” tanya sosok itu lagi.
“Apapun….. berjalan sesuai rencana,” angguk Yuki.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Anda sopan, Sandslash pun segan...