Episode 425: Bersulang untuk Si Pincang
Kembali
ke diariku…
“Bersulang untuk si Pincang!” seru Flint
seraya mengangkat tinggi segelas besar root beer. Seruannya itu langsung diikuti
tangan Flame, Guy, Lavender, dan Henry. Sementara aku ragu-ragu mengangkat
gelasku, namun akhirnya kuikuti ayunan tangan rekan-rekanku itu dan bunyi gelas
berdenting pun terdengar nyaring di sudut Frontier Café, kafe kecil di Frontier
Festival.
Ya, sebagai penghargaan karena berhasil
melaju ke final, Lavender dan Henry mentraktir kami berempat untuk
merayakannya.
“Sebenarnya tidak ada yang perlu
dirayakan,” ujarku sedetik setelah bersulang. “Karena aku berhasil ke final
karena Reaper tiba-tiba mengundurkan diri.”
“Itu bukan masalah Lunar,” sahut
Flint. “Kita sudah cukup tegang atas beberapa kejadian terakhir. Anggap saja ini
sebagai refreshing. Sekaligus memberimu semangat untuk bisa mengalahkan si Badut
itu,” tambahnya.
“Ya, benar Kak Lunar,” kata Lavender
menimpali. “Kak Lunar telah membuktikan ucapan Kakak, yaitu maju ke final demi
Henry. Tentu kami sangat berterima kasih karena kepedulian kakak itu.”
“Ya, walaupun aku tak tahu pasti siapa
kamu, tapi terima kasih sudah membuat Lavender senang. Aku sendiri merasa
sangat menyenangkan sekali berada di sini,” sahut Henry. Ingatannya belum pulih
benar, namun dia sudah mulai mengenali Lavender, kekasihnya.
“Sama-sama Henry. Aku senang kamu sudah
sembuh dan ingatanmu mulai pulih,” ujarku. “Ya, sebenarnya ulah Reaper itu sudah
sangat membuat kesal. Menurutku, semestinya dia tak sampai melukaimu hingga
amnesia,” sambungku berkata sekenanya.
Jujur, sebenarnya ada perasaan takut
saat berhadapan dengan Reaper. Ada aura aneh ketika aku berhadapan satu lawan
satu di arena. Entah mengapa aku merasa takut kalah. Rasanya Reaper begitu kuat,
dan aku tak mampu menandinginya. Mungkin aku terbilang sangat beruntung Reaper
mengundurkan diri, walaupun di sisi lain aku menyesal karena tak bisa menjajal
kemampuannya.
“Jadi Lunar Pincang,” giliran Guy ikut
bicara, “Apa kamu sudah punya strategi untuk melawan Badut?” tanyanya kemudian.
“Strategi?”
Guy mengangguk. “Iya, bagaimanapun Badut
itu bukan petarung sembarangan. Dia menampilkan kemampuan luar biasa sepanjang
turnamen.Kamu butuh strategi khusus untuk bisa menang melawannya.”
“Strategi… Hmm… aku…”
Aku terdiam berpikir. Guy benar,
keberhasilan Volta mencapai babak final jelas menunjukkan kualitasnya sebagai
petarung Pokemon, walaupun dia jahat. Memenangkan pertarungan melawannya bisa
jadi sangat sulit. Apalagi Volta bukan orang asing lagi bagiku. Aku pernah
melawannya dulu saat di Tim Magma dan aku…
“Bagaimana Lunar? Apa kamu sudah ada
strategi? Tentu kami akan kecewa bila kami kalah dari Volta. Benar bukan
Flame?” tanya Flint seraya melihat ke arah Flame. Tapi Flame tidak
menjawab. Kepalanya tampak tertunduk dengan ekspresi wajah seakan memikirkan
sesuatu.
“Flame? Ada apa? Kamu tampak sedih,”
lanjut Flint melihat sikap kekasihnya itu. “Apa kamu tak suka Lunar maju ke
final?”
“Eh, aku ya?” Flame tampak terkesiap. “Ya
tentu saja aku senang Lunar berhasil ke final.Bahkan aku yang memintanya untuk
bisa masuk ke final,” ucapnya cepat.
“Lalu, kenapa kamu tampak memikirkan
sesuatu?”
“Bukan apa-apa kok Flint. Aku hanya
memikirkan bagaimana penampilanku nanti sebagai Miss Festival saat final,” elak
Flame. “Sudahlah, ayo kita bersulang lagi!” serunya sembari mengacungkan gelas
ke tengah meja bundar yang kami kelilingi. Dia lantas berusaha bersikap biasa,
walaupun aku tahu dia tampak menyembunyikan sesuatu. Tampaknya dia memikirkan
pertarunganku dengan Volta nanti di final. Pertarungan yang bisa dibilang...
sangat emosional.
“Bersulang untuk Pincang!”
*
Sementara
itu tanpa kutahu…
Yuki, lawan Volta di semifinal, berjalan
menyusuri jalan setapak di sebuah tempat yang gelap, seperti gua. Dia terus
berjalan hingga menemukan sesosok berjubah, yang berdiri membelakanginya di
ujung gua.
“Jadi
bagaimana pertarunganmu dengan Badut?” tanya sosok itu dengan suara bergetar.
“Lumayan. Atau bisa kubilang cukup
mengecewakan,” jawab Yuki. “Kuharap dia bisa membuatku berkeringat, tapi aku
bahkan belum mengeluarkan separuh kemampuanku.”
“Begitukah?
Hahaha… Tapi kamu tetap melakukan seperti yang aku perintahkan bukan?” tanya sosok
itu lagi.
“Apapun….. berjalan sesuai rencana,”
angguk Yuki.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Anda sopan, Sandslash pun segan...