SELAMAT MEMBACA!!!

Protected by Copyscape plagiarism checker - duplicate content and unique article detection software.

Kini blog ini fokus menayangkan fanfic Pokemon terpopuler di Indonesia, Servada Chronicles karangan L. Maulana atau yang akrab dipanggil Elite Four L.

PERHATIAN!
Sebagian gambar dan materi dalam blog ini diambil dari internet sementara sebagian lagi murni buatan Elite Four L. Elite Four L tidak akan mengklaim materi yang bukan miliknya. Dilarang mengkopi artikel dalam blog ini tanpa izin dari Elite Four L. Terima kasih.

Nama-nama dan karakter Pokemon adalah hak cipta dari Nintendo, GameFreak, Creatures Inc., dan Pokemon Company. Servada Chronicles adalah hak cipta L. Maulana / Elite Four L.

Sabtu, 03 Maret 2018

Eps. 461: Tersadar


Servada Chronicles Battle Season: Raid Session
BAB LXVII PULAU ILUSI

Episode 461: Tersadar

sumber gambar: celebwallpapers.net
Aku berada di pantai. Sangat bersih dengan pasirnya yang begitu putih. Hamparan laut di depannya pun begitu menyejukkan mata. Sementara gemuruh ombak bergulung berkali-kali menerjang karang kokoh tak jauh dari tempatku berdiri.
Kupandangi sekitarku, tak ada siapa-siapa. Aku seperti berada di pantai antah berantah. Perlahan kugerakkan kakiku berlarian ke sana kemari. Melihat barisan Krabby berjalan rapi berjejer, melihat sekawanan Wingull terbang dengan cantiknya. Sementara di belakangnya, terlihat hutan nan hijau yang tampaknya begitu dalam.
“Indah bukan,” tiba-tiba terdengar suara seorang perempuan. Dia kini sudah berada di sampingku, yang tengah bertanya-tanya tentang apa yang tersembunyi di balik rimbunnya pepohonan di seberangku.
Perempuan itu, seperti kukenal. Dia terlihat masih muda, dengan rambutnya yang putih dan mata kecoklatan. Lantas tersenyum ke arahku. “Lunar, jangan berhenti di sini ya,” ujarnya lirih. Aku tak tahu apa yang dia maksud. Membuatku semakin bertanya-tanya.
Tapi yang pertama ingin kutanyakan adalah siapa dia dan di mana aku saat ini berada. Mulutku sudah bergerak hendak mengeluarkan pertanyaan itu, ketika dia tiba-tiba memelukku dengan begitu erat dan hangat.
“Jangan mati sekarang... hidupmu masih panjang...”
Mendadak setelah dia berkata demikian, pandanganku berubah. Pemandangan nan indah tadi hilang dalam sekejap, berganti dengan warna putih, serba putih, begitu kosong. Lantas kemudian menghitam. Hitam keseluruhan. Aku tak bisa melihat sesuatu pun dalam kegelapan.
Tak lama kusadari bukan hanya pandanganku yang gelap, namun napasku terasa berat. Aku tersengal mencoba menarik sebanyak mungkin oksigen yang tampaknya menguap begitu saja. Namun semakin kuberusaha bernapas, semakin sesak pula dadaku. Rasanya seperti dicekik, sakit sekali.
Kupikir akan segera mati ketika napasku perlahan mulai menghilang, kemudian tiba-tiba kurasakan udara yang begitu banyak yang segar dan menyejukkan. Akan tetapi baru saja aku bisa bernapas lega, kurasakan ada sesuatu yang bergerak dalam kegelapan yang ada di depaku. Suara mendesis, suara ular.
“SSSSHHHESSS!” dengan begitu mengejutkan muncul kepala Seviper yang bergerak cepat ke arah wajahku. Aku terkejut bukan kepalang, secara reflek menjerit keras.
“ARGHH!!”

*

Napasku tersengal-sengal, dahiku penuh keringat bercucuran. Kini kusadari aku terduduk, terbaring di atas sebuah kasur kecil bertelanjang dada. Kuamati sekitarku, tampaknya aku berada di ruangan yang cukup sempit, terbuat dari kayu. Pandanganku masih belum jelas, masih buram, namun perlahan-lahan semuanya kelihatan jelas.
Seseorang berbadan tinggi besar berpakaian aneh tampak duduk di samping kasur tempatku terbaring, melihatku dengan serius. “Tidak apa-apa, kamu aman sekarang,” ujar lelaki yang kusadari memakai topi bajak laut itu. Janggutnya biru panjang, sangat panjang malahan sampai ke pusar. Saking panjangnya, sampai diikat dengan dua gesper kecil.
“Aku... di mana?” tanyaku bingung. Masih kurasakan sakit di kepalaku. Sepertinya tadi aku baru saja bermimpi, sebuah mimpi yang sangat panjang.
“Kamu di Mirage Island, pulau ilusi,” jawab lelaki bajak laut itu dengan suara beratnya. “Syukurlah kamu sudah sadar. Jangan cemaskan apapun, kamu harus memulihkan dirimu sendiri,” sambungnya.
Apa dia bilang? Pulau ilusi? Pulau misterius yang hanya ada dalam dongeng dan legenda? Benarkah? “A... Anda siapa?” tanyaku kemudian.
Pria tua itu tersenyum, bukan senyum yang indah tentunya. Tapi cukup bagiku untuk memastikan dia orang baik. “Siapa aku tak penting. Tapi ada orang yang sangat mengkhawatirkanmu,” jawabnya pendek.
Dia lantas menoleh ke belakang. Spontan aku ikut melihat ke arah pintu ruangan. Seorang perempuan berambut panjang biru kehijauan tampak memandang ke arahku dengan air muka berkaca-kaca. Seseorang yang tidak asing bagiku.

2 komentar:

  1. Udah lama gak update, kak l muncul jg wkwk

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya nih, mau namatin Servada Chronicles Battle Season.

      Hapus

Anda sopan, Sandslash pun segan...