BAB 69 PERTARUNGAN KEMATIAN PART II
Episode 473: Menjaga Kepercayaan
--Flashback--
“Jadi kamu temannya Flame, si L
itu? Flame banyak bercerita tentangmu,” kata Flint kepada Lunar. Keduanya
tengah duduk di bangku taman, sembari memandang seorang perempuan yang tengah
mengantre di depan kios minuman di seberang mereka.
“Benarkah? Apa saja yang dia
ceritakan?” Tanya Lunar penasaran.
“Ya banyak,” jawab Flint sambil
menggaruk rambut kribonya. “Tentang banyak hal yang kalian lakukan sewaktu di
Tim Magma,” sambungnya. Dia lantas melihat ke arah Lunar. “Dan jujur saja,
semua yang diceritakannya itu membuatku iri kepadamu.”
Lunar tertawa. Dia tampak tak
percaya dengan ucapan Flint. “Apa yang kamu irikan dariku, Flint? Seharusnya
aku yang iri, karena kamu bisa mendapatkan perempuan seperti Flame. Dan aku
turut berbahagia untuk itu,” ujar Lunar mengakhirinya dengan sebuah senyuman.
“Kamu juga menyukainya kan?”
tanya Flint seketika.
Lunar terdiam, terkejut dengan
pertanyaan itu. Namun dia kemudian tersenyum dan mengangguk. “Ya, aku
menyukainya sebagai seorang sahabat. Kupikir itu, tidak lebih,” jawabnya.
“Karena dia yang mengajarkanku tentang arti persahabatan. Kupikir aku tidak
akan bisa lebih menyukainya lebih dari itu,” sambung Lunar menatap perempuan
yang tak lain adalah Flame itu.
“Syukurlah kalau begitu.” Flint
menghela napas lega. “Setelah melihat keakraban kalian, aku takut akan bersaing
denganmu. Apalagi dia sering menceritakanmu. Kupikir akan terjadi semacam CLBK,
cinta lama bersemi kembali. Kamu tahu, kupikir aku akan kehilangan Flame.”
Lunar kembali tertawa. “Kamu
bercanda? Mana mungkin aku bisa mengalahkanmu, Flint. Dibandingkan kamu, aku
ini siapa? Kamu itu Elite Four, pelatih
Pokemon terkuat,” selorohnya.
“Bahkan Elite Four pun bisa kalah
sama tim penjahat macam Tim Magma lho,” sahut Flint tertawa. Lunar ikut
tertawa. Keduanya tertawa sangat akrab, hingga tiba-tiba Lunar terdiam,
menundukkan kepalanya. “Kenapa Lunar?” Tanya Flint heran.
Yang ditanya menghela napas
panjang. “Aku iri dengan kalian,” jawabnya pelan. “Andai saja kekasihku masih
hidup, mungkin aku akan seperti kalian. Begitu mesra dan menyenangkan. Aku
merindukannya,” sambung Lunar dengan nada sedih.
Flint ikut sedih mendengar kisah
teman kekasihnya itu. Dia jadi merasa bersalah karena telah mengingatkan Lunar
pada tragedi cintanya. “Maafkan aku Lunar, maafkan telah membuatmu sedih,” ujar
Flint pelan.
“Tidak, bukan salahmu kok. Aku
hanya tiba-tiba teringat dia.” Lunar tersenyum, senyum yang dipaksakan. “Andai
saja aku bisa menjaganya, dia pasti tidak akan berakhir seperti itu. Andai
saja…”
Flint terdiam. Dia tak tahu harus
menghibur Lunar bagaimana. Sementara Lunar sendiri terdiam murung. Menjadikan suasana
hening untuk beberapa saat, hingga Flame datang menghampiri mereka.
“Hei ada apa ini? Apa ada sesuatu
terjadi?” Tanya Flame heran. “Hei, Lunar, kenapa kamu murung? Ini kubawakan
minuman kesukaanmu, Lemonade. Cerialah,” hibur gadis itu seraya mengulurkan
gelas plastik besar kepada Lunar.
“Terima kasih Flame,” jawab Lunar
menerima Lemonade seraya memaksakan senyum. “Aku tidak murung kok. Aku hanya
lelah. Pertarungan di Frontier Festival ini benar-benar menguras tenagaku,”
jawabnya berbohong.
“Begitukah?” Tanya Flame tampak
tak percaya. Perempuan itu lalu melirik ke arah kekasihnya. “Benar begitu
Flint?”
“Ya kira-kira seperti itu,” jawab
Flint sekenanya. Dia lalu bangkit berdiri. “Baiklah, karena Lunar lelah, lebih
baik kita kembali ke hotel. Biarkan Lunar beristirahat untuk pertarungan
berikutnya. Kita tidak boleh mengganggunya bukan?” ajaknya kemudian.
“Yosh! Itu benar. Kau harus
istirahat Lunar, kau harus menang. Aku sendiri sebagai Miss Festival juga harus
beristirahat biar prima saat memandu pertarungan nanti. Baiklah, ayo kita
istirahat!”
Ketiganya lantas beranjak
meninggalkan taman tersebut. Flame berjalan lebih dahulu, diikuti Flint dan
Lunar di belakangnya. Langkah kakinya yang cepat membuat Flame kini berada
cukup jauh di depan meninggalkan Flint dan Lunar. Saat tengah berjalan itulah,
tiba-tiba Lunar memegang bahu Flint, membuat lelaki kribo itu langsung menoleh
ke arah Lunar.
“Kumohon…. Jagalah Flame.
Kupercayakan dia padamu…” ujar Lunar pelan.
Flint mengangguk. "Ya, aku berjanji Lunar. Akan kujaga Flame, dengan segenap kemampuanku."
Klik di sini untuk episode 474
Klik di sini untuk episode 474
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Anda sopan, Sandslash pun segan...